Minggu, 27 Juli 2008
Ke Karawaci, Tengok Rumah Sang Saudagar
Tangerang dengan segala persoalan kekinian tetap menarik sebagai sebuah kota yang sarat menyimpan sejarah. Bangunan kuno, kelenteng, vihara dan bangunan peninggalan sejarah lain masih bisa dijumpai di kota yang juga dijuluki sebagai Kota Benteng ini.
Salah satu peninggalan sejarah yang bisa dijumpai di Tangerang adalah rumah tua yang terletak di
Kampung Karawaci Baru, RT 04/03 Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Rumah dengan arsitektur perpaduan Tiongkok dan Belanda (Eropa) itu ditengarai sudah berusia lebih dari 400 tahun. Keistimewaan bangunan sangat terlihat pada bagian depan rumah utama, dimana desain bangunannya pada model atap rumah yang menjulang tinggi serta terdapatnya dua patung singa di pintu depan. Pada bagian belakang rumah, desain bangunannya kental dengan gaya Eropa. Selain banyak tiang penyangga beton ukuran besar, daun jendela yang digunakan pun berbentuk panjang menyerupai pintu khas bangunan Eropa.
Meski sudah sangat tua, namun bangunan ini masih berdiri kokoh di atas lahan seluas 2,5 hektar dengan luas bangunan 1 hektar (konon dahulu mencapai 3 hektar). Bagian depan terbuat dari kayu jati berwarna coklat. Di kiri kanan terdapat dua patung singa barong yang masih terpelihara dan utuh.
Di sekeliling bangunan itu berdiri rumah-rumah kopel atau asrama mantan tentara Komando Distrik Militer (Kodim) 203 Arya Kamuning. Mereka ditugasi menjaga keamanan kebun karet dan kelapa di wilayah sekitar rumah tua itu.
Dulu, rumah itu konon dimiliki oleh Jho Peng, seorang saudagar karet, atau awalnya menjadi mandor keturunan Cina yang mendapatkan kepercayaan penuh mengurusi pabrik dan kebun karet oleh pemerintah kolonial. Rumah itu kini dihuni oleh empat keluarga keturunan Jho Peng.
“Saya tidak mengetahui sejarah dan siapa pemilik asli dari rumah ini. Saya hanya seorang cucu generasi ketiga dari mandor kebun karet kepercayaan bos,” tutur Harry Masduki, seorang kepala keluarga yang menghuni rumah bergaya Cina itu.
Menurut Kasbullah (73), mantan tentara berpangkat Sertu yang dulu mendapat tugas menjaga sekitar wilayah itu, menuturkan, di areal rumah itu dulu adalah perkebunan karet dan kepala yang cukup luas. Di sekitar itu pula terdapat pabrik pengolahan getah karet dan kelapa dengan ratusan pekerja. “Tetapi tahun 1965, pabrik itu bangkrut karena ulah pekerjanya sendiri yang siangnya menyadap getah karet, malam menebang pohonnya untuk dijual,” terangnya.
Tangerang adalah salah satu wilayah penting pada zaman penjajahan karena memiliki kekayaan alam melimpah. Tetapi Tangerang juga dijadikan sebagai tempat menetap orang-orang keturunan yang tersingkir dari berbagai daerah, sehingga kemudian dikenal dengan sebutan Cina Benteng.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar