Di 5 Kecamatan, Investasi Sebesar US$ 12 Juta
TIGARAKSA, TRIBUN
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tangerang melalui Rapat Paripurna di Tigaraksa, Selasa (29/7), menyetujui pelaksanaan Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) Pengelolaan Air Minum di Kabupaten Tangerang.
Persetujuan pada lembaga legislatif atas Proyek KPS ini telah ditunggu Departemen Pekerjaan Umum (DPU) dan Pemkab Tangerang setelah sempat berlarut-larut sejak 2007 lalu. Pasalnya, proyek investasi bernilai Rp 303 Miliar itu ditargetkan terlaksana tahun 2008 ini sesuai rekomendasi Indonesian Infrastructure Conference and Exhibition (IICE) yang digelar di Jakarta pada tahun 2006 untuk menyediakan kebutuhan air minum di Indonesia, termasuk Kabupaten Tangerang.
Seluruh fraksi DPRD yakni F-Partai Golkar, F-PKS, F-PDIP, F-Reformasi, F-PPP, F-Partai Demokrat dan F-PKB menyatakan setuju dan menilai perlunya proyek tersebut dilaksanakan sebagai solusi pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat dan upaya peningkatkan kesehatan.
Juru Bicara Pansus (Panitia Khusus) KPS DPRD, Imron Rosadi menyebutkan, persetujuan dewan tersebut dilandaskan atas kepentingan riil masyarakat terhadap air minum yang saat ini masih minim. Oleh karena itu, penyediaan dan pelayanan infrastruktur air minum di 5 wilayah kecamatan di Kabupaten Tangerang yakni, Sepatan, Jayanti, Balaraja, Cikupa dan Pasar Kemis cukup mendesak direalisasikan.
Lebih dari itu, proyek KPS juga bernilai ekonomis untuk memajukan pendapatan daerah. “Asumsi keuangan untuk proyek ini sebesar Rp 313.824 miliar dengan rincian, investasi swasta melalui modal sendiri sebesar 30 persen, pinjaman jangka panjang 70 persen, inflasi 6,0 persen, kenaikan tarif 15 persen setiap dua tahun dengan bungan 14 persen per tahun,” paparnya.
Imron menjelaskan, rencana penyediaan air minum oleh swasta itu mengunakan kapasitas 900 liter per detik dicapai pada tahun 2011 jumlah sambungan sebanyak 65.570 unit dengan sumber air baku dari Sungai Cisadane dan air curah yang dibeli dari Mitra Swasta Kabupaten Serang. “Pada akhir konsesi, semua aset akan diserahkan ke pemerintah daerah dengan harga yang sesuai nilai sisa buku,” tambahnya.
Informasi yang dihimpun Tangerang Tribun, dalam realisasinya, KPS Pengelolaan Air Minum di 5 kecamatan tersebut telah memasuki proses tender di DPU yang dimenangkan oleh Acuatico Pte Ltd. Pada bulan Agustus-November, pengerjaan infrastruktur akan dimulai, sehingga tahun 2009 mendatang ditargetkan bisa beroperasi dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat atas air minum berstandar World Healty Organization (WHO).
Sekedar diketahui PT Acuatico sendiri merupakan perusahaan bentukan Glendale International asal Singapura yang sahamnya sebagian besar dikuasai Recapital Group dan Glendale Partners. Di Jakarta Aquatico menjadi perusahaan terbesar yang memasok kebutuhan air bersih melalui anak perusahaan bernama PT Aetra Air Jakarta dengan jumlah pelanggan 3 juta warga. Rencananya di Kabupaten Tangerang, Aquatico dalam pembangunan proyek infrastruktur air baik mencakup konstruksi, desain serta operasional dan pemeliharaan akan menggunakan perusahaan berbendera PT Aetra Air Tangerang.
“Program ini bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai sasaran Millennium Development Goals (MDGs) nasional di sektor air minum yakni, pada tahun 2015 harus sudah dapat melayani air minum 50 persen penduduk yang belum terlayani saat ini,” ungkap Bupati Tangerang H Ismet Iskandar.
Secara terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tangerang, Nanang Komara usai rapat paripurna mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat ini akan segera menyiapkan agenda untuk segera dilakukan penandatangan nota kesepakatan (MoU) antara Pemda dengan pemenang lelang yakni PT Acuatico. “Secepatnya akan kita lakukan,” tandas Nanang.
Menurut Nanang, terelisasinya proyek KPS ini akan menjadi catatan bahwa Kabupaten Tangerang merupakan daerah pertama di Indonesia yang melakukan KPS. Selain di Kabupaten Tangerang, proyek serupa juga tengah diupayakan seperti di Bandung untuk kapasitas 1.800 liter/detik, Dumai (Riau) untuk kapasitas 500 liter per detik dengan investasi Rp 5,7 Millar dan Jambi untuk kapasitas 820 liter per detik dengan investasi Rp 129 miliar.(khomsurizal/Tangerang Tribun)
Kamis, 31 Juli 2008
Tangerang Jalin Swasta untuk Air Minum
Rabu, 30 Juli 2008
Bersama Mencari Caleg
Blog oleh Khomsurizal Masya
Gong Pemilihan Umum 2009 telah ditabuh dan terdengar bergemuruh di seantero tanah air, termasuk di ujung paling barat pulau Jawa ini. Saatnyalah rakyat bersama untuk menjaring calon wakil mereka baik duduk sebagai anggota legislatif (DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD) yang akan dipilih melalui ajang Pemilu nanti. Ingat pepatah kuno “Hanya Keledai yang akan terperosok dua kali dalam lubang yang sama”, begitulah kalimat tepat dalam mempresentasikan sebuah kesalahan dalam memilih wakil. Ingat juga pada Pemilu tahun 2001 dan 2004 lalu, sejumlah orang yang dipercaya mewakili rakyat dan diyakini menyuarakan hati nurani kita ternyata dalam perjalannya justru menafikan kepentingan masyarakat. Sebut saja contohnya, sebagian besar anggota DPRD Provinsi Banten periode 2001 terjerat kasus korupsi Dana Perumahan dan Tunjangan DPRD senilai Rp 14 Miliar serta diantaranya telah divonis penjara. Contoh lain, yang saat ini sedang dalam proses hukum ialah Kejaksaan Tinggi berencana memeriksa 45 anggota DPRD Pandeglang dalam kasus dugaan menerima suap dalam pinjaman daerah senilai Rp 200 Miliar. Itulah sedikit kasus yang menimpa para anggota dewan terhormat yang selama ini dianggap sebagai barisan terdepan menyuarakan kepentingan rakyat.
Nah tentunya, hal demikian menjadi gambaran agar kita tidak terulang kembali memilih kesalahan. Karena nasib rakyat, sedikit banyak akan tergantung oleh responsibilitas dan akuntabilitas para perwakilannya di parlemen.
Setidaknya, sebelum lebih jauh memasuki momen demokrasi untuk mengantarkan “Sang Kerah Putih” itu perlu menggelar uji kelayakan dan kepatutan yang secara sadar dilakukan seluruh rakyat (tidak hanya partai politik).
Uji kelayakan dan kepatutan atau fit and propertest meliputi, misalnya, syarat sesuai ketentuan yakni caleg adalah warga negara Indonesia yang telah berusia 21 tahun atau lebih, kesetiaan kepada Pancasila, UUD 1945, serta cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 serta surat tidak tersangkut perkara pidana seperti korupsi dan tindak pidana lainnya.
Melalui uji kelayakan di tingkat grassroot ini, secara otomatis akan menutup rapat-rapat terhadap caleg yang pernah dan sedang tersangkut kasus korupsi serta tindak pidana lain. Masyarakat akan bilang; “Tidak untuk Caleg Koruptor”. Selain itu, rakyat akan lebih melirik warga masyarakat yang akuntabilitas, bebas korupsi, berkelakuan baik dan sebagainya untuk dimajukan ke daftar caleg ke partai politik. Jadi partai politik hanya akan mengusung caleg yang merupakan rekomendasi atau dukungan masyarakat, sehingga pada akhirnya saat Pemilu 2008 tiba caleg-caleg yang berkualitas unggul dan benar-benar berpihak kepada rakyatlah yang dipilih.
Berdasarkan UU Nomor 10/2008 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, kuota kursi beberapa daerah pemilihan bertambah seiring membengkaknya jumlah pemilih, termasuk di DPRD Kota/Kabupaten sebanyak 50 kursi dan pertengahan Agustus 2008 mendatang memasuki tahap Pendaftaran Caleg di KPU. Oleh karenanya, sekarang belum terlambat baik masyarakat dan 34 partai politik untuk mencari sosok bakal Caleg yang sesuai harapan rakyat. Tidak lagi, parpol mengedepankan kekuatan uang, kolusi dan nepotisme untuk menentukan daftar Caleg. Namun daftar Caleg itu merupakan hasil uji kelayakan dan kepatutan yang telah dilakukan seluruh elemen masyarakat. (*)
Gong Pemilihan Umum 2009 telah ditabuh dan terdengar bergemuruh di seantero tanah air, termasuk di ujung paling barat pulau Jawa ini. Saatnyalah rakyat bersama untuk menjaring calon wakil mereka baik duduk sebagai anggota legislatif (DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD) yang akan dipilih melalui ajang Pemilu nanti. Ingat pepatah kuno “Hanya Keledai yang akan terperosok dua kali dalam lubang yang sama”, begitulah kalimat tepat dalam mempresentasikan sebuah kesalahan dalam memilih wakil. Ingat juga pada Pemilu tahun 2001 dan 2004 lalu, sejumlah orang yang dipercaya mewakili rakyat dan diyakini menyuarakan hati nurani kita ternyata dalam perjalannya justru menafikan kepentingan masyarakat. Sebut saja contohnya, sebagian besar anggota DPRD Provinsi Banten periode 2001 terjerat kasus korupsi Dana Perumahan dan Tunjangan DPRD senilai Rp 14 Miliar serta diantaranya telah divonis penjara. Contoh lain, yang saat ini sedang dalam proses hukum ialah Kejaksaan Tinggi berencana memeriksa 45 anggota DPRD Pandeglang dalam kasus dugaan menerima suap dalam pinjaman daerah senilai Rp 200 Miliar. Itulah sedikit kasus yang menimpa para anggota dewan terhormat yang selama ini dianggap sebagai barisan terdepan menyuarakan kepentingan rakyat.
Nah tentunya, hal demikian menjadi gambaran agar kita tidak terulang kembali memilih kesalahan. Karena nasib rakyat, sedikit banyak akan tergantung oleh responsibilitas dan akuntabilitas para perwakilannya di parlemen.
Setidaknya, sebelum lebih jauh memasuki momen demokrasi untuk mengantarkan “Sang Kerah Putih” itu perlu menggelar uji kelayakan dan kepatutan yang secara sadar dilakukan seluruh rakyat (tidak hanya partai politik).
Uji kelayakan dan kepatutan atau fit and propertest meliputi, misalnya, syarat sesuai ketentuan yakni caleg adalah warga negara Indonesia yang telah berusia 21 tahun atau lebih, kesetiaan kepada Pancasila, UUD 1945, serta cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 serta surat tidak tersangkut perkara pidana seperti korupsi dan tindak pidana lainnya.
Melalui uji kelayakan di tingkat grassroot ini, secara otomatis akan menutup rapat-rapat terhadap caleg yang pernah dan sedang tersangkut kasus korupsi serta tindak pidana lain. Masyarakat akan bilang; “Tidak untuk Caleg Koruptor”. Selain itu, rakyat akan lebih melirik warga masyarakat yang akuntabilitas, bebas korupsi, berkelakuan baik dan sebagainya untuk dimajukan ke daftar caleg ke partai politik. Jadi partai politik hanya akan mengusung caleg yang merupakan rekomendasi atau dukungan masyarakat, sehingga pada akhirnya saat Pemilu 2008 tiba caleg-caleg yang berkualitas unggul dan benar-benar berpihak kepada rakyatlah yang dipilih.
Berdasarkan UU Nomor 10/2008 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, kuota kursi beberapa daerah pemilihan bertambah seiring membengkaknya jumlah pemilih, termasuk di DPRD Kota/Kabupaten sebanyak 50 kursi dan pertengahan Agustus 2008 mendatang memasuki tahap Pendaftaran Caleg di KPU. Oleh karenanya, sekarang belum terlambat baik masyarakat dan 34 partai politik untuk mencari sosok bakal Caleg yang sesuai harapan rakyat. Tidak lagi, parpol mengedepankan kekuatan uang, kolusi dan nepotisme untuk menentukan daftar Caleg. Namun daftar Caleg itu merupakan hasil uji kelayakan dan kepatutan yang telah dilakukan seluruh elemen masyarakat. (*)
Minggu, 27 Juli 2008
Ke Karawaci, Tengok Rumah Sang Saudagar
Tangerang dengan segala persoalan kekinian tetap menarik sebagai sebuah kota yang sarat menyimpan sejarah. Bangunan kuno, kelenteng, vihara dan bangunan peninggalan sejarah lain masih bisa dijumpai di kota yang juga dijuluki sebagai Kota Benteng ini.
Salah satu peninggalan sejarah yang bisa dijumpai di Tangerang adalah rumah tua yang terletak di
Kampung Karawaci Baru, RT 04/03 Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Rumah dengan arsitektur perpaduan Tiongkok dan Belanda (Eropa) itu ditengarai sudah berusia lebih dari 400 tahun. Keistimewaan bangunan sangat terlihat pada bagian depan rumah utama, dimana desain bangunannya pada model atap rumah yang menjulang tinggi serta terdapatnya dua patung singa di pintu depan. Pada bagian belakang rumah, desain bangunannya kental dengan gaya Eropa. Selain banyak tiang penyangga beton ukuran besar, daun jendela yang digunakan pun berbentuk panjang menyerupai pintu khas bangunan Eropa.
Meski sudah sangat tua, namun bangunan ini masih berdiri kokoh di atas lahan seluas 2,5 hektar dengan luas bangunan 1 hektar (konon dahulu mencapai 3 hektar). Bagian depan terbuat dari kayu jati berwarna coklat. Di kiri kanan terdapat dua patung singa barong yang masih terpelihara dan utuh.
Di sekeliling bangunan itu berdiri rumah-rumah kopel atau asrama mantan tentara Komando Distrik Militer (Kodim) 203 Arya Kamuning. Mereka ditugasi menjaga keamanan kebun karet dan kelapa di wilayah sekitar rumah tua itu.
Dulu, rumah itu konon dimiliki oleh Jho Peng, seorang saudagar karet, atau awalnya menjadi mandor keturunan Cina yang mendapatkan kepercayaan penuh mengurusi pabrik dan kebun karet oleh pemerintah kolonial. Rumah itu kini dihuni oleh empat keluarga keturunan Jho Peng.
“Saya tidak mengetahui sejarah dan siapa pemilik asli dari rumah ini. Saya hanya seorang cucu generasi ketiga dari mandor kebun karet kepercayaan bos,” tutur Harry Masduki, seorang kepala keluarga yang menghuni rumah bergaya Cina itu.
Menurut Kasbullah (73), mantan tentara berpangkat Sertu yang dulu mendapat tugas menjaga sekitar wilayah itu, menuturkan, di areal rumah itu dulu adalah perkebunan karet dan kepala yang cukup luas. Di sekitar itu pula terdapat pabrik pengolahan getah karet dan kelapa dengan ratusan pekerja. “Tetapi tahun 1965, pabrik itu bangkrut karena ulah pekerjanya sendiri yang siangnya menyadap getah karet, malam menebang pohonnya untuk dijual,” terangnya.
Tangerang adalah salah satu wilayah penting pada zaman penjajahan karena memiliki kekayaan alam melimpah. Tetapi Tangerang juga dijadikan sebagai tempat menetap orang-orang keturunan yang tersingkir dari berbagai daerah, sehingga kemudian dikenal dengan sebutan Cina Benteng.
Syukuran Nelayan Cituis
Siang itu, Matahari terasa membakar kulit. Iskandar (23), nelayan Cituis, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang bersama puluhan nelayan lainnya terus berusaha keras menggapai perahu berisi sesaji berisi bekakak ayam, ikan, telur serta lauk pauk lainnya di tengah laut lepas Laut Jawa. Meski harus berpeluh, Iskandar dan juga sejumlah nelayan lainnya berhasil meraih sesaji yang diyakini dapat memberikan keselamatan dan keberuntungan ketika nelayan sedang melaut.
Upacara ritual melarung kepala kerbau dan beraneka sesaji merupakan simbol ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia hasil laut dan keselamatan masyarakat pesisir utara Kabupaten Tangerang, tepatnya di pantai Surya Bahari, Desa Surya Bahari, Kecamatan Pakuhaji, yang digelar secara tidak menentu.
Tahun ini, Pesta Laut kembali digelar pada Minggu (27/7). Mulai pukul 08.00 WIB hingga hampir pukul 14.00 WIB, berbagai macam sesaji yang dibawa satu perahu dengan berbagai interior dikawal para pendekar yang dituakan oleh warga sekitar. Sementara puluhan perahu nelayan lainnya yang ambil bagian dan mengikuti perahu yang mengangkut sesaji dan kepala kerbau yang akan dilepas di tengah laut bergerombol mengikuti untuk memperebutkan sesaji sebanyak mungkin. Sebelum kapal-kapal diberangkatkan, para nelayan tak lupa menyiramkan kapal mereka dengan air laut di sana. Sebagai simbol kapal yang akan mereka pakai untuk melaut dapat hasil tangkapan yang berlimpah dan dilindungi dari mara bahaya.
Dengan acara selamatan dan syukuran ini bagi para nelayan dan masyarakat luas, secara batin memberikan rasa tenang ketika mereka melaut untuk mencari nafkah. Namun dibalik itu semua, tidak ada kesan sakral dalam pelarungan atau upacara adat yang dilangsungkan di pesisir utara. Bahkan, oleh nelayan pelarungan lebih mirip pesta dan ungkapan rasa syukur semata.
Pesta Laut 2008 tersebut adalah pesta yang ke delapan sejak pertama kali diadakan tahun 2000 lalu. Tidak ada waktu yang khusus dalam pelaksanaan Pesta Nelayan di Desa Cituis, atau tepatnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cituis ini. Namun pada pesta Nelayan 14, 26 hingga 29 Juli 2008 nanti, dirayakan dengan beraneka kegiatan. Mulai dari acara hiburan sampai aksi bakti sosial bagi warga usia lanjut dan anak yatim piatu. Setiap malam diselenggarakan pagelaran seni dan budaya, khusus acara hiburan disajikan musik dangdut. Ada pula pertunjukan budaya berupa wayang golek dan beragam seni budaya lainnya.
"Pada tanggal 14 kemarin, kami melaksanakan lomba rancang bangun perahu dan tanggal 26, kami mengadakan kegiatan menanam 1.000 pohon bakau di pesisir pantai, dekat Sekolah Pelayaran," kata Penanggung Jawab kegiatan Pesta Nelayan yang juga Ketua KUD Mina Samudra Cituis, Muhamad Nasyirudin kepada Tengerang Tribun di ruang kerjanya, kemarin seraya mengatakan, puncak acara Pesta Laut ini dilangsungkan pada tanggal 29 Juli 2008.
Ketua Panitia Pesta Laut, Sukma Jaya SE mengatakan, terselenggaranya kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya masyarakat nelayan yang tergabung di TPI Cituis. Tidak ada bantuan sedikit pun dari pemerintah.
"Biaya ini dari para nelayan yang jumlahnya hampir ribuan orang ini. Mereka rela mengeluarkan biaya karena beraggapan pesta atau larung laut merupakan salah satu kewajiban sebagai rasa syukur nelayan kepada laut," paparnya.(Tangerang Tribun)
Upacara ritual melarung kepala kerbau dan beraneka sesaji merupakan simbol ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia hasil laut dan keselamatan masyarakat pesisir utara Kabupaten Tangerang, tepatnya di pantai Surya Bahari, Desa Surya Bahari, Kecamatan Pakuhaji, yang digelar secara tidak menentu.
Tahun ini, Pesta Laut kembali digelar pada Minggu (27/7). Mulai pukul 08.00 WIB hingga hampir pukul 14.00 WIB, berbagai macam sesaji yang dibawa satu perahu dengan berbagai interior dikawal para pendekar yang dituakan oleh warga sekitar. Sementara puluhan perahu nelayan lainnya yang ambil bagian dan mengikuti perahu yang mengangkut sesaji dan kepala kerbau yang akan dilepas di tengah laut bergerombol mengikuti untuk memperebutkan sesaji sebanyak mungkin. Sebelum kapal-kapal diberangkatkan, para nelayan tak lupa menyiramkan kapal mereka dengan air laut di sana. Sebagai simbol kapal yang akan mereka pakai untuk melaut dapat hasil tangkapan yang berlimpah dan dilindungi dari mara bahaya.
Dengan acara selamatan dan syukuran ini bagi para nelayan dan masyarakat luas, secara batin memberikan rasa tenang ketika mereka melaut untuk mencari nafkah. Namun dibalik itu semua, tidak ada kesan sakral dalam pelarungan atau upacara adat yang dilangsungkan di pesisir utara. Bahkan, oleh nelayan pelarungan lebih mirip pesta dan ungkapan rasa syukur semata.
Pesta Laut 2008 tersebut adalah pesta yang ke delapan sejak pertama kali diadakan tahun 2000 lalu. Tidak ada waktu yang khusus dalam pelaksanaan Pesta Nelayan di Desa Cituis, atau tepatnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cituis ini. Namun pada pesta Nelayan 14, 26 hingga 29 Juli 2008 nanti, dirayakan dengan beraneka kegiatan. Mulai dari acara hiburan sampai aksi bakti sosial bagi warga usia lanjut dan anak yatim piatu. Setiap malam diselenggarakan pagelaran seni dan budaya, khusus acara hiburan disajikan musik dangdut. Ada pula pertunjukan budaya berupa wayang golek dan beragam seni budaya lainnya.
"Pada tanggal 14 kemarin, kami melaksanakan lomba rancang bangun perahu dan tanggal 26, kami mengadakan kegiatan menanam 1.000 pohon bakau di pesisir pantai, dekat Sekolah Pelayaran," kata Penanggung Jawab kegiatan Pesta Nelayan yang juga Ketua KUD Mina Samudra Cituis, Muhamad Nasyirudin kepada Tengerang Tribun di ruang kerjanya, kemarin seraya mengatakan, puncak acara Pesta Laut ini dilangsungkan pada tanggal 29 Juli 2008.
Ketua Panitia Pesta Laut, Sukma Jaya SE mengatakan, terselenggaranya kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya masyarakat nelayan yang tergabung di TPI Cituis. Tidak ada bantuan sedikit pun dari pemerintah.
"Biaya ini dari para nelayan yang jumlahnya hampir ribuan orang ini. Mereka rela mengeluarkan biaya karena beraggapan pesta atau larung laut merupakan salah satu kewajiban sebagai rasa syukur nelayan kepada laut," paparnya.(Tangerang Tribun)
Vanesa Duta Banten untuk Putri Indonesia
Setelah melewati sejumlah rintangan dan menjalani massa karantina, Vanesa Ariesca Setiawan akhirnya lolos sebagai Finalis Putri Indonesia asal Banten. Gadis berparas cantik berusia 19 tahun itu meraih predikat membanggakan untuk mewakili Provinsi Banten ke pentas nasional dalam ajang Pemilihan Putri Indonesia 2008.
Vanesa dinobatkan sebagai Putri Indonesia asal Banten ditandai dengan disematkannya mahkota oleh Putri Pariwisata Indonesia tahun 2007, Ika Vionda Putri, Sabtu (27/7) malam, di Hotel Le Dian, Serang.
Gubernur Banten Hj Ratu Atut Chosiyah secara resmi menyematkan selendang berwaran ungu bertuliskan putri Indonesia 2008, sekaligus dengan pemberian piala Gubernur kepada Vanesa. Sementara posisi runner up 1, Rieke Caroline , runner up 2 Wulan Apridita. Sedangkan predikat harapan 1 Endah Arie Cakrawati dan Ludwina Marselindar meriah predikat harapan 2 serta Putri Favorit Indonesia Banten 2008 jatuh kepada Indri Damayanti dan Putri Persahabatan 2008 disematkan kepada Laura Veronica.
Dalam sambutanya, Ratu Atut menyatakan, Putri Indonesia Banten diharapkan berhasil meraih target menjadi Putri Indonesia 2008. Menurut Atut, Putri Indonesia Banten diharapkan bisa mempromosikan potensi Banten yang melimpah ruah. Sebagai duta Banten, Putri juga diharuskan menjaga nama baik Banten.(Banten Tribun)
Jumat, 25 Juli 2008
Duta Pemilihan Putri Indonesia Temui Gubernur
Sebanyak dua puluh finalis putri asal Provinsi Banten yang akan dipilih menjadi duta pemilihan Putri Indonesia 2008, Jum'at (25/7), mengunjungi Kantor Gubernur Banten.
Kunjungan kandidat duta Provinsi Banten ini, disambut Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata-Ranta Soeharta dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah(BKPMD) Eneng Nurcahyati. Sayangnya, Gubernur Banten Hj Ratu Atut Chosiyah yang diharapkan bisa ditemui mereka tengah tidak di tempat. Namun antusias mereka tetap terlihat, meski Gubernur Atut hanya menyapa para dara cantik ini melalui Short Massage Service (SMS).
Dalam pesan singkat yang disampaikan Kadisbudpar Ranta Soeharta, Gubernur Banten mengaku mendukung kegiatan Putri Banten serta memperhatikan peran perempuan dalam memajukan daerah di kancah nasional. "Menurut pengamatan Ibu Gubernur, Pemerintah Provinsi Banten sangat perhatian untuk menyampaikan materi wawasan dan sejarah Banten kepada siapa pun yang ingin belajar tentang Banten. Bahkan, ia juga mengamanatkan tidak hanya wawasan dari sisi budaya, tapi para finalis harus juga belajar tentang potensi wisata, pendidikan dan kesehatan," kata Ranta Soeharta saat menyampaikan pesan Gubernur.
Lebih lanjut, Ranta juga mengatakan, para finalis harus tahu program kerja Pemerintah Provinsi Banten terutama dalam pengentasan buta aksara dan wajar Dikdas serta belajar mengenai kesehatan masyarakat dan lingkungan, kesehatan perempuan dan Banten Sehat 2008.
Rencananya, Sabtu (26/7) malam, mereka akan kembali mengikuti uji wawasan dan etika di Hotel Le Dian Serang dan akan menjaring 7 juara calon Putri Indonesia asal Banten. Setelah itu, dari ke-7 akan dipilih hanya satu orang untuk mewakili Banten dalam kontes Putri Indonesia di Jakarta.
Pelaksana Pemilihan Putri Indonesia di Banten, Revly menyatakan, dara cantik tersebut sebelumnya telah melalui tahap uji audisi yang diselenggarakan 16-18 Juli 2008 di Sumarecon Mall Serpong Kabupaten Tangerang.(Tangerang Tribun)
Mengintai Pertempuran Kostrad di Cisauk
Sedikitnya sembilan unit kendaraan tempur (Ranpur) merangsek memasuki sebuah pedesaan di Desa Bakti Jaya, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Rabu (23/7) sore hari. Tak henti-hentinya suara desingan peluru dan gemuruh serta suara ledakan bak letusan gunung dari kendaraan berlapis baja itu terdengar. Kontan sejumlah orang yang ditengarai sebagai kawanan teroris lari tunggang langgang dan menyelamatkan diri.
Dengan gagah dan perlahan, panser-panser Kompi Intai Kavaleri Kostrad (Komando Strategi dan Cadangan TNI Angkatan Darat) diantaranya berjenis Ferret (kendaraan intai berawak dua orang), Saracen (kendaraan angkut pasukan yang bisa membawa sembilan personil) dan Saladin yang membawa kanon 76 mm serta berawak tiga orang berjajar memasuki sebuah pedesaan yang sebelumnya dikuasai oleh gerombolan teroris.
Meski sebagain teroris yang sebelumnya menguasai desa sepi itu kocar-kacir mendapat serbuan dari satuan setingkat kompi dalam kaveleri yang didatangkan dari Markas Batalyon Kaveleri Kostrad di Cijantung DKI Jakarta, para teroris terlihat cukup sengit melakukan perlawan. Tak ayal pertempuranpun tak bisa dihindari dan korban dipihak teroris kian bertambah.
Dalam hitungan menit, pasukan Kikavtai I Kostrad berhasil mengambil alih desa tersebut serta menahan sejumlah musuh yang menganggu keamanan negara setelah melakukan penyergapan, pengejaran hingga penembakan terhadap target. Seringkali, letusan senjata dari pasukan berbaret hijau dengan lambang Cakra Sapta Agni dan Bunga Terate ini mengenai sasaran. Bahkan musuh yang berlindung dibalik semak-semak atau sarang mereka juga berhasil dilumpuhkan.
Demikian salah satu bagian Latihan Uji Siap Tempur (UST) satuan setingkat kompi dalam kaveleri dari Kikavtai I Kostrad Cijantung dibawah pimpinan (DPP) Kapten Kavaleri, Roly Dewanto di Cisauk, Kecamatan Cisauk.
Menurut Roy, sesi latihan UST kepada 100 personil Kostrad ini sebagai persiapan untuk maju ke dalam medan laga yang bisa sewaktu-waktu dapat terjadi. “Yang namanya anggota TNI harus selalu siap bila dibutuhkan untuk mengamankan negara bila dalam keadaan kritis baik musuh dari luar maupun dari dalam,” tegasnya.
Kamis, 24 Juli 2008
Lindungi Anak Banten Sekarang
Blog Khomsurizal
Beragam cara pemerintah, orang tua, guru, keluarga dan elemen masyarakat dalam memperingati Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2008 ini. Mulai sekadar seremoni atau upacara peringatan HAN di pelbagai instansi pemerintahan, pemberian penghargaan kepada anak juara hingga pencanangan anak berkualitas. Tak jarang, lembaga peduli anakpun terhanyut menggelar kegiatan serupa seperti halnya ajang pemilihan Balita Sehat, kontes anak favorit sampai audisi putri cantik.
Tak salah memang, kegiatan semacam itu diselenggarakan dengan dalih memacu kualitas serta pemberdayaan anak.
Namun alangkah baiknya, pada momentum Hari Anak Nasional Tahun 2008, seluruh stakeholder kembali mengingat pentingnya Perlindungan Anak Indonesia. Bukankah saat ini, kasus-kasus kekerasan baik fisik dan mental yang menimpa kepada anak setiap tahun meningkat?. Lihat data UNICEF (United Nations Childern`s Fund), misalnya, pada awal tahun 2008 menyebutkan sekitar 60 persen anak balita Indonesia tidak memiliki akte kelahiran. Lebih dari 3 juta anak terlibat dalam pekerjaan berbahaya. Sekitar sepertiga pekerja seks komersil berumur kurang dari 18 tahun. Sementara 40.000-70.000 anak lainnya telah menjadi korban eksploitasi seksual. Ditambah lagi sekitar 100.000 wanita dan anak-anak diperdagangkan setiap tahunnya. Belum lagi 5.000 anak yang ditahan atau dipenjara dimana 84 persen di antaranya ditempatkan di penjara dewasa.
Padahal kondisi tersebut tidak perlu terjadi, sebagaimana tema HAN tahun ini yaitu “Saya Anak Indonesia Sejati, Mandiri dan Kreatif” dengan sub-tema “Anak Indonesia Sejahtera, Berkualitas dan Terlindungi” merupakan eksistensi yang harus terus terealisasi. Tidak sekadar kelahiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, namun langkah kongkrit perlindungan itu harus senantiasa dilakukan.
“Mulai dari terkecil di lingkungan kita!”, begitulah kira-kira tahapan penyadaran masyarakat. Prilaku bulying di sekolah, misalnya, harus dihilangkan segera lantaran menjadi salah satu contoh terkecil kekerasan terhadap mental anak.
Sudah saatnya, seluruh lapisan masyarakat menjadi bagian penting bagi upaya perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak, termasuk pemenuhan layanan perlindungan dan kesejahteraan.
Dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hak anak, setidaknya sing pinter, sing cageur, sing bener, sing bageur, sing singer. Karena apa yang diberikan kepada anak, itulah yang akan dilakukan dan menjadi pengalaman masa depan daerah dan bangsa ini.
Anak-anak Indonesia, termasuk di Banten, masih memerlukan perlindungan menyeluruh dan pemenuhan hak secara baik. Tidak hanya oleh pemerintah, Komnas Anak, KPAI, Unicef dan aparat hukum, tetapi sekolah dan keluarga turut menjadi bagian penting dalam perlindungan anak.
Gunung Anak Krakatau Berdentum 522 Kali
SERANG,TRIBUN—Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda sepanjang Selasa (22/7) tercatat mencapai 522 kali. Letusan itu disertai lontaran material kerikil dan gas beracun. "Karena itu, petugas melarang pengunjung melakukan pendakian, karena masih mengeluarkan lontaran bebatuan kerikil itu," kata Kepala Pos Pemantauan Gunung Krakatau, Anton Tripambudi di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Selasa.
Dia mengatakan, petugas hanya memberikan rekomendasi satu kilometer dari titik Gunung Anak Krakatau agar tidak terkena lontaran batu kerikil yang suhunya mencapai 1.500 derajat selsius. Kamis (3/7) lalu status Gunung Anak Krakatau diturunkan menjadi waspada level II oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Bandung.
Akan tetapi, letusan dan kegempaan terus meningkat dan kemungkinan bisa kembali menjadi status siaga level III. Saat ini, ujar dia, meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau karena terjadi pembesaran lubang kawah baru yang berlokasi di Bukit Selatan Gunung.
Dia mengatakan, hingga saat ini aktivitas gunung api di perairan Selat Sunda belum dinyatakan status normal. Bahkan, termasuk letusan dan kegempaan terlama pasca letusan tahun 1883 lalu yang menewaskan 36 ribu jiwa.
Data di Pos Pemantauan Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Selasa letusan dan kegempaan sebanyak 522 kali, yakni vulkanik A (dalam) 57 kali, vulkanik B (dangkal) 171 kali, letusan 93 kali, tremor 92 kali dan hembusan sebanyak 109 kali. "Hari ini Selasa (22/7) letusan dan kegempaan Anak Krakatau meningkat dibandingkan dua hari lalu yang mencapai 435 kali, " pungkas Anton.
Sejarah Krakatau
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik.
Pakar geologi B.G. Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.
Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.(Tangerang Tribun)
Rabu, 23 Juli 2008
Touring PRAMO-C
Ini foto2 touring anak2 PRAMO-C (Paser Rider Modified Comunity) yang pertama. kami touring ke nipa-nipa (PPU) . . . .
Touring PRAMO-C
Ini foto2 touring anak2 PRAMO-C (Paser Rider Modified Comunity) yang pertama. kami touring ke nipa-nipa (PPU) . . . .
Senin, 21 Juli 2008
Dewi Kwan Im "Kunjungi" Banten Lama
Memasuki Vihara Avalokitesvara, Komplek Banten Lama, Kota Serang, Minggu (20/7/2008) tak ubahnya berada diatas panggung pergelaran musik rock yang dipenuhi oleh asap berwarna putih. Bedanya asap di panggung pergelaran musik rock berbau bahan kimia sintetik dan tidak membuat mata pedih, tapi asap yang satu ini justru membuat pedih bagi yang tidak terbiasa dan berbau cukup wangi.
Maklum asap tersebut berasal dari pembakaran hio, alat bantu berdoa masyarakat Tionghoa beragama Budha, yang terbuat dari serbuk kayu gergajian dan dipadukan dengan bubuk lem kayu.
Meski begitu, alih-alih membuat tidak betah, para pengunjung bertanbah khidmat memanjatkan doa di depan patung-patung perlambang dewa yang diletakan didalam altarnya masing-masing. Sebetulnya ruangan vihara yang terletak tepat dibelakang Benteng Portugis di Kawasan Banten Lama itu cukup luas, tapi terlihat sempit lantaran banyaknya pengunjung memadati vihara.
“Bulan ini bertepatan dengan bulan keenam lunar kalender Imlek. Dibulan inilah, Dewi Kwan Im mencapai kesempurnaanya. Para penganut budha terutama dari kalangan tionghoa hari ini merayakan kesempurnaan dewi kwan im tersebut,” kata Humas Vihara Avolkestisvara, Asaji.
Diungkapkan Asaji pengunjung yang akan memperingati bulan kesempurnaan dewi cinta kasih ini, hingga tengah hari kemarin sudah tercatat sekitar 6.000 orang. Mereka bukan hanya berasal dari Banten tapi juga dari luar Banten seperti Jakarta, Bogor, tangerang dan bekasi. Bahkan, ada juga yang berasal dari daerah jawa barat dan sumatera.
Perayaan besar-besaran ini, akan mencapai puncaknya pada tengah malam dengan ritual berupa diperebutkannya kueh onde. Etnis tionghoa penganut agama budha meyakini mendapatkan kueh onde dalam puncak perayaan tersebut akan membuat hidup mereka dilingkupi kebahagaian dan kemakmuran sepanjang tahun berikutnya.
Perayaan ini sebenarnya baru permulaan. Karena pada bulan berikutnya kembali akan diperingati kelahiran dewi kwan im untuk kemudian akan kembali dirayakan bulan kematian dewi kwan im pada sembilan bulan setelah itu.
Fernando (29), pengusaha onderdil kendaraan bermotor asal Jakarta pusat mengaku selalu menyempatkan diri untuk memperingati perayaan-perayaan tersebut. Ia bahkan mengajak sanak keluarganya untuk itu. "Saya sama ibu, istri dan anak-anak. Sengaja ingin berdoa disaat-saat ada upacara seperti ini. Lebih berkah," katanya.(photo blog & sumber: idham/Tangerang Tribun)
Pesta Nelayan, Tradisi Doa Kemakmuran
Masyarakat pesisir Pakidulan, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (20/7/2008), menggelar pesta nelayan di pesisir pantai Bayah dengan berbagai ritual seperti menyembelih 2 ekor Kerbau jantan. Daging Kerbau itu langsung dibagikan kepada warga sekitar yang tidak mampu. Ritual kembali dilanjutkan dengan membacakan doa bersama dibarengi dengan melakukan tabur benih ikan mas dan nila sebanyak 5 kwintal di sungai Cimadur yang lokasinya hanya puluhan meter dari pesisir pantai Bayah.
Warga setempat, Latief Wimboaji mengatakan, digelarnya pesta nelayan tersebut sebagai tanda syukur, sekaligus berharap kepada yang maha kuasa, agar hasil tangkapan ikan para nelayan kian hari kian melimpah.
“Syukuran ini tidak lain agar aktivitas nelayan dalam melakukan penangkapan ikan, selalu diberikan keselamatan serta rizki yang melimpah,” kata Ketua Forum Pemuda Pakidulan ini.
Selain itu, pesta nelayan ditujukan sebagai bagian dari budaya yang harus dijaga kelestariannya. Untuk itu, Latief berharap, Pemkab bisa lebih mendukung kegiatan tersebut. Pasalnya, selama kegiatan pesta nelayan ini berlangsung Pemkab dinilainya kurang merespon.
“Tentunya kegiatan pesta nelayan ini memerlukan biaya yang tak sedikit. Namun, sayangnya dalam kegiatan ini Pemkab hanya memberikan bantuan sebesar Rp 2 juta. Padahal, Sukabumi memberikan bantuan hingga mencapai puluhan juta untuk mendukung kegiatan ini,” tukasnya.
Sementara itu, AM Erwin Komara Sukma, salah seorang tokoh nelayan, yang sekaligus Kepala Desa Sawarna, Kecamatan Bayah mengatakan, tradisi pesta laut, tentunya bukan merupakan aksi hura-hura yang dilakukan para nelayan di Bayah, melainkan kiriman doa, agar usaha nelayan dapat menguntungkan serta mensejahterakan nelayan.
“Memang acara ini sempat tidak dilakukan tahun-tahun sebelumnya. Namun, saya berharap agar agenda ini bisa menjadi agenda rutin tahunan,” katanya.
Sementara itu, Sekda Lebak Ruswan Effendi, mengatakan, pesta laut sebagai ajang rasa syukur yang dilakukan para nelayan, hal yang sangat baik dilakukan. Karena selain berharap agar nelayan diberikan keselamatan dan kesejahteraan, acara inipun salah satu aset budaya daerah yang harus dilestarikan.
“Tentunya saya selaku pribadi, serta atas nama pemkab sangat bangga terhadap para nelayan di Bayah, karena dalam upacara ini mereka memiliki perhatian pula untuk menaburkan benih ikan sebanyak 5 kwintal di Sungai Cimadur,” tukasnya. (Banten Tribun)
Minggu, 20 Juli 2008
Warga India Tamil Rayakan Adhi Tiruwilla
Ratusan warga keturunan India Tamil se-Jabodetabek mengikuti prosesi Perayaan Adhi Tiruwilla di tepi Sungai Angke, Komplek Puri Metropolitan, Cipondoh, Tangerang, Minggu (20/7).
Acara sakral umat Hindu beraliran Sakha Adhi Tiruwilla ini merupakan rangkaian ritual dalam menghormati Arca Dewi Durga atau yang lebih dikenal sebagai Dewi Penolak Bala. Sejak Jumat (18/7) lalu, Kuil Shri Bathra Kaliamman, Komplek Puri Metropolitan, Cipondoh Tangerang dipadati umat yang khusuk menjalankan prosesi. Tak hanya warga keturunan India Tamil se-Jabodetabek, warga India Tamil asal Malaysia, Singapore, Pilipina dan Eropa juga datang untuk memeriahkan puncak Adhi Tiruwilla, Minggu.
Mereka antusias mengikuti arak-arakan Arca Dewi Durga dari kuil hingga tepian sungai seraya melantunkan puja pujian atau Bhajan menuju tepi Kali Angke.
Arca tersebut dinaikkan pada sebuah kereta khusus dengan ditarik seorang pria yang tengah menjalani ritual tusuk lidah dan dipimpin tokoh agama bermahkota rangkaian bunga (Karagam) serta didampingi sedikitnya 15 perempuan menjunjung kendi berisi susu suci.
Selain masyarakat India Tamil, prosesi perayaan itu menjadi perhatian masyarakat dan wisatawan dari berbagai daerah. Masyarakatpun diberi kesempatan menyaksikan seluruh ritual mereka, kecuali pada saat prosesi inti di kuil.
Ketua Majelis Tinggi Agama Hindu Pusat, AS Kobalen mengungkapkan, Perayaan suci Adhi Tiruwilla merupakan suatu peringatan bulan sakral bagi masyarakat Hindu. Dalam perayaan itu, seluruh umat Hindu di dunia bertirakat seperti puasa, sebagaian diantaranya nazar berjalan di atas bara api, tusuk lidah, naik di atas parang, hingga menusuk seluruh tubuhnya.
Acara sakral umat Hindu beraliran Sakha Adhi Tiruwilla ini merupakan rangkaian ritual dalam menghormati Arca Dewi Durga atau yang lebih dikenal sebagai Dewi Penolak Bala. Sejak Jumat (18/7) lalu, Kuil Shri Bathra Kaliamman, Komplek Puri Metropolitan, Cipondoh Tangerang dipadati umat yang khusuk menjalankan prosesi. Tak hanya warga keturunan India Tamil se-Jabodetabek, warga India Tamil asal Malaysia, Singapore, Pilipina dan Eropa juga datang untuk memeriahkan puncak Adhi Tiruwilla, Minggu.
Mereka antusias mengikuti arak-arakan Arca Dewi Durga dari kuil hingga tepian sungai seraya melantunkan puja pujian atau Bhajan menuju tepi Kali Angke.
Arca tersebut dinaikkan pada sebuah kereta khusus dengan ditarik seorang pria yang tengah menjalani ritual tusuk lidah dan dipimpin tokoh agama bermahkota rangkaian bunga (Karagam) serta didampingi sedikitnya 15 perempuan menjunjung kendi berisi susu suci.
Selain masyarakat India Tamil, prosesi perayaan itu menjadi perhatian masyarakat dan wisatawan dari berbagai daerah. Masyarakatpun diberi kesempatan menyaksikan seluruh ritual mereka, kecuali pada saat prosesi inti di kuil.
Ketua Majelis Tinggi Agama Hindu Pusat, AS Kobalen mengungkapkan, Perayaan suci Adhi Tiruwilla merupakan suatu peringatan bulan sakral bagi masyarakat Hindu. Dalam perayaan itu, seluruh umat Hindu di dunia bertirakat seperti puasa, sebagaian diantaranya nazar berjalan di atas bara api, tusuk lidah, naik di atas parang, hingga menusuk seluruh tubuhnya.
Pandeglang Kaya Sumber Energi Alternatif
Pandeglang merupakan pemerintahan daerah tingkat kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Banten. secara geografis, Kabupaten Pandeglang terletak antara 6021i-"C 7010i- LS dan 1050 15i-1060 11i-BT. Luas Kabupaten Pandeglang mencapai 274.689,1 Ha, dengan posisi di ujung barat pusat pemerintahan Provinsi Banten. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serang, bagian Selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sebelah Barat Selat Sunda dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.
Sebagai daerah yang memiliki kelas kemiringan lereng dari datar sampai terjal , dari miring sampai curam untuk beberapa wilayah di sebelah selatan. Dari gambaran itu, Pandeglang sudah bisa dibayangkan memiliki potensi sumber daya alam (SDA), baik yang tersimpan di perut bumi maupun yang nampak di permukaan. Misalnya, sumber daya air, potensi minyak dan gas, potensi bahan galian dan potensi energi alternatif.
Potensi sumber daya air Kabupaten Pandeglang dipengaruhi fisiografi, iklim dan hidrologi. Iklim Kabupaten Pandeglang adalah tropis yang dicirikan dengan udara lembab dan hangat. Curah hujan tinggi dan kecepatan angin rendah, rata-rata dari 3000 mm bagian timur air dan sepanjang pantai selatan. Meningkat menjadi 4000 mm di kawsan Pegunungan Pulosari dan Aseupan di utara. Cibaliung-Cigeulis di bagian tenggara suhu rata-rata berkisar 26.80c. Perbatasan temperatur ditentukan elevasi atau ketinggian permukaan air laut.
Sungai-sungai utama meliputi Sungai Cikeusik dan Cibaliung di bagian selatan mengalir menuju Samudera Hindia, Sungai Ciseukeut, Sungai Ciliman dan Sungai Cibungur, mengalir ke Selat Sunda. Aliran sungai Cilemer dari bagian barat kaki Gunung Karang mengalir ke selatan dan bergelok mengarah barat Bojong dan menuju Muara Cibungur yang selanjutnya ke Selat Sunda.
Sementara potensi mata air terdapat di Kaki Gunung Karang Mentarap 1778 meter dari permukaan laut (DPL) dan Gunung Pulosari 1346 meter DPL, sekitar 65% mata air Kabupaten Pandeglang terdapat di kawasan ini. Mata air ini tersebar pada elevasi 200-400 meter DPL. Potensi air itu terletak hampir di setiap wilayah di 33 Kecamatan, diantaranya Kecamatan Cadasari yakni Cibulakan Desa Cadasari, Cilembur Desa Tanagara, Cisahayu desa Ciinjuk.
Kecamatan Karangtanjung meliputi Cilembur dan Citaman di Kelurahan Pagadungan. Kecamatan Pandeglang, meliputi Ciwasiat Kelurahan Pandeglang, Cijolok, Cigayam Kelurahan Sukaratu. Dan belasan kecamatan lainnya termasuk mata air yang menjadi lokasi wisata Alam Pemandian Cikoromoy di Desa Kadu Bungbang, Kecamatan Cimanuk.
Potensi Minyak dan Gas
Potensi sumber daya alam lainnya yang dimiliki Pandeglang adalah kandungan minyak dan gas. Potensi perut bumi Pandeglang itu tersimpan di pulau-pulau kecil yang menyebar di Perairan Selat Sunda dan Samudera Hindia. Pulau-pulau penyimpan potensi alam tersebut antara lain Pulau Panaitan, Pulau Peucang, Pulau Handeuleum, Pulau Boboko, Pulau Oar, Pulau Sumur, Pulau Umang, Pulau Liwungan, Pulau Popole, Pulau Tinjil dan Pulau Deli.
Kandungan minyak dan gas yang dimiliki Pandeglang salah satunya tersimpan di Pulau Deli di Samudera Hindia. Menurut data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Direktoral Jenderal Migas Tahun 2004, kandungan potensi Migas berlokasi di Blok Ujung Kulon itu memiliki luas sekitar 370.647 Ha.
Potensi Bahan Galian
Emas dan Perak
Potensi bahan galian boleh jadi potensi alam yang membanggakan bagi Kabupaten Pandeglang. Potensi ini tidak dimiliki daerah lainnya di Banten. Potensi dimaksud adalah emas dan perak. Kekayaan alam yang terkandung dalam perut bumi ini, berada di tenggara Kabupaten Pandeglang, yaitu di Kecamatan Cimanggu dan Cibaliung. Kekayaan alam berupa emas dan perak ini dibuktikan dengan pengangkatan dan penurunan yang berawal dari moisen awal sampai sekarang.
Di dua wilayah itu ditemukan sesar normal dan mendatar dengan arah barat laut-tenggara, timur laut-barat daya dan utara-selatan. Sesar tersebut saling berpotongan yang menyebabkan lokasi tersebut menjadi lemah sehingga memungkinkan terjadinya mineralisasi, khususnya emas yang mencapai 12 ppm pada urat kuarsa dengan batuan tufa dasitik dan tufa breksi.
Galian Golongan C
Andesit-Basal potensi alam jenis bahan galian C. Bahan galian ini terdapat di bagian utara Kabupaten Pandeglang dengan sebaran cukup luas. Andesit-Basal sebagai lava dan bongkah terdapat di banyak lokasi, antara lain, Kampung Bangangah, Desa Kondang, Kecamatan Mandalawangi. Kecamatan Cadasari Pasir Murugul Kampung Nyarenang Desa Ciinjuk, Pasir Gumapak Kampung Parakanpanjang Desa Cadasari. Di Kecamatan Pandeglang, Kampung Pagerbatu dan Pasir Angin dan banyak lagi lokasi galian C hingga paling ujung Pandeglang yakni di Kecamatan Sumur.
Sementara bahan galian C jenis pasir banyak dijumpai di beberapa lokasi. Berdasarkan letak potensi pasir dibagi menjadi tiga, yaitu pasir sungai, darat dan pantai. Pasir sungai sebagaian terdapat sebagai sirtu yang terendapkan pada bagian hulu sungai. Pasir darat berasal dari vulkanik, pasir pada sungai-sungai atau lembah purba yang sudah terkonsolidasi atau masih lepas. Pasir pantai dapat dijumpai di sepanjang pantai pada endapan pantai.
Pasir sungai darat dijumpai di beberapa lokasi seperti: Desa Sukadame, Desa Bama, Desa Menes, Desa Perdana, Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Saketi, Kecamatan Bojong dan Kecamatan Mandalawangi. Pasir darat dapat dijumpai di Kampung Lebak Seureuh, Kecamatan Karangtanjung. Pasir laut dapat dijumpai di Kecamatan Carita dan Labuan.
Begitupun potensi galian pasir batu atau Sirtu. Potensi hasil rombakan batuan yang telah ditransportasi air sungai dan diendapkan bila sungai sudah tidak mampu lagi mengangkut. Berdasarkan ukuran, sirtu yang dijumpai terdiri dari kerikil, kerakal dan bongkahan berbentuk membundar sebagai akibat jarak gerusan cukup jauh. Sirtu didominasi bongkah dan kerakal dari batuan gunung api yang terdiri endesit-basal. Endapat sirtu terdiri dari pasir, kerikil, kerakal dan bongkah dengan berbagai ukuran.
Feidspar, batu pasir kuarsa da persir besi. Potensi endapan feidspar terdapat pada formasi Cipacar merupakan tufa batu apung irolit berwarna putih higga afak kelabu, berbutir kasar hingga sedang, tidak terlalu padat dan mudah dipecahkan. Feidspar dijumpai di Kampung Cibiuk Desa Cibodas Kecamat Banjar. Endapan baru pasir kuarsa dan pasir besi terdapat pada batuan undak pantai. Pasir besi dapat dijumpai di Desa Rancapinang dan Batuhideung, Kecamatan Cimanggu sera Desa Sukawaris, Kecmatan Cikeusik.
Masih sederet lainnya potensi galian di Kabupate Pandeglang, yaitu Bentonil, kalsedan dan belerang. Endapan bentonit diduga terjadi dari proses devitrefikasi yaitu trasfortasi batuan tufa kaca yang terendapkan dalam lingkungan rawa. Bentonit berwarna kuning kecoklatan sampai keabuan menunjukan kilap lilin dengan ketebalan 0,5 "C 1,2 meter, ditutupi lapisan lempung tufaan relatif tebal lebih dari 3 meter.
Bentonit dapat dijumpai di Kampung Telasari Desa/Kecamatan Cigeulis. Desa Cikondang, Kecamatan Cikeusik dan Kampung Ciupas, Desa Sukadame, Kecamatan Pagelaran. Bongkahan Kolsedan berukuran 5-30 cm dijumpai pada sungai kecil di Kampung Sompok dan Kali Cilancar Kampung Cibiuk Desa Cibodas Kecamatan Banjar. Belerang alam dapat dijumpai di sekitar Gunung Pulosari termasuk Kampung Pamengker Desa Cilentung, Kecamatan Saketi.
Potensi Energi Alternatif
Kabupaten Pandeglang yang terletak di bagian paling barat Provinsi Banten memiliki wilayah kompleks dan lengkap, seperti pegunungan, pesawahan hutan dan pantai. Pada wilayah kompleks ini, ternyata sangat memungkinkan menyimpan kandungan potensi energi alternatif seperti energi biomassa, biogas, geothermal energi surya, gelombang laut dan microhyaro.
Sebagai daerah yang memiliki kelas kemiringan lereng dari datar sampai terjal , dari miring sampai curam untuk beberapa wilayah di sebelah selatan. Dari gambaran itu, Pandeglang sudah bisa dibayangkan memiliki potensi sumber daya alam (SDA), baik yang tersimpan di perut bumi maupun yang nampak di permukaan. Misalnya, sumber daya air, potensi minyak dan gas, potensi bahan galian dan potensi energi alternatif.
Potensi sumber daya air Kabupaten Pandeglang dipengaruhi fisiografi, iklim dan hidrologi. Iklim Kabupaten Pandeglang adalah tropis yang dicirikan dengan udara lembab dan hangat. Curah hujan tinggi dan kecepatan angin rendah, rata-rata dari 3000 mm bagian timur air dan sepanjang pantai selatan. Meningkat menjadi 4000 mm di kawsan Pegunungan Pulosari dan Aseupan di utara. Cibaliung-Cigeulis di bagian tenggara suhu rata-rata berkisar 26.80c. Perbatasan temperatur ditentukan elevasi atau ketinggian permukaan air laut.
Sungai-sungai utama meliputi Sungai Cikeusik dan Cibaliung di bagian selatan mengalir menuju Samudera Hindia, Sungai Ciseukeut, Sungai Ciliman dan Sungai Cibungur, mengalir ke Selat Sunda. Aliran sungai Cilemer dari bagian barat kaki Gunung Karang mengalir ke selatan dan bergelok mengarah barat Bojong dan menuju Muara Cibungur yang selanjutnya ke Selat Sunda.
Sementara potensi mata air terdapat di Kaki Gunung Karang Mentarap 1778 meter dari permukaan laut (DPL) dan Gunung Pulosari 1346 meter DPL, sekitar 65% mata air Kabupaten Pandeglang terdapat di kawasan ini. Mata air ini tersebar pada elevasi 200-400 meter DPL. Potensi air itu terletak hampir di setiap wilayah di 33 Kecamatan, diantaranya Kecamatan Cadasari yakni Cibulakan Desa Cadasari, Cilembur Desa Tanagara, Cisahayu desa Ciinjuk.
Kecamatan Karangtanjung meliputi Cilembur dan Citaman di Kelurahan Pagadungan. Kecamatan Pandeglang, meliputi Ciwasiat Kelurahan Pandeglang, Cijolok, Cigayam Kelurahan Sukaratu. Dan belasan kecamatan lainnya termasuk mata air yang menjadi lokasi wisata Alam Pemandian Cikoromoy di Desa Kadu Bungbang, Kecamatan Cimanuk.
Potensi Minyak dan Gas
Potensi sumber daya alam lainnya yang dimiliki Pandeglang adalah kandungan minyak dan gas. Potensi perut bumi Pandeglang itu tersimpan di pulau-pulau kecil yang menyebar di Perairan Selat Sunda dan Samudera Hindia. Pulau-pulau penyimpan potensi alam tersebut antara lain Pulau Panaitan, Pulau Peucang, Pulau Handeuleum, Pulau Boboko, Pulau Oar, Pulau Sumur, Pulau Umang, Pulau Liwungan, Pulau Popole, Pulau Tinjil dan Pulau Deli.
Kandungan minyak dan gas yang dimiliki Pandeglang salah satunya tersimpan di Pulau Deli di Samudera Hindia. Menurut data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Direktoral Jenderal Migas Tahun 2004, kandungan potensi Migas berlokasi di Blok Ujung Kulon itu memiliki luas sekitar 370.647 Ha.
Potensi Bahan Galian
Emas dan Perak
Potensi bahan galian boleh jadi potensi alam yang membanggakan bagi Kabupaten Pandeglang. Potensi ini tidak dimiliki daerah lainnya di Banten. Potensi dimaksud adalah emas dan perak. Kekayaan alam yang terkandung dalam perut bumi ini, berada di tenggara Kabupaten Pandeglang, yaitu di Kecamatan Cimanggu dan Cibaliung. Kekayaan alam berupa emas dan perak ini dibuktikan dengan pengangkatan dan penurunan yang berawal dari moisen awal sampai sekarang.
Di dua wilayah itu ditemukan sesar normal dan mendatar dengan arah barat laut-tenggara, timur laut-barat daya dan utara-selatan. Sesar tersebut saling berpotongan yang menyebabkan lokasi tersebut menjadi lemah sehingga memungkinkan terjadinya mineralisasi, khususnya emas yang mencapai 12 ppm pada urat kuarsa dengan batuan tufa dasitik dan tufa breksi.
Galian Golongan C
Andesit-Basal potensi alam jenis bahan galian C. Bahan galian ini terdapat di bagian utara Kabupaten Pandeglang dengan sebaran cukup luas. Andesit-Basal sebagai lava dan bongkah terdapat di banyak lokasi, antara lain, Kampung Bangangah, Desa Kondang, Kecamatan Mandalawangi. Kecamatan Cadasari Pasir Murugul Kampung Nyarenang Desa Ciinjuk, Pasir Gumapak Kampung Parakanpanjang Desa Cadasari. Di Kecamatan Pandeglang, Kampung Pagerbatu dan Pasir Angin dan banyak lagi lokasi galian C hingga paling ujung Pandeglang yakni di Kecamatan Sumur.
Sementara bahan galian C jenis pasir banyak dijumpai di beberapa lokasi. Berdasarkan letak potensi pasir dibagi menjadi tiga, yaitu pasir sungai, darat dan pantai. Pasir sungai sebagaian terdapat sebagai sirtu yang terendapkan pada bagian hulu sungai. Pasir darat berasal dari vulkanik, pasir pada sungai-sungai atau lembah purba yang sudah terkonsolidasi atau masih lepas. Pasir pantai dapat dijumpai di sepanjang pantai pada endapan pantai.
Pasir sungai darat dijumpai di beberapa lokasi seperti: Desa Sukadame, Desa Bama, Desa Menes, Desa Perdana, Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Saketi, Kecamatan Bojong dan Kecamatan Mandalawangi. Pasir darat dapat dijumpai di Kampung Lebak Seureuh, Kecamatan Karangtanjung. Pasir laut dapat dijumpai di Kecamatan Carita dan Labuan.
Begitupun potensi galian pasir batu atau Sirtu. Potensi hasil rombakan batuan yang telah ditransportasi air sungai dan diendapkan bila sungai sudah tidak mampu lagi mengangkut. Berdasarkan ukuran, sirtu yang dijumpai terdiri dari kerikil, kerakal dan bongkahan berbentuk membundar sebagai akibat jarak gerusan cukup jauh. Sirtu didominasi bongkah dan kerakal dari batuan gunung api yang terdiri endesit-basal. Endapat sirtu terdiri dari pasir, kerikil, kerakal dan bongkah dengan berbagai ukuran.
Feidspar, batu pasir kuarsa da persir besi. Potensi endapan feidspar terdapat pada formasi Cipacar merupakan tufa batu apung irolit berwarna putih higga afak kelabu, berbutir kasar hingga sedang, tidak terlalu padat dan mudah dipecahkan. Feidspar dijumpai di Kampung Cibiuk Desa Cibodas Kecamat Banjar. Endapan baru pasir kuarsa dan pasir besi terdapat pada batuan undak pantai. Pasir besi dapat dijumpai di Desa Rancapinang dan Batuhideung, Kecamatan Cimanggu sera Desa Sukawaris, Kecmatan Cikeusik.
Masih sederet lainnya potensi galian di Kabupate Pandeglang, yaitu Bentonil, kalsedan dan belerang. Endapan bentonit diduga terjadi dari proses devitrefikasi yaitu trasfortasi batuan tufa kaca yang terendapkan dalam lingkungan rawa. Bentonit berwarna kuning kecoklatan sampai keabuan menunjukan kilap lilin dengan ketebalan 0,5 "C 1,2 meter, ditutupi lapisan lempung tufaan relatif tebal lebih dari 3 meter.
Bentonit dapat dijumpai di Kampung Telasari Desa/Kecamatan Cigeulis. Desa Cikondang, Kecamatan Cikeusik dan Kampung Ciupas, Desa Sukadame, Kecamatan Pagelaran. Bongkahan Kolsedan berukuran 5-30 cm dijumpai pada sungai kecil di Kampung Sompok dan Kali Cilancar Kampung Cibiuk Desa Cibodas Kecamatan Banjar. Belerang alam dapat dijumpai di sekitar Gunung Pulosari termasuk Kampung Pamengker Desa Cilentung, Kecamatan Saketi.
Potensi Energi Alternatif
Kabupaten Pandeglang yang terletak di bagian paling barat Provinsi Banten memiliki wilayah kompleks dan lengkap, seperti pegunungan, pesawahan hutan dan pantai. Pada wilayah kompleks ini, ternyata sangat memungkinkan menyimpan kandungan potensi energi alternatif seperti energi biomassa, biogas, geothermal energi surya, gelombang laut dan microhyaro.
Label:
energi,
pandeglang,
potensi daerah,
Provinsi Banten
Jumat, 18 Juli 2008
Banten Raih Penghargaan Gender
Gubernur Banten, Hj Ratu Atut Chosiyah, menerima penghargaan Provinsi yang memiliki Peraturan Daerah (Perda) Tentang Pengarustamaan Gender. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta disaksikan Presiden Republik Indonesia SBY dan Ny Ani Bambang Yudhoyono, serta beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu di Istana Presiden Republik Indonesia, Kamis (17/7).
Penghargaan diberikan bersamaan dengan Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemberdayaan Perempuan (PP) dan Kesejahteraan dan perlindungan anak tahun 2008. Selain Atut, beberapa kepala daerah juga menerima penghargaan dengan berbagai kategori.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta mengatakan, penghargaan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, organisasi, LSM maupun perorangan yang memiliki komitmen terhadap pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. “Pembangunan pemberdayaan perempuan diarahkan untuk kesejajaran kaum perempuan dan laki-laki dalam segala bidang. Untuk itu, kaum perempuan harus diberikan akses terhadap berbagai sektor pembangunan di Indonesia,” kata Meutia.
Dalam sambutannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpesan agar penghargaan tersebut menjadi pemicu kepada pemerintah daerah, organisasi-organisasi, LSM dan seluruh komponen masyarakat untuk bekerja lebih baik lagi, termasuk melaksanakan pengarustamaan gender.
Gubernur Banten Hj Ratu Atut Chosiyah, didampingi Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa, Sigit Suwitarto kepada Tangerang Tribun menegaskan pemberian penghargaan Menteri Pemberdayaan perempuan terhadap Gubernur Banten merupakan prestasi Banten atas upaya-upayanya dalam melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pengarustamaan gender. “Banten merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki Perda tentang Pengarustamaan Gender,” kata Atut bangga.
Pemberdayaan perempuan, katanya, telah dilaksanakan sejak kelahiran Provinsi Banten dan cukup efektif sejak tahun 2001. Pada saat itu, pemerintah telah mengalokasikan anggaran yang berbasis pemberdayaan perempuan dan menata kelembagaan. “Pada tahun 2008, kelembagaannya ditingkatkan kepada tataran eselon II, yakni Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa,” imbuhnya.
Selain itu, masih Atut, angka Indeks Pembangunan Manusia meningkat dari sebelumnya tahun 2002 berada pada posisi 66.6 menjadi 68,8 pada tahun 2005. Secara rata-rata IPM bergerak naik sebesar 0,7 poin setiap tahunnya. Peningkatan IPM tersebut dibarengi dengan peningkatan akses perempuan terhadap sumber daya perempuan.
Pada tahun 2006 angka buta huruf perempuan tinggal 2,74 persen. Kondisi ini turun dua kali lipat dibanding tahun 2002 yang mencapai 4,2 persen lebih. Keberhasilan pembangunan berbasis pemberdayaan perempuan tersebut, sangat terlihat pada rentang perbedaan prosentase buta huruf antara laki-laki dan perempuan yang semakin mengecil.
“Pada tahun 2002 prosentase buta huruf laki-laki sebesar 4,2 persen dan perempuan 1,7 persen. Sedangkan pada tahun 2006 angka buta huruf perempuan menjadi 2,7 persen dan laki-laki sebesar 1,1 persen.
Demikian juga dalam sektor kesehatan. Angka Harapan Hidup masyarakat Banten pada tahun 2005 adalah 64 tahun. Bahkan, pada sektor kesehatan ini, angka harapan hidup perempuan 65,2 tahun lebih tinggi dari angka harapan hidup lakki-laki 61,5 tahun. Sedangkan untuk sektor publik, Atut berjanji akan mendorong kaum perempuan untuk menduduki pemimpin di eksekutif maupun dilegislatif. (Tangerang Tribun)
Selasa, 15 Juli 2008
Badak Bercula Satu Terancam Punah
Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Pandeglang, Banten, merupakan spesies langka yang patut dilindungi seluruh pihak. Populasi Rhinoceros sondaicus yang hanya tersisa di penghujung Pulau Jawa ini sudah terancam punah, karena dari jumlah 60 ekor sejak 20 tahun terakhir tak kunjung bertambah dan bahkan mulai mengkhawatirkan.
Keberadaan “Badak Bercula Satu”, demikian lebih dikenal, pada hutan lindung seluas 120 hektare itu harus berebut makanan dengan Banteng liar yang jumlahnya mencapai ribuan ekor.
Selain terancam dengan habitat Banteng liar, Badak Jawa yang menjadi icon daerah Kabupaten Pandeglang ini, juga tergeser dengan keberadaan hewan lain yang berkembang cukup banyak seperti babi hutan dan rusa. Kesemua hewan tersebut memiliki konsumsi makanan yang sama dengan badak yakni tumbuh-tumbuhan.
"Ini tak seimbang. Jenis makanannya sama tumbuh-tumbuhan, sedang arealnya tak bertambah, badak sering mengalah," kata Kepala Taman Nasional Ujung Kulon, Agus Priambudi didampingi Project Leader World Wide Foundation (WWF) Indonesia, Adhi Rachmat Hariyadi dan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten, Yanuar saat acara Workshop Jejaring Kerja Peduli Ujung Kulon di Serang, Selasa (15/7).
Senin, 14 Juli 2008
Berwisata ke Pandeglang Pasti Seru
Wilayah Kabupaten Pandeglang letaknya sebelah selatan Ibu Kota Provinsi Banten, Serang. Wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabutapaten Serang. Namun jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Provinsi Banten, Sumber Daya Alam (SDA) Kabupaten Pandeglang terbilang cukup berlimpah, terlebih potensi obyek wisata alam.
Betapa tidak, jika dilihat dari geografis, wilayah Pandeglang diapit oleh tiga pegunungan yang memancarkan air melalui sumber-sumber mata air yang dijadikan lokasi pemandiaan alam air pegunungan, seperti Cikoromoy dan Cisolong dan air terjun Curug Putri dan Curug Gendang. Tiga gunung yang menghembuskan hawa sejuk kesetiap penjuru wilayah Pandeglang itu dikenal dengan sebutan Akarsari (Gunung Aseupan, Karang dan Pulosari). Dari ketiga gunung tersebut, Gunung Karang memiliki ketinggian 1.778 meter di atas permukaan laut. Sedangkan ketinggian Gunung Pulosari 1.346 dan Gunung Aseupan 1.174 di atas permukaan laut.
Di bagian selatan dan barat Pandeglang terdapat hamparan pasir putih, mulai laut Pantai Carita hingga Pantai Sumur-Ujung Kulon. Bahkan soal wisata bahari dan hutan, Pandeglanglah yang lebih asik untuk dikunjungi. Sebab selain pantainya bersih di lautan lepas di bagian utara, dan ada gugusan pegunungan di sebelah selatan yang dipercantik oleh pulau-pulau kecil yang menggoda untuk dikunjungi oleh para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Dari belasan pulau yang itu, ada diantaranya yang mudah dikunjungi, yakni Pulau Umang, Peucang, Panaitan dan Pulau Deli serta banyak pulau-pulau kecil lainnya. Di pulau-pulau kecil itu dilengkapi hotel atau penginapan dan restoran yang setiap saat siap melayani para wisatawan yang berkunjung.
Di sebelah barat Pandeglang, tepatnya di pesisir Pantai Carita yang berbatasan dengan Kabupaten Serang, membentang tempat wisata pantai pasir putih yang cukup menarik untuk dikunjungi. Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Carita todak sekedar menikmati panorama laut dan ombak bersih yang tak henti-hentinya menjilati kaki, wisatawan juga bisa bebas menikmati keagungan ciptaan Tuhan berupa air terjun Curug Gendang yang memancarkan keindahan alam.
Lokasi wisata alam lain yang menjadi kekayaan sekaligus kebanggaan Pandeglang, adalah wisata alam Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Dengan ciri khas satwa langka Badak Cula Satu (Rhinoceros Sondaicus) juga masih menyimpan satwa langka lainnya. Dan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna TNUK menjadi sebuah kawasan pelestarian alam terpenting di Indonesia. TNUK juga merupakan perwakilan ekosistem hutan tropis daratan rendah yang tersisa dan terluas di dunia.
Taman Nasional Ujung Kulon yang berada di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang memiliki tiga tipe ekosistem yaitu perairan laut, pesisir pantai dan daratan. Selain itu TNUK juga memiliki keanekaragaman hayati yang berlimpah. Terdapat 700 jenis flora, 57 diantaranya termasuk langka. Faunanya terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 juenis reptilia, 22 jenis ambphibian, 240 jenis aves, 72 jenis insecta, 142 jenis fisces dan 33 jenis terumbu karang.
Pemerintah daerah memasukan seluruh obyek wisata itu ke dalam kawasan pengembangan dengan pola terarah melalui Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Upaya mengangkat wisata Pandeglang terus dilakukan Pemkab Pandeglang melalui berbagai cara, misalnya saja penyebaran brosur dan pengiklanan diberbagai media massa dan lainnya.
Potensi pariwisata itu dapat menciptakan multiply effec baik untuk masyarakat maupun pemerintah daerah sendiri melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meski demikian, kondisi pariwisata di Pandeglang tidak jauh berbeda dengan daerah lainnnya di Indonesia yang terus mengalami turun naik karena sangat terkait dengan kondisi ekonomi dunia.
Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, jumlah wisatawan yang masuk ke Pandeglang tahun 1997 atau sebelum krisis ekonomi, jumlah wisatawan bisa mencapai 2 juta dan 6.000 diantaranya adalah wisatawan mancanegara. Setalah badai krisis ekonomi menerpa Indonesia, jumlah wisatawan menurun drastis menjadi 30.000 wisatawan, tapi pada saat bersamaan terdapat kenaikan dari jumlah wisatawan manca negara sebanyak 10.000.
Pariwisata di Pandeglang baru kembali bergairah pada tahun 2000 dan kembali menurun untuk pariwista pantai saat tsunami yang melanda Aceh. Tapi secara perlahan kepercayaan wisatawan terhadap obyek wisata di Pandeglang kembali pulih. "Kondisi wisatawan jika dihitung untuk tahun 2006 jumlahnya mencapai 718.923. Tapi jumlah wisatawan mencanegara menurun menjadi 1.614," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Drs Suwito.
Gading Serpong Bangun St Carolus Women’s and Children’s Hospital
Pengembang kawasan Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, PT Summarecon Agung Tbk bersama Pelayanan Kesehatan St Carolus akan membangun Rumah Sakit khusus melayani kesehatan perempuan dan anak di Jalan Gading Golf Boulevard, Pakulonan Barat, Pagedangan, Kabupaten Tangerang.
Fasilitas kesehatan yang selanjutnya diberi nama St Carolus Women’s and Children’s Hospital ini, dilakukan pemancangan tiang pertama proyek oleh Komisaris dan Direksi PT Summmarecon Agung Tbk serta pengurus Perhimpunan St Corolus dan Direksi Pelayanan Kesehatan St Carolus, Senin (14/7).
Direktur Utama PT Bhakti Karya Vita, dr Emon Winardi didampingi Sharif Benyamin, Presiden Direktur PT Bhakti Karya Vita menjelaskan, Rumah sakit tersebut merupakan kerjasama antara PT Serpong Cipta Kreasi (unit usaha dari PT Summarecon Agung Tbk dengan pelayanan kesehatan St Carolus Jakarta. “Kerjasama ini diwujudkan melalui pendirian PT Bhakti Karya Vita sebagai pengelola rumah sakit,” katanya disela-sela press conference di Paramount Golf, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang.
Kerjasama penyelenggaraan rumah sakit khusus ini ditujukan sebagai bentuk kepedulian pelayananan kesehatan ibu dan anak yang optimal, holistik dan terpercaya di kawasan Serpong dan sekitarnya. “Disamping itu program yang dijalankan juga ditujukan untuk dapat menunjang pemberdayaan perempuan dalam membangun keluarga sehat,” ujarnya.
Presiden Direktur PT Bhakti Karya Vita Sharif Benyamin menambahkan, selain memiliki kapasitas total 66 tempat tidur, rumah sakit ini juga akan dilengkapi dengan sarana penunjang diagnostik, poliklinik, kamar bersalin, kamar bedah dan perawatan khusus untuk perempuan dan anak yang modern, optimal dan terintegrasi. “Program pelayanan rawat jalan dan rawat inap akan dikembangkan bagi para pihak yang terlibat,” terangnya.
Direncanakan rumah sakit ini terdiri atas gedung berlantai 5, termasuk semi basement dengan total luas bangunan kurang lebih 7.000 m2. Sedangkan pembangunan dijadwalkan selesai dan mulai beroperasi pada September 2009.
Minggu, 13 Juli 2008
Kang dan Nong Aktif Lestarikan Budaya dan Pariwisata
Beragam budaya dari nilai-nilai etis masyarakat telah berabad tahun lamanya berkembang di Kabupaten Tangerang. Namun sebagian diantaranya mulai pudar digerus arus globalisasi dan ditinggalkan para generasi selanjutnya.
Demikian menjadi perhatian salah satu finalis Kang dan Nong Kabupaten Tangerang 2008, Rani Anggorowati (19).
Ia bertekad melalui momen Pemilihan Kang dan Nong ini, bisa berpartisipasi mengembangkan budaya dan sektor pariwisata di Kabupaten Tangerang. Pasalnya, putra dan putri daerah merupakan sebagaian generasi masyarakat yang memiliki peran penting menggerakkan kembali nilai-nilai budaya, tradisi dan pengembangan pariwisata.
Diantara peninggalan budaya yang perlu dikembangkan, ungkap Rani, ialah batik khas Tangerang. Menurut Rani, kekhasan batik asal Tangerang terletak pada ragam ornamen, guratan corak dan dibuat dengan oleh warga dipinggiran. “Ini (batik) perlu ditetapkan dan diperkenalkan kepada masyarakat bahwa Kabupaten Tangerang memang kaya sekali dengan potensi budaya,” kata Rani.
Oleh karenanya, dirinya mengaku tengah memperdalam pengetahuan dengan cara menelusuri sejarah batik Kabupaten Tangerang dan mempelajari peluang pengembangan batik tersebut ke kancah nasional. “Saya bertekad untuk dapat menjadi duta budaya dan pariwisata yang mempunyai instuisi dan kepandaian mempromosikan dan mensosialisasikan produk khas Kabupaten Tangerang,” tandas Rani
Berbeda dengan Rani, Bunaya Sari (22) mengungkapkan, banyak peninggalan sejarah dan kebudayaan harus dilestarikan. Dengan mengetahui karakter sejarah, Kabupaten Tangerang akan lebih maju dengan daerah lain.
Kolaborasi kebudayaan masyarakat Tangerang dengan Tionghoa, misalnya, perlu tetap dilestarikan. Termasuk melestarikan hasil sejarah percampuran kedua kebudayaan ini seperti Klenteng Teluknaga di pesisir pantai utara, wayang potehi, gambang kromong, tarian cokek dan lainnya. “Sebagai calon duta budaya dan pariwisata adalah suatu tugas, dan bagai mana caranya aset tersebut menjadi sebuah ikon daerah nantinya. Kelestarian budaya adalah tanggung jawab kita semua,” kata Naya.
Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Tangerang sekaligus Pembina Paguyuban Kang dan Nong Kabupaten Tangerang, Intan Nurul Hikmah mengapresisasi pandangan pelestarian budaya yang dimiliki para finalis. Menurutnya duta daerah tidak harus cantik, tetapi memiliki visi melestarikan dan memajukan kebudayaan masyarakat. “Para Kontestan finalis kang dan nong harus memiliki suatu instuisi dan kepandaian menyusun strategi promosi dan sosialisasi agar budaya dan pariwisata dapat cepat familiar di masyarakat,” ucap Intan kepada Tangerang Tribun.
Sementara Wakil Bupati H Rano Karno berpesan agar Kang dan Nong memiliki strategi kedepan untuk mempromosikan budaya dan pariwisata asli Tangerang. “Mereka akan menjadi duta budaya dan pariwisata yang sesungguhnya,” tandasnya.(poto blog ini oleh M Jakwan and Surya Sumirat/Tibun)
Kamis, 10 Juli 2008
Kapal Andromeda dari Tanjung Burung
Bunyi mesin penghalus batang tulang kapal bersahut-sahutan di area sekitar PT Andromeda, Desa Tanjung Burung Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Meski siang itu dan begitulah setiap harinya, suara dari mesin ampelas cukup memekakan telinga tak menjadi keluh-kesah warga sekitar. Bahkan bebunyiannya seolah menimbulkan nada-nada harapan bagi warga sekitar pesisir laut utara ini.
Tepatnya 500 meter dari rumah warga terluar, di pinggiran jalan utama menuju desa mereka, berdiri pabrik pembuat kapal dan perahu. Dari sini ternyata, kapal penjelajah perairan Asia dan perahu nelayan mesin berkode “AD dan ADR” telah dibuat. Salah satunya dibuat oleh pabrik bernama PT Andromeda, disamping 10 pabrik lainnya yang juga beraktivitas serupa di desa tersebut dengan masing-masing keunggulan dan kapasitas kemarimitimannya.
Desa yang tak banyak dikunjungi warga kota ini, justru dikenal di mancanegara khususnya negara tetangga seperti Singapore, Brunei dan Malaysia. Diketahui perkampungan ini, sekitar 70 persen penduduknya bekerja atau mengais rezeki dengan membuat kapal dan perahu.
Manajer Personalia PT Andromeda, Dra Susan Widiawati mengungkapkan, hampir 2 tahun pihaknya memproduksi lebih dari 223 kapal dengan segala tipe dan kapasitas yakni mulai tipe AD-01 hingga ADR-20.
Ibu muda pemilik 2 anak ini menjelaskan, hasil produksinya juga merupakan pesanan dari instansi militer negara sahabat, TNI dan Polri. “Pengusaha Eropa dan Amerika tak jarang menjadi pemesan Andromeda,” terang Susan.
Selasa, 08 Juli 2008
Situ Cipondoh Wisata Primadona dalam Kota
Situ Cipondoh menjadi tempat alternatif tujuan wisata masyarakat Tangerang. Situ yang sempat menjadi sengketa itu kini menjadi primadona di tengah ketiadaan objek wisata alam di Kota Tangerang.
Situ yang awalnya menjadi tempat berkembang biak eceng gondok dan tumbuhan liar lain, kini sudah disulap menjadi tempat rekreasi keluarga.
Memiliki luas sekitar 127 hektar yang meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Situ itu digarap secara menjadi sarana rekreasi oleh warga secara swadaya sejak tahun 2006 lalu. Kini, warga banyak berdatangan untuk melihat keindahan Situ sambil melepas penat setelah sibuk oleh rutinitas kota. Ada yang sekadar duduk-duduk di pinggiran Situ, ada yang mencicipi makanan yang tersedia di beberapa rumah makan di sekitar, ada juga yang bermaksud memancing.
Ketua RW 02, Nurdin yang juga sebagai salah seorang pengurus Forum Masyarakat Pelestarian dan Pengembangan Situ Cipondoh menuturkan, pengembangan dan pembenahan Situ Cipondoh murni hasil swadaya masyarakat. Baik tenaga, pikiran maupun dana. “Juga hasil dari pengunjung,” katanya. Saat ini, Situ Cipondoh terus berbenah diri dan melengkapi sarana mulai dari halaman parkir, pembuatan tempat bersantai, sarana umum seperti toilet umum, dan penataan tempat berjualan.
Situ Cipondoh kini dijadikan tempat alternatif berlibur masyarakat. Selain tempatnya mudah dijangkau, fasilitasnya cukup murah juga kebersihan dan keindahan danau ini tidak diragukan lagi.
Pada musim liburan sekolah seperti sekarang ini, pengunjung melonjak naik. Rata-rata setiap minggunya mencapai 3 ribu orang. Padahal ju,lah pengunjung sebelumnya tidak mencapai angka itu.
Pengunjung hanya diwajibkan membayar parkir bagi yang membawa kendaraan sebesar Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan kendaraan roda empat. Sedangkan bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan danau dengan menggunakan sepeda air hanya dikenakan biaya Rp 12 ribu per 30 menit, arena bermain anak dikenakan biaya Rp 2 ribu untuk anak di atas 5 tahun, sedangkan untuk anak di bawah 5 tahun tidak dipungut biaya.
Sally (20), seorang pengunjung mengaku senang berwisata di Situ Cipondoh. “Fasilitasnya hampir memadai dengan tempat wisata lain,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Kota Tangerang Abdul Syukur menjelaskan, Situ Cipondoh merupakan aset Pemkot Tangerang namun pengelolaannya ditangani oleh masyarakat melalui forum. Ini bertujuan untuk memperdayakan masyarakat baik dibidang kepariwisataan maupun dibidang ekonomi. “Situ ini dipugar berdasarkan hasil swadaya masyarakat sekitar,” tuturnya.(Tangerang Tribun)
Tari Cukin, Sisi Lain Kesenian Cokek
Bila diperhatikan secara seksama, seni Tari Cukin tidak jauh berbeda dengan tari Cokek yang sudah lebih awal dikenal dan representasi sebuah kebudayaan asli masyarakat Tangerang. Hanya yang membedakannya, Tari Cukin sejenis drama tarian yang menceritakan para remaja putra dan putri yang sedang bersenda gurau pada pada suatu malam yang cukup cerah dan menggunakan tema ungkapan keceriaan para remaja dengan gerak tari yang cukup indah sehingga membuat kaum laki-laki tergerak untuk ikut serta didalamnya. Kesan pornoaksi dalam tarian Cukin sudah ditinggalkan oleh para penarinya.
Tarian ini pertama kali dipentaskan pada saat resepsi HUT Republik Indonesia (RI) ke-62. Di sela-sela sambutan Bupati Tangerang H Ismet Iskandar ketika itu, setelah menyaksikan pertunjukan spontan tersebut langsung memberikan nama tarian tersebut menjadi Tarian Cukin. Istilah Cukin merupakan bahasa asli masyarakat Tangerang yang mengandung artian selendang biasa dipakai para penari yang berarti juga kain yang dipakai untuk menggendong anak.
