Sabtu, 29 November 2008

Alam Sutera Bangun Rumah Berenergi Surya


Pengembang kawasan hunian Alam Sutera di Serpong, Tangerang, PT Alam Sutera Reality Tbk (PT ASR) bekerjasama dengan Balai Besar Teknologi Energi dari Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (B2TE-BPPT) untuk mengembangkan hunian ramah lingkungan dan hemat energi.
Pengembangan hunian semacam ini diterapkan melalui pembangunan cluster modul surya atau konsep hunian ramah lingkungan dengan menggunakan sistem modul surya untuk memenuhi kebutuhan energi para penghuninya.
“Sistem solar sel atau modul surya adalah mengambil energi dari sinar matahari. Alat penangkap energi ini nantinya terpasang di setiap rumah yang akan kita kembangkan ini,” ungkap Direktur Pemasaran PT ASR, Lilia Sukotjo usai penandatanganan nota kesepahaman antara PT ASR dan B2TE BPPT di Club House Alam Sutera, Kamis (27/11) lalu.
Rencananya rumah berenergi surya tersebut segera selesai dibangun pada awal 2009 di Cluster Onyx, Kawasan Alam Sutera.
Lilia optimis kerjasama dengan B2TE-BPPT dalam pengembangan cluster modul solar ini akan menjadi percontohan kawasan lain yang tengah giat menawarkan konsep ramah lingkungan.
Menurut Senior Corporate Communication Manager PT ASR, Liza Djohan, sistem modul surya pada setiap rumah hunian akan memasok energi listrik berkekuatan 2,4 Giga Watt (2200 MW), sehingga unit hunian ini mendapat energi alternatif dari alam secara memadai dan bernilai ekonomis.
Sedangkan teknologi yang digunakan sepenuhnya merupakan rekayasa pihak B2TE-BPPT yakni yang telah mampu menciptakan generator fuel cell sendiri. Generator fuel cell BPPT mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas 5 watt hingga diharapkan meningkat menjadi 50 watt.
Secara teknis setiap hunian di cluster modul surya itu akan dipasangi sebuah alat penangkap energ matahari berbentuk sel surya berupa wafer silicon multikristal dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 0,3 mm dan lifetime electron sekitar 5 mikro sekon (µsec).
Liza Djohan mengakui bahwa rumah berenergi matahari ini terbilang mahal. Namun demikian, hal tersebut tetap akan mearik bagi para calon penghuni untuk menanamkan investasinya. “Salah satu bentuk investasi bagi penghuni yaitu setiap bulannya para penghuni rumah tidak akan terlalu besar membayar tagihan listrik, karena telah terbantu dengan sistem modul surya,” beber Liza.

Jumat, 28 November 2008

Minyak Jelanta (Pun) Jadi Biodisel


Balai Besar Desain dan Sistem Teknologi (BRDST), salah satu unit kerja di Badan Perkembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT) di bawah koordinasi Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Kabupaten Tangerang, mampu merubah fungsi minyak goreng bekas (jelanta) menjadi biodiesel sebagai altenatif bahan bakar minyak (BBM) jenis solar.
Selain menjadi bahan bakar jenis Solar, minyak jelanta pun dapat dibuat sabun cair dan kosmetik.
Proses pembuatan bahan bakar minyak alternatif biodiesel diawali dari tahap analisa, kemudian minyak bekas tersebut dimasukan dan ditampung dalam tangki ukuran besar kemudian dilakukan penyaringan dan dikumpulkan kembali dalam tabung steroid sebagai proses filterisasi. Selanjutnya, minyak tersebut diproses melalui tabung reaktor lalu dipindahkan ke tabung pencuci yang dicampur cairan methanol dan katalis basa dengan suhu 65 derajat Celsius agar semuanya dapat bereaksi. “Dari hasil tersebut didapatkan dua bahan, yaitu Biodisel dan Gliserol,” ungkap Kepala Laboratorium Biodisel BPPT, Imam Baryanto kepada Tangerang Tribun.
Setelah itu cairan minyak dimasukkan ke tabung pencucian untuk memisahkan antara Biodisel dan Gliserol. Biodisel adalah minyak sedangkan Gliserol adalah air, air tidak akan menyatu dengan minyak. Maka dari itu akan berada di layar atas sedangkan Gliserol ada didalam permukaan.
Biodisel yang kandungan minyak dengan kotoran dan dicuci menggunakan air panas sebanyak dua kali dan langsung diproses melalui tabung vakum lalu disaring kembali menjadi produk bahan bakar biodiesel siap pakai yang diuji berdasarkan baku mutu SNI. “Sedangkan untuk Gliserol dapat diolah menjadi sabun cair dan juga kosmetik,” ujarnya.
Baryanto menjelaskan, biodiesel yang siap digunakan kendaraan bermesin diesel tetap harus dicampur solar murni dengan perbandingan 30 persen biodiesel dan 70 persen solar murni untuk menghindari kerusakan pada karet klep mobil.Biodisel mempunyai angka Cetane lebih tinggi yaitu 61 dibandingkan solar antara 45 hingga 58.
Selain itu, Puspiptek juga terus mengembangkan produk biodiesel dari bahan kelapa sawit dan minyak kelapa curah serta membangun pabrik yang memproduksi biodiesel.
Pabrik yang sudah berproduksi biodiesel antara lain Serpong-Tangerang kapasitas 4,5 ton per hari, Riau (25 ton per hari), Palembang (6 ton per hari), Kalimantan Selatan (6 ton per hari), Kalimantan Timur (2 ton per hari), Jakarta (10 ton per hari).
Baryanto mengungkapkan, kendala yang dihadapi peneliti pada pembuatan biodisel yakni kesulitan menyediakan bahan baku dan lokasi antara tempat bahan baku dan proses pembuatan cukup jauh. Padahal idealnya pabrik pembuatan harus berdekatan dengan tempat pengambilan bahan baku.
Lebih lanjut Baryanto mengatakan, biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi biodiesel dari bahan minyak kelapa atau jelantah mencapai Rp 4.900 per liter terdiri dari harga bahan baku sebesar Rp3.000 per liter dan biaya produksi mencapai Rp1.900 per liter.(Tangerang Tribun)

Rabu, 26 November 2008

Extreme Modified Suzuki Hayate - Thailand

modified suzuki hayate from thailand
modifikasi suzuki skywave thailand
modifikasi suzuki spin (skywave), extreme aneh banget

Indonesia Proyeksikan 7,5 Juta Wisman

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) memproyeksikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 7,5 juta orang pada 2009.
"Untuk 2009, paling tidak kita proyeksikan wisman sebanyak 7,5 juta orang. Tapi ini baru proyeksi, belum target," kata Sekretaris Jenderal Depbudpar Wardiyatmo, Selasa (25/11).
Depbudpar, katanya, masih terus menghitung tingkat kunjungan wisman dan wisnus serta penerimaan devisa dari sektor pariwisata yang dikumpulkan dari data para pemangku kepentingan pariwisata, termasuk dari badan PBB untuk pariwisata (UN-WTO/United Nations World Tourism Organization).
Sebelumnya, Menbudpar Jero Wacik pada dialog di studio RRI di Jakarta, Kamis (6/11) mengatakan tetap optimistis dapat meraih kunjungan tujuh juta wisman sesuai target pemerintah, meski BPS memprediksi hanya sekitar 6,4 juta wisman.
Menbudpar mengatakan, bila melihat angka-angka statistik, perkiraan sementara capaian target tersebut antara 6,4 juta-6,6 juta wisman, mengingat perhitungan kumulatif kunjungan wisman dari Januari hingga September 2008 sudah mencapai 4,57 juta atau dengan pertumbuhan 12,19 persen dibanding periode yang sama tahun 2007.
"Bila rata-rata per bulan kunjungan wisman mencapai 600 ribu orang, tiga bulan ke depan akan mencapai 1,8 juta wisman, sehingga pada akhir tahun diperkirakan akan dicapai kunjungan 6,4 juta wisman. Angka ini akan menjadi rekor baru, karena rekor lama tahun 2007 sebesar 5,5 juta wisman," katanya.
Menbudpar mengatakan, target tujuh juta kunjungan wisman yang ditetapkan dalam program (Visit Indonesia Year - VIY) merupakan target optimistis atau target tinggi, sedangkan target moderat (sedang) adalah 6,5 juta, sementara target rendah (pesimistis) adalah enam juta kunjungan wisman.
Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (6/10) memprediksikan jumlah kunjungan wisman sampai akhir 2008 hanya mencapai 6,4 juta orang setelah melihat data jumlah wisman Januari hingga Agustus 2008 yang hanya mencapai 4,07 juta wisman.
Visit Indonesia 2009
Wardiyatmo pada bagian lain mengatakan, Depbudpar akan melanjutkan program tahun kunjungan wisata Indonesia, dan untuk 2009 telah ditetapkan dengan tema wisata MICE (Meeting, Incentive Convension and Exhibition) serta wisata bahari."Kita ingin tetap melanjutkan program tahun kunjungan wisata karena koordinasi antara stakeholder sudah kondusif," katanya.
Pada kesempatan sebelumnya, Wardiyatmo mengatakan, Depbudpar memilih wisata MICE dan wisata bahari sebagai VIY 2009 karena dua bidang wisata tersebut merupakan sektor wisata yang tidak terpengaruh oleh kondisi keamanan suatu negara.
Wisata pertemuan (Meeting), kata Wardiyatmo dalam acara diskusi kepariwisataan di Jakarta beberapa waktu lalu, tidak terpengaruh oleh situasi macam apapun.
Untuk mengkoordinasikan dan memadukan program pemasaran kegiatan pariwisata selama 2009, Depbudpar menyelenggarakan Rapat Kerja Pemasaran Pariwisata bersama dengan seluruh pemangku kegiatan pariwisata pada tanggal 26 -27 November 2008.(sumber Humas Depbudpar RI)

Selasa, 25 November 2008

Superblok Tangerang City Resmi Dibangun


Kawasan pusat bisnis dan perbelanjaan dengan nilai investasi sebesar Rp 5 Triliun dan direncanakan menjadi superblok terbesar di Kota Tangerang secara resmi dibangun. Minggu (23/11), pusat bisnis dan perbelanjaan bernama Tangerang City itu mulai dibangun ditandai dengan Ground Breaking (pemancangan tiang pertama) oleh Vice President Direktur PT Pancakarya Wiyatama, pengembang pusat perbelanjaan Tangerang City, Ian Wisan MBA disaksikan Walikota H Wahidin Halim dan Wakil Walikota Arif R Wismansyah.
Dengan menempati seluas lahan 10 hektar di kawasan Cikokol, Kota Tangerang, Tangerang City meliputi ruko Premium Business Park 197 unit, kondominium 1.500 unit, shopping mall seluas 150.000 m2, hotel bintang empat yaitu Novotel dengan 250 kamar, dan convention hall berkapasitas 2.500 orang serta Premium Bussines Park.
“Melalui nilai investasi Rp 5 triliun ini diharapkan Tangerang City Premium Shoping Mall dan Tangerang City Premium Bussines Park dapat juga menjadi pusat bisnis bagi para pengusaha lokal di Tangerang,” kata Vice President Direktur PT Pancakarya Wiyatama, Ian Wisan MBA.
Ian optimis pihaknya akan berhasil menarik minat para pelaku bisnis untuk menanamkan investasi di pusat perbelanjaan ini. Bahkan Tangerang City ini menjadi ikon baru bagi kemajuan perekonomian Kota Tangerang.
Dalam perencanaannya, shoping mall pada Tangerang City ini memiliki 5 lantai, yaitu lower gound yang diperuntukkan sebagai pusat jual beli hanphone, ground floor aneka pakaian dengan merk terkenal, upper ground diisi fashion dan asesoris seperti kacamata dan perhiasan, lantai 1 hiburan anak dan lantai 2 adalah food court.
Rencananya pertengahan Desember tahun ini, dilakukan serah terima kunci kepada para tenan yang telah terdaftar sehingga mereka sudah bisa memulai usaha.

Berbelanja dan Belajar Magic di BTC Bintaro


Toko sulap, mungkin masih aneh kedengarannya. Namun jenis usaha ini benar-benar ada. Toko ini membidik konsumen yang memang membutuhkan hiburan di sela kepadatan aktivitas, tetapi tidak harus merogoh kocek dalam.
Toko sulap yang bernama Ben’ym Magic Entertaiment di Bintaro Trade Center (BTC) lantai dasar itu dibuka mulai pukul 10.00 WIB hingga malam hari.
Di toko ini dijajakan berbagai alat perlengkapan bermain sulap. Seperti kartu, antara lain Svengali Deck, Invisible Deck, Striper Deck, All Be Blank, gelang sulap, bola api sulap dan alat-alat yang dibutuhkan dalam permainan sulap.
Selain itu, ada praktek sederhana kepada konsumen mengenai bagaimana cara menggunakan perlengkapan sulap. Tak heran bila toko ini disebut three in one, karena menyediakan perlengkapan sulap, kursus sulap dan pertunjukan sulap.
Adalah Benny Munajat (35), pemilik gerai sulap tersebut. Menurut pria yang juga pesulap ini, berbisnis di bidang jasa hiburan bukan saja dengan membuka karaoke, café atau sarana hiburan lainnya. Sulap pun bisa menjadi ruang usaha yang menguntungkan.
Benny mengaku berani meninggalkan pekerjaannya sebagai kontraktor bangunan demi menjadi pesulap dan kemudian membuka jasa usaha perlengkapan magic ini.
“Selain hobi sejak kecil, bisnis cukup menjanjikan karena akan semakin banyak orang yang membutuhkan hiburan,” ujar Benny seperti disampaikan kepada Tangerang Tribun.
Untuk toko sulap, baru dibuka setahun lalu. Sedangkan membuka kursus dan menerima undangan untuk tampil bermain sