“Diturunkan, diturunkan, diturunkan lagi,” kata iklan layanan masyarakat di beberapa televisi sembari menggambarkan harga BBM saat ini. Bahkan seorang yang beratribut nelayan dalam iklan yang dibuat sebuah partai politik peserta Pemilu 2009 ini mengaku melaut tidak lagi mahal. “Terima Kasih,” kata nelayan itu seolah menggambarkan suka ria para nelayan lainnya.
Dalam dunia nyata kegembiraan seorang nelayan di iklan itu tak dirasakan sepenuhnya oleh para nelayan. Melaut tetap mahal dan bahkan banyak diantara mereka tidak bisa melaut, karena kesulitan mendapatkan solar untuk digunakan sebagai bahan bakar perahunya.
Nelayan pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Agus, misalnya, seolah meluruskan berita murahnya membeli solar seperti tayangan televisi itu. Agus yang juga Ketua RT 02/01 di desa ini mengungkapkan, nelayan di sekitar desanya yang separuh diantaranya ternyata memilih tidak melaut. “Warga sudah lebih dari 10 hari tidak pergi mencari ikan di laut,” kata Agus.
Kondisi demikian, sambungnya, lantaran harga eceran solar cukup tinggi dan mahal yakni dijual hingga Rp 7.000 per liter. Padahal kebutuhan solar untuk mengisi bahan bakar perahu sangat penting, sehingga dengan harga sebesar itu memberatkan nelayan. Selain alasan ini, penghasilan melaut juga tidak mencukupi untuk menutup pembelian solar.
Agus mengeluhkan tidak tersediannya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN), karena menyulitkan nelayan untuk mendapatkan solar. Akibat jarak pengecer dengan SPBN atau SPBU yang semakin jauh itu, biaya yang dikeluarkan nelayan semakin tinggi juga.
Kondisi perekonomian warga Tanjung Pasir yang banyak berprofesi sebagai nelayan masih sulit, karena untuk sekadar melaut membutuhkan biaya tinggi.
Warga Tanjung Pasir, Teti yang bersuamikan nelayan mengungkapkan turunnya BBM tidak terlalu berpengaruh bagi taraf ekonomi keluarganya. Dia menjelaskan ketika harga BBM jenis solar Rp 4500 per liter tahun 2008, harga di eceran hanya Rp 5.000 per liter. Namun setelah harga itu diturunkan seperti semula, harga solar tersebut masih tetap kisaran harga Rp 6.500 sampai Rp 7.000 per liter.
“Harga solar segitu mahal, ini mengakibatkan seluruh harga-harga. Belum lagi betulin mesin disel, pusing pak,” keluh Teti.
Dia berharap selainkan menurunkan harga solar, pemerintah untuk mempermudah mendapatkan BBM di tingkat nelayan seperti menyediakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan atau Solar Packadge Dealer Nelayan (SPDN) terdekat. Apalagi sejak Desember 2008, SPDN 37.15502 yang biasa memasok solar bersubsidi untuk nelayan di sekitar Tanjung Pasir telah dihentikan operasinya.
Tampilkan postingan dengan label perekonomian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perekonomian. Tampilkan semua postingan
Rabu, 21 Januari 2009
Selasa, 20 Januari 2009
Emas Gunung Halimun akan Dieksplorasi
Pemerintah Kabupaten Lebak sedang mengajukan penguasaan 1.000 hektar lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang akan dijadikan lokasi pertambangan emas.
Kepada Tangerang Tribun, Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya mengatakan, untuk memuluskan rencana itu Wakil Bupati Lebak Amir Hamzah dan Kepala Dinas Pertambangan Sopyan sedang melakukan lobi agar usulan tersebut disetujui Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban. Bupati menjelaskan, lahan di kawasan Gunung Halimun seluas 1.000 hektar yang masuk ke wilayah Kecamatan Cibeber, Lebak Gedong, serta Kecamatan Cirinten mengandung kadar emas dan kadar jenis tambang lainnya.
“Kami berharap disetujui pak Menteri,” ujarnya.
Menurutnya, bila hal itu disetujui Departeman Kehutanan, maka kekayaan alam di lokasi setempat, akan semakin mendongkrak pendapatan daerah Kabupaten Lebak. Saat kawasan TNGHS yang termasuk dalam hutan yang dilindungi negara itu dikelola Dephut.
“Saya optimis permintaan kita akan dikabulkan, karena alasannya lokasi Gunung Halimun tersebut berada di dalam wilayah Kabupaten Lebak,” ujarnya.
Dijelaskannya, bila nantinya disetujui, maka pengelolaannya akan dilakukan oleh pemerintah daerah, sehingga akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 50 miliar pertahun. Selain itu, dengan adanya penambangan emas di lokasi tersebut, dengan sendirinya akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar lahan tersebut.
“Selain dapat menyerap tenaga kerja, masyarakat setempat yang bermukim di sekitar lahan dapat memanfatkannya untuk bercocok tanam dan lain sebagainya dan ini akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat,” tukasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lebak Robert Chandra mengatakan, bahwa saat ini para ahli eksplorasi kandungan bawah tanah sedang menyelidiki potensi emas yang ada di Gunung Halimun. Namun seberapa besarnya kandungan emasnya belum dapat diketahui secara pasti.
“Tetapi telah diketahui bahwa di lahan tersebut ada kandungan emasnya, sehingga Pemkab akan berupaya untuk menjadikan hutan tersebut sebagai tambang lokasi emas," pungkasnya.
Sementara Ketua Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) Wandi S mengatakan, Pemkab Lebak seharusnya memikirkan dampak negatif yang ditimbulkan. Apakah nilai manfaatnya lebih besar atau sedikit bagi masyarakat.
“Pemkab harus memikirkan dampak yang ditimbulkan akibat lokasi tambang emas tersebut bagi masyarakat sekitar nantinya,” tukasnya.
Menurut Wandi, pendapatan daerah tidak hanya dihasilkan dari tambang saja, sebab masih banyak lahan lain yang bisa dijadikan proritas bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pasalnya, dampak kerusakan yang akan dihasilkan akan lebih banyak seperti resapan air , satwa, ekosistem dan lain sebagainya.
“Sedangkan manfaatnya belum tentu dirasakan oleh masyarakat Lebak,” tukasnya.
Kepada Tangerang Tribun, Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya mengatakan, untuk memuluskan rencana itu Wakil Bupati Lebak Amir Hamzah dan Kepala Dinas Pertambangan Sopyan sedang melakukan lobi agar usulan tersebut disetujui Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban. Bupati menjelaskan, lahan di kawasan Gunung Halimun seluas 1.000 hektar yang masuk ke wilayah Kecamatan Cibeber, Lebak Gedong, serta Kecamatan Cirinten mengandung kadar emas dan kadar jenis tambang lainnya.
“Kami berharap disetujui pak Menteri,” ujarnya.
Menurutnya, bila hal itu disetujui Departeman Kehutanan, maka kekayaan alam di lokasi setempat, akan semakin mendongkrak pendapatan daerah Kabupaten Lebak. Saat kawasan TNGHS yang termasuk dalam hutan yang dilindungi negara itu dikelola Dephut.
“Saya optimis permintaan kita akan dikabulkan, karena alasannya lokasi Gunung Halimun tersebut berada di dalam wilayah Kabupaten Lebak,” ujarnya.
Dijelaskannya, bila nantinya disetujui, maka pengelolaannya akan dilakukan oleh pemerintah daerah, sehingga akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 50 miliar pertahun. Selain itu, dengan adanya penambangan emas di lokasi tersebut, dengan sendirinya akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar lahan tersebut.
“Selain dapat menyerap tenaga kerja, masyarakat setempat yang bermukim di sekitar lahan dapat memanfatkannya untuk bercocok tanam dan lain sebagainya dan ini akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat,” tukasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lebak Robert Chandra mengatakan, bahwa saat ini para ahli eksplorasi kandungan bawah tanah sedang menyelidiki potensi emas yang ada di Gunung Halimun. Namun seberapa besarnya kandungan emasnya belum dapat diketahui secara pasti.
“Tetapi telah diketahui bahwa di lahan tersebut ada kandungan emasnya, sehingga Pemkab akan berupaya untuk menjadikan hutan tersebut sebagai tambang lokasi emas," pungkasnya.
Sementara Ketua Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) Wandi S mengatakan, Pemkab Lebak seharusnya memikirkan dampak negatif yang ditimbulkan. Apakah nilai manfaatnya lebih besar atau sedikit bagi masyarakat.
“Pemkab harus memikirkan dampak yang ditimbulkan akibat lokasi tambang emas tersebut bagi masyarakat sekitar nantinya,” tukasnya.
Menurut Wandi, pendapatan daerah tidak hanya dihasilkan dari tambang saja, sebab masih banyak lahan lain yang bisa dijadikan proritas bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pasalnya, dampak kerusakan yang akan dihasilkan akan lebih banyak seperti resapan air , satwa, ekosistem dan lain sebagainya.
“Sedangkan manfaatnya belum tentu dirasakan oleh masyarakat Lebak,” tukasnya.
Rabu, 14 Januari 2009
Tol Balaraja-Serpong Segera Dibangun
Direncanakan tahun 2011, akses Tol Balaraja-Serpong sepanjang 32 kilometer akan dioperasikan. Saat ini Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah membuat rencana Detail Enginering Desain (DED) serta mempersiapkan lahan jalur tol tembus tersebut.
“Menteri PU sangat respek sekali dengan rencana ini. Kita tinggal tunggu keputusannya dan kira-kira tahun ini (2009-red) kita bisa mulai pengerjaannya,” kata Bupati Tangerang Ismet Iskandar, kemarin.
Sedangkan pengerjaanya, pemerintah pusat melalui Menteri PU tinggal mengeluarkan keputusan dan termasuk melakukan penunjukkan investor, sehingga dalam waktu dekat bisa dilakukan pembangunan.
Sementara pihak Pemkab melalui perusahaan atau holding company PT Mitra Kerta Rahardja (MKR) juga akan ikut mendampingi pengerjaan tol yang diperkirakan akan menghabiskan anggaran sebesar Rp 2 triliun dengan panjang 30 kilometer dan lebar 30 meter itu.
Dikatakan Bupati Ismet, alignment tol tembus Balaraja-Serpong sudah dipersiapkan selain melalui photo udara maupun jalur-jalur yang akan dipersiapkan. Jalur itu akan melewati beberapa wilayah di Kabupaten Tangerang yakni Kecamatan Legok, Panongan, Jambe, Tigaraksa, Solear dan Kecamatan Cikupa. “Ajuan tol ini berdasarkan Perpres Nomor 67,” tegas Bupati seraya mengatakan tol tersebut salah satu langkah untuk mengatasi kemacetan di wilayah Balaraja dan Bitung dan sekaligus mempermudah akses kendaraan hilir mudik bagi truk-truk besar milik perusahaan.
Selain itu juga dengan membuka akses ini akan berdampak bagi perekonomian warga yang dilewati jalur tol tersebut. “Dampak ini akan banyak dirasakan, selain masyarakat juga akan berpengaruh bagi pengusaha,” katanya.
Diketahui juga selain pembangunan tol tembus Balaraja-Serpong, Pemerintah Kabupaten Tangerang juga sedang berencana mengambil alih pengelolaan jalan tol dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah melalui jalan tol tembus tersebut.
Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, H Endang Sudjana menyambut positif rencana pembangunan itu, sebab dengan membuka akses jalur cepat yang melewati beberapa kecamatan di daerah barat Tangerang akan sangat berpengaruh bagi perekonomian sekitar. “Bukan hanya akan meningkatkan PAD, ekonomi masyarakat juga akan meningkat mengikuti Tangerang Selatan,” ulang Endang.
Terkait pengelolaan tol oleh Pemkab, menurutnya, sangat tipis kemungkinannya. Pasalnya pengelolaan jalan tol termasuk pemerliharaannya dalam sepengetahuannya harus dikelola pemerintah pusat. “Tapi kalau berhasil ini artinya power pemerintah daerah bagus di mata pmerintah pusat,” selorohnya
“Menteri PU sangat respek sekali dengan rencana ini. Kita tinggal tunggu keputusannya dan kira-kira tahun ini (2009-red) kita bisa mulai pengerjaannya,” kata Bupati Tangerang Ismet Iskandar, kemarin.
Sedangkan pengerjaanya, pemerintah pusat melalui Menteri PU tinggal mengeluarkan keputusan dan termasuk melakukan penunjukkan investor, sehingga dalam waktu dekat bisa dilakukan pembangunan.
Sementara pihak Pemkab melalui perusahaan atau holding company PT Mitra Kerta Rahardja (MKR) juga akan ikut mendampingi pengerjaan tol yang diperkirakan akan menghabiskan anggaran sebesar Rp 2 triliun dengan panjang 30 kilometer dan lebar 30 meter itu.
Dikatakan Bupati Ismet, alignment tol tembus Balaraja-Serpong sudah dipersiapkan selain melalui photo udara maupun jalur-jalur yang akan dipersiapkan. Jalur itu akan melewati beberapa wilayah di Kabupaten Tangerang yakni Kecamatan Legok, Panongan, Jambe, Tigaraksa, Solear dan Kecamatan Cikupa. “Ajuan tol ini berdasarkan Perpres Nomor 67,” tegas Bupati seraya mengatakan tol tersebut salah satu langkah untuk mengatasi kemacetan di wilayah Balaraja dan Bitung dan sekaligus mempermudah akses kendaraan hilir mudik bagi truk-truk besar milik perusahaan.
Selain itu juga dengan membuka akses ini akan berdampak bagi perekonomian warga yang dilewati jalur tol tersebut. “Dampak ini akan banyak dirasakan, selain masyarakat juga akan berpengaruh bagi pengusaha,” katanya.
Diketahui juga selain pembangunan tol tembus Balaraja-Serpong, Pemerintah Kabupaten Tangerang juga sedang berencana mengambil alih pengelolaan jalan tol dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah melalui jalan tol tembus tersebut.
Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, H Endang Sudjana menyambut positif rencana pembangunan itu, sebab dengan membuka akses jalur cepat yang melewati beberapa kecamatan di daerah barat Tangerang akan sangat berpengaruh bagi perekonomian sekitar. “Bukan hanya akan meningkatkan PAD, ekonomi masyarakat juga akan meningkat mengikuti Tangerang Selatan,” ulang Endang.
Terkait pengelolaan tol oleh Pemkab, menurutnya, sangat tipis kemungkinannya. Pasalnya pengelolaan jalan tol termasuk pemerliharaannya dalam sepengetahuannya harus dikelola pemerintah pusat. “Tapi kalau berhasil ini artinya power pemerintah daerah bagus di mata pmerintah pusat,” selorohnya
Selasa, 25 November 2008
Superblok Tangerang City Resmi Dibangun
Kawasan pusat bisnis dan perbelanjaan dengan nilai investasi sebesar Rp 5 Triliun dan direncanakan menjadi superblok terbesar di Kota Tangerang secara resmi dibangun. Minggu (23/11), pusat bisnis dan perbelanjaan bernama Tangerang City itu mulai dibangun ditandai dengan Ground Breaking (pemancangan tiang pertama) oleh Vice President Direktur PT Pancakarya Wiyatama, pengembang pusat perbelanjaan Tangerang City, Ian Wisan MBA disaksikan Walikota H Wahidin Halim dan Wakil Walikota Arif R Wismansyah.
Dengan menempati seluas lahan 10 hektar di kawasan Cikokol, Kota Tangerang, Tangerang City meliputi ruko Premium Business Park 197 unit, kondominium 1.500 unit, shopping mall seluas 150.000 m2, hotel bintang empat yaitu Novotel dengan 250 kamar, dan convention hall berkapasitas 2.500 orang serta Premium Bussines Park.
“Melalui nilai investasi Rp 5 triliun ini diharapkan Tangerang City Premium Shoping Mall dan Tangerang City Premium Bussines Park dapat juga menjadi pusat bisnis bagi para pengusaha lokal di Tangerang,” kata Vice President Direktur PT Pancakarya Wiyatama, Ian Wisan MBA.
Ian optimis pihaknya akan berhasil menarik minat para pelaku bisnis untuk menanamkan investasi di pusat perbelanjaan ini. Bahkan Tangerang City ini menjadi ikon baru bagi kemajuan perekonomian Kota Tangerang.
Dalam perencanaannya, shoping mall pada Tangerang City ini memiliki 5 lantai, yaitu lower gound yang diperuntukkan sebagai pusat jual beli hanphone, ground floor aneka pakaian dengan merk terkenal, upper ground diisi fashion dan asesoris seperti kacamata dan perhiasan, lantai 1 hiburan anak dan lantai 2 adalah food court.
Rencananya pertengahan Desember tahun ini, dilakukan serah terima kunci kepada para tenan yang telah terdaftar sehingga mereka sudah bisa memulai usaha.
Rabu, 15 Oktober 2008
Pencari Kerja di Tangerang Tinggi
KOTA,TRIBUN-Jumlah pencari kerja di Kota Tangerang membludak pasca Lebaran. Dinas Ketenagakerjaan mencatat ada 3.554 pencari kerja yang membuat kartu kuning hingga Selasa (14/10).
179 pencari kerja di antaranya tidak memiliki KTP Kota Tangerang. Pencari kerja yang tidak memiliki KTP Tangerang ini ditengarai sebagai pendatang yang baru tiba di Tangerang.
Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang Apendi ketika ditemui Tangerang Tribun menuturkan, jumlah pemohon kartu kuning setiap hari pasca Lebaran terus meningkat.
Pembuatan kartu kuning atau kartu pencari kerja setiap harinya dibuka sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Sejak dibuka, antrean masyarakat pembuat kartu kuning tidak pernah kosong. Pada Senin (13/10) lalu saja, Disnaker mencatat 926 orang pembuat kartu kuning.
Menurut Apendi, dari sekian banyak pencari kerja yang terdaftar di Disnaker, 90 persen berpendidikan D.III dan S1. Hal ini terjadi akibat adanya beberapa lowongan yang dibuka di instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah yang mengambil batas pendidikan D.III untuk mengisi formasi-formasi yang ada.
Kepala Bagian Tata Usaha, Iman Bastaman ketika ditemui Tangerang Tribun diruang kerjanya menuturkan, pihaknya akan terus meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang membutuhkan kartu pencari kerja atau kartu kuning.
Saat ini pihaknya mengantisipasi lonjakan pembuat kartu kuning dengan memperbantukan tenaga tata usaha ke bagian pencatatan kartu kuning, karena pegawai yang ada sudah cukup keteteran melayani pencari kerja yang membuat kartu kuning ini.
Pihaknya hanya menghimbau kepada perusahaan maupun instansi pemerintah yang berada di lingkungan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang agar melaporkan setiap pembukaan lowongan kerja, karena sesuai keputusan pemerintah No 4 tahun 1980 bahwa setiap perusahaan yang akan membuka lowongan pekerjaan diwajibkan melapor ke Dinas Tenaga kerja untuk didata. Sejak Januari-September 2008 tercatat 5.902 lowongan pekerjaan. Sedangkan untuk pencari kerja yang tercatat mencapai 15.645 orang.(Tangerang Tribun)
Kamis, 18 September 2008
Tak Gadai Barang, tak punya Uang
(Pegadaian Mulai Ramai)
Banyak jalan menuju Roma, banyak pula cara untuk mendapatkan uang menjelang lebaran tiba. Jika sebagian orang membanting tulang dengan beragam cara seperti keras bekerja, bahkan ada yang rela terjerumus ke lembah nista. Namun tidak demikian bagi Lisa Munassih (32).
Warga Rt 01/05 Griya Loka BDS, Serpong, ini memilih untuk “Mengatasi masalah tanpa masalah”. Yah, slogan itu menurut dirinya adalah cara yang paling aman untuk bisa berlebaran kelak bersama keluarga. Didatangilah jasa pegadaian untuk bisa mendapatkan uang membeli keperluan baik pakaian dan kue lebaran.
Ia gadaikan barang elektronik berupa televisi berwarna 29 inch dan DVD player miliknya di Pegadaian Cabang BSD, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang.
Selain bisa mendapatkan uang, cara ini untuk mengamankan harta bedanya dari aksi kejahataan saat rumah kontrakannya kosong ketika ditinggal mudik. "Setiap kali mudik, saya selalu menggadaikan barang-barang di kantor ini. Selain demi keamanan, menggadaikan barang di kantor pegadaian bisa dapat duit, lumayan buat tambahan," tandas Lisa yang berasal dari Lampung.
Serupa dengan Lisa, Chairil Anwar (54) warga Rt 04/03 Kelurahan Ciater, Kecamatan Serpong Utara, menggadaikan barang-barang berharga di kantor pegadaian. Baginya menggadai barang sebagai satu-satunya langkah yang paling tepat selama mudik berlebaran di kampung halaman. Menggadaikan barang dinilai lebih aman, daripada ditinggal di rumah atau kontrakan. "Ya ngeri saja. Daripada di kampung nanti kepikiranterus, mending digadaikan dulu. Nanti kalau balik ke sini ditebus lagi," ungkap pria asal Surabaya itu.
Chaeril sendiri telah menggadaikan motor Honda Supra X 125cc miliknya. Sebab, pada mudik lebaran nanti, dia memilih naik kereta ketimbang menggunakan sepeda motornya. “Mending motornya digadein aja, lumayan buat tambahan pulang kampung," ujarnya.
Menjelang 2 minggu kedepan hari raya, Perum Penggadaian nampak terlihat lebih ramai dari hari biasanya. Puluhan orang hilir mudik dengan membawa barang-barang berharga seperti barang elektronik, sepeda motor, dan perhiasan emas untuk digadaikan.
Manajer Tata Usaha Perum Pegadaian Cabang BSD, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang AA Rai Indrawati mengatakan, meski tidak signifikan, intensitas warga yang datang menggadaikan barang menjelang mudik lebaran ini mulai menunjukkan peningkatan. Biasanya, kata dia, jumlah orang yang menggadaikan akan terus meningkat seiring dekatnya hari raya Lebaran. "Berdasarkan pengalaman tahun lalu, saat mendekati lebaran, biasanya nasabah semakin meningkat," ujarnya.
Barang-barang yang paling banyak digadaikan nasabah, kata Rai, adalah perhiasan jenis emas dan elektronik, namun, sayang ia tidak merinci berapa rata-rata uang yang dikeluarkan setiap hari dalam transaksi barang itu. "Untuk masalah itu, kami belum menghitungnya," ungkapnya.
Banyak jalan menuju Roma, banyak pula cara untuk mendapatkan uang menjelang lebaran tiba. Jika sebagian orang membanting tulang dengan beragam cara seperti keras bekerja, bahkan ada yang rela terjerumus ke lembah nista. Namun tidak demikian bagi Lisa Munassih (32).
Warga Rt 01/05 Griya Loka BDS, Serpong, ini memilih untuk “Mengatasi masalah tanpa masalah”. Yah, slogan itu menurut dirinya adalah cara yang paling aman untuk bisa berlebaran kelak bersama keluarga. Didatangilah jasa pegadaian untuk bisa mendapatkan uang membeli keperluan baik pakaian dan kue lebaran.
Ia gadaikan barang elektronik berupa televisi berwarna 29 inch dan DVD player miliknya di Pegadaian Cabang BSD, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang.
Selain bisa mendapatkan uang, cara ini untuk mengamankan harta bedanya dari aksi kejahataan saat rumah kontrakannya kosong ketika ditinggal mudik. "Setiap kali mudik, saya selalu menggadaikan barang-barang di kantor ini. Selain demi keamanan, menggadaikan barang di kantor pegadaian bisa dapat duit, lumayan buat tambahan," tandas Lisa yang berasal dari Lampung.
Serupa dengan Lisa, Chairil Anwar (54) warga Rt 04/03 Kelurahan Ciater, Kecamatan Serpong Utara, menggadaikan barang-barang berharga di kantor pegadaian. Baginya menggadai barang sebagai satu-satunya langkah yang paling tepat selama mudik berlebaran di kampung halaman. Menggadaikan barang dinilai lebih aman, daripada ditinggal di rumah atau kontrakan. "Ya ngeri saja. Daripada di kampung nanti kepikiranterus, mending digadaikan dulu. Nanti kalau balik ke sini ditebus lagi," ungkap pria asal Surabaya itu.
Chaeril sendiri telah menggadaikan motor Honda Supra X 125cc miliknya. Sebab, pada mudik lebaran nanti, dia memilih naik kereta ketimbang menggunakan sepeda motornya. “Mending motornya digadein aja, lumayan buat tambahan pulang kampung," ujarnya.
Menjelang 2 minggu kedepan hari raya, Perum Penggadaian nampak terlihat lebih ramai dari hari biasanya. Puluhan orang hilir mudik dengan membawa barang-barang berharga seperti barang elektronik, sepeda motor, dan perhiasan emas untuk digadaikan.
Manajer Tata Usaha Perum Pegadaian Cabang BSD, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang AA Rai Indrawati mengatakan, meski tidak signifikan, intensitas warga yang datang menggadaikan barang menjelang mudik lebaran ini mulai menunjukkan peningkatan. Biasanya, kata dia, jumlah orang yang menggadaikan akan terus meningkat seiring dekatnya hari raya Lebaran. "Berdasarkan pengalaman tahun lalu, saat mendekati lebaran, biasanya nasabah semakin meningkat," ujarnya.
Barang-barang yang paling banyak digadaikan nasabah, kata Rai, adalah perhiasan jenis emas dan elektronik, namun, sayang ia tidak merinci berapa rata-rata uang yang dikeluarkan setiap hari dalam transaksi barang itu. "Untuk masalah itu, kami belum menghitungnya," ungkapnya.
Kamis, 26 Juni 2008
Petani Mancanegara Kagumi Mandalawangi
Pengurus serikat tani dari Filipina, India, Timor Leste, Thailand, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Amerika Latin, Afrika, Tukri, Jerman, Spanyol dan Brazil mengunjungi lahan pertanian di Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (26/6).
Menurut mereka, tidak ada alasan bagi para petani maupun pemerintah Indonesia untuk tidak meningkatkan hasil pangannya dan meningkatkan perekonomian para petani.
“Indonesia, khususnya Pandeglang sangat beruntung memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Coba di Spanyol, lahan pertanian nyaris tidak ada karena telah berubah menjadi perumahan elti dan industri-industri,’’ kata Iratexe Airiola, serikat petani asal Spanyol.
Hal yang sama juga dikatakan Mangaliso Shadrack, anggota serikat petani dari Afrika. Mangaliso berpendapat, pemerintah daerah Pandeglang harus benar-benar memperhatikan pertanian di wilayahnya. Ia juga juga menghimbau kepada para petani agar terus bersatu dan memperjuangkan hak-hak para petani.
“Biarkan saja konflik di pemerintahan. Para petani harus terus berusaha bersatu, meningkatkan hasil pertaniannya. Karena hasil petani tidak bisa dipungkiri dirasakan juga oleh bupati, menteri, hingga presiden. Mereka harusnya sadar bahwa makanan yang mereka makan adalah hasil petani. Jadi jika pemerintah tidak memperhatikan petani, itu salah besar,’’ katanya.
Selain itu, sejumlah serikat petani dari luar negeri ini juga menyatakan salut kepada para pentani Indonsia yang masih menggunakan pupuk organik. “Saya sangat setuju jika pupuk yang digunakan oleh para petani adalah pupuk organik,’’ cetus Minung Park serikat petani dari Korea Selatan.
Pada kesempatan itu, para serikat petani luar negeri ini juga menyempatkan melihat kondisi area persawahan di Mandalawangi. Mereka mengaku kagum dengan area persawahan tersebut, meski wilayah itu selalu sering terhadang masalah langkanya air. “Pemerintah setempat seharusnya memberikan solusi, misalnya dengan membuat irigasi disejumlah mata air di wilayah ini,’’ kata Minung Park lagi.
Sementara itu Hendri Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Banten mengatakan, digelarnya acara ini selain untuk meningkatkan wawasan para petani dalam melakukan kegiatannya juga sebagai awal untuk memperjuangkan hak azasi para petani. Karena sampai saat ini hak azasi para petani belum jelas. (Sumber: Banten Tribun)
Label:
agropolitan,
mandalawangi,
perekonomian,
pertanian
Langganan:
Postingan (Atom)