Tarian ini merupakan implementasi hasil workshop pengembangan kreasi seni daerah Kabupaten Tangerang yang diadakan pada tanggal 1 Agustus 2006 lalu. Sebagai maestronya adalah Nani Mulyani yang mengadopsi gerak tari Cokek yang sejak zaman Belanda telah berkembang. Hanya dalam ketentuan tari Cukin ini, rambu-rambu yang diamanatkan seniman mengacu pada norma-norma agama dan paradigma masyarakat Kabupaten Tangerang yang religius.
Hadirnya seni tari Cukin karena adanya tari Cokek yang sering kali dipandang negatif. Representasi kehadiran tari Cokek yang berkembang di Tangerang lebih berintonasi pada musik Betawi, China (Tionghoa). Selain itu, kaidah gerakannya pun belum memiliki aturan yang jelas.
Sebagai sesepuh tari Cokek adalah Masnah yang telah renta dan berumur lebih dari 60 tahun dan bertempat tinggal di Teluk Naga. Tari Cokek untuk saat ini sangat tabu dan hanya dihadirkan pada acara-acar tertentu seperti hajatan warga-warga keturunan Tionghoa untuk menghibur sekaligus pelepas syahwat. Karena tarian tersebut sangat gerakannya bersentuhan langsung secara fisik antar laki-laki dan perempuan dalam satu sarung.
“Pada zaman penjajahan dahulu, tari Cokek adalah tarian penghibur dan pelepas syahwat para petinggi Belanda yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai aksi untuk mengelabui para penjajah Belanda,” jelas Nani kepada Tangerang Tribun, Senin (7/7).
Hasil dari pengembangan, kolaborasi dan workshop kreasi seni daerah Kabupaten Tangerang dapat tercipta suatu tarian yang mencerminkan seni budaya khas Kabupaten Tangerang.
“Karena dengan terciptanya suatu kesenian daerah, maka hal tersebut akan berdampak pada kemajuan dan akan memperkuat jati diri serta kepribadian pada suatu daerah tersebut,” lanjutnya.
Konflik dalam tari Cukin dikemas secara humor dan dimainkan oleh 5 orang nong dan I orang kang. Sedangkan para pangrawit atau biasa disebut nagaya berjumlah 10 orang yang masing-masing memegang satu buah alat musik.
“Dan diakhir cerita, para penari wanita meninggalkan penari laki-laki yang sedang terhanyut oleh tarian dan alat musik. Ketika penari laki-laki menyadari dia akan mengejar dan memegang selendang, maka terjadilah tarik menarik antara keduanya, dan membuat kang jatuh ditelapak kaki nong,” pungkasnya.
Waditra/ alatmusik terdiri dari bonang, te khian, rebab, angklung gubrag, kendang, gong, kecrek, rebana marawis dan terompet pencak silat dengan alunan musik pengiring perpaduan dari jenis musik tradisional yang dipadukan sehingga menghasilkan musik yang dinamis. “Terbagi dua sesi, yang pertama musik instrumental dan yang kedua lagu yang langsung dinyanyikan seperti, nong manis, Ati sayang, kenong batok, nu ngibing dan nong darenok,” tandasnya.
Sementara Kepala Dinas Pemuda Olah raga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Tangerang HM Komarudin menambahkan, tari Cukin adalah tarian yang bermetamorfosis dari tari Cokek dan sebagai budaya asli Kabupaten Tangerang untuk menambah khasanah dan menampilkan ciri dan warna budaya asli masyarakat Tangerang.(credit foto: AEN/ Tangerang Tribun)
Minggu, 06 Juli 2008
Duta Daerah
24 Finalis Ikuti Grand Final Kang Nong
SERPONG, TRIBUN
Sebanyak 24 peserta audisi Kang dan Nong Kabupaten Tangerang tahun 2008 yang berasal dari 36 kecamatan berhasil mendapatkan tiket untuk maju dalam babak Grand Final Pemilihan Kang dan Nong pada 24 Agustus mendatang.
Mereka menyisikan ratusan peserta audisi lainnya yang digelar di Summarecon mall Serpong, Sabtu (5/7).
Dari pantauan Tangerang Tribun, ratusan kalangan remaja baik putra dan putri antusias mengikuti sejumah tahapan audisi yang dimulai pukul 08.00 WIB. Terlihat diantara mereka cukup serius dan tak jarang orang tua ikut mengantar sembari memberikan support kepada anaknya. Ditengah sesi tes tertulis, sejumlah hiburanpun seperti penampilan vokalis Tere dan modern dance ikut memeriahkan suasana ajang bergengsi bagi remaja di daerah “Kota Seribu Industri” ini. Selanjutnya, satu per satu peserta memperagakan kemahirannya dihadapan dewan juri. Mulai berlenggak-lenggok bak peragawati hingga menjawab beberapa pertanyaan juri seputar wawasan umum, pariwisata, pengetahuan daerah serta kepribadian.
Sedangkan dewan juri audisi terdiri dari Pembina Kang dan Nong Kabupaten Tangerang sekaligus Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Tangerang Intan Nurul Hikmah, Ketua KNPI Kabupaten Tangerang Januar M.Si, serta unsur Paguyuban Kang dan Nong (Hendri Siswanto, Ade Komarudin SE dan TB Didi Hamidi).
Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Budaya dan Parawisata Kabupaten Tangerang HM Komarudin menyambut baik perhelatan tersebut. Menurutnya, even pemilihan Kong dan Nong Kabupaten Tangerang 2008 atas kerja bareng pihaknya dengan Paguyuban Kang dan Nong, Sumareccon Mal Serpong dan Tangerang Tribun ini bukan sekedar ajang kontes kecantikan, tetapi merupakan pemilihan remaja berbakat yang smart dan memiliki wawasan luas. Kang Nong terpilih bertugas membantu pemerintah daerah dalam memperkenalkan, mempromosikan dan mensosilaisasikan sektor budaya dan pariwisata Kabupaten Tangerang kepada masyarakat umum. “Selama ini sektor budaya kian tergerus zaman dan kurang terekplorasi untuk diberdayakan secara optimal, sama halnya dengan pariwisata yang kurang dipromosikan dan disosialisasikan kepada masyarakat,” ucap Komarudin.
Komarudin pun menambahkan ajang seperti ini tidak sekedar pemanis setiap acara kepemerintahan yang bersifat protokoler, sebaliknya memberdayakan sumber daya remaja dalam bidangnya masing-masing.
Sementara Pembina Kang dan Nong Kabupaten Tangerang Intan Nurul Hikmah, menambahkan, kriteria penilaian adalah empat aspek yang sangat fundamental bagi para peserta yang akan dijadikan duta budaya dan pariwisata Kabupaten Tangerang. “Peserta harus mengerti sektor pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Tangerang, memiliki pengetahuan umum, kepribadian dan bakat. Kang dan Nong tidak hanya cantik, tapi juga pintar,” tukasnya.(Sumber: Tangerang Tribun)
Selasa, 01 Juli 2008
Batik Banten Simbol Perjuangan “Sang Bangsawan”
Dibuat dengan hasil tangan 100 persen, dan dikerjakan secara teliti dengan nama yang diambil dari daerah paling ujung Jawa bagian Barat, Batik Banten menandakan semangat kebantenan yang tidak pernah luntur untuk terus dikumandangkan hingga ke manca negara. Siapapun yang memakainya akan merasakan kebesaran Banten masa lalu.
Sejak ditetapkan menjadi satu-satunya batik nusantara yang benar-benar memiliki karakter unik. Batik Banten ini adalah batik paten pertama yang setiap motifnya menandakan garis-garis semangat kebantenan. Bahkan di manca negara, batik ini menjadi batik juara dari 52 negara peserta pameran batik di Malaysia tahun 2005 lalu.
Menurut si empunya produksi Batik Banten, Ir Uke Kurniawan, Batik Banten adalah batik yang selalu membanggakan masyarakat Banten dimanapun ia dibawa dan dipamerkan. Lihat saja, 12 nama motif yang ada, Surosowan, Mandalikan, Kawangsan, Pasulaman, Srimanganti, Sabakingking, Pamaranggen, Pancaniti, Pasepen dan Motif Panjanten. Dari nama saja si pemakainya akan diajak untuk mengingat nama-nama gelar kebangsawanan, keraton dan sejarah-sejarah masa lalu Banten.
Lain itu, batik yang seluruh motifnya diambil dari nama toponim desa-desa kuno, nama gelar dan nama tata ruang Keraton Kesultanan Banten ini sekilas sama dengan batik nusantara lainnya. Hanya saja, sebagai batik yang membawa nama daerah di mana batik ini berada, ada sesuatu yang membedakannya yakni nama "Banten". Di mana ketika disebutkan orang akan teringat Kejayaan masa lalunya.
"Saya benar-benar tidak menyangka, ketika kami menggelar pameran di beberapa negara, orang sangat mengenal Banten. Mengenal kebesarannya. Di sinilah semangat Banten dikenalkan untuk semua kalangan," kutip Tangerang Tribun dari pemilik Produksi Banten, Uke Kurniawan di rumah industrinya di Jln Bhayangkara Depan Masjid Kubil, No 5 Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.
Menurut penuturannya, dimulai sejak adanya Surat Keputusan Gubernur Banten pada Oktober 2003 tentang pembentukan panitia peneliti batik Banten, memicu batik ini untuk dibudidayakan. Telah dilakukan pengkajian motif telah dilakukan sejak tahun 2002. Hasil dari pengkajian motif tersebut kemudian dipresentasikan di depan para arkeolog nasional, budayawan, dan pemerintah Banten pada September 2004.
"Sumber daya arkeologi yang memiliki seni hias Banten belum banyak terungkap. Hal ini yang menjadi bahan pemikiran bersama. Di antara sumber daya arkeologi yang telah terungkap secara sistematik antara lain pada Artefak Terwengkal, hasil penggalian Pusat Penelitian Arkeologi Universitas Indonesia tahun 1976," kata Uke.
Transformasi motif dari Terwengkal ke suatu kain batik Banten merupakan upaya-upaya menghidupkan kembali seni hias Banten yang telah hilang sejak abad ke-17. Penyelamatan dan pelestarian potensi kekayaan intelektual masyarakat Banten yang telah hidup ratusan tahun itu telah diwujudkan ke dalam berbagai wahana, baik pada seni hias ornamental bangunan maupun pada seni hias kain yaitu batik.
Rekonstruksi seni hias yang dimunculkan melalui wahana keramik, gelasir, dan nongelasir telah diwujudkan oleh Yayasan Baluwarti pada tahun 1994. Tahun 2002 telah dimunculkan melalui ornamental bangunan-bangunan di kawasan Banten lama. Pada tahun 2004 seni hias Banten telah dimunculkan melalui wahana kain batik oleh PT Uthana Group.
"Ragam hias lokal genius yang berkesinambungan dari masa pra sejarah hingga ke masa Islam adalah ragam hias berbentuk tumpal atau pucuk rebung, yang berubah interpretasi pemaknaannya. Pada masa Islam diisi dengan makna mukernas yang artinya perukunan," kata Uke.
Berdasarkan penelitian para Arkeolog sebetulnya ditemukan 75 ragam hias fragmen kreweng Banten yang berbentuk tumpal dan belah ketupat sebagai motif batik. Namun, pada tahap sekarang dari 75 ragam itu hanya 12 motif yang akan diproduksi, yaitu Datulaya, Pamaranggen, Pasulaman, Kapurban, Pancaniti, Mandalikan, Pasepen, Surasowan, Kawangsan, Srimanganti, Sabakingking, Dan Pejantren.
Yang menjadi batik ini membawa simbol kebanggan dan semangat Banten yang menjadi ciri khas utama batik Banten adalah motif datulaya. Motif ini memiliki dasar belah ketupat berbentuk bunga dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun. Warna yang digunakan, motif dasar berwarna biru, variasi motif pada figura sulur-sulur daun berwarna abu-abu, pada dasar kain berwarna kuning.
"Selama ini suvenir dari Banten hanya golok. Kesannya terlalu kasar. Dengan batik Banten, saya harap masyarakat Banten bisa dikenal sebagai masyarakat yang lembut dan berbudaya tinggi," pungkasnya. (Sumber: Tangerang Tribun)
Foto-foto di blog ini diambil oleh Sanusi Pane/Banten Tribun
Langganan:
Postingan (Atom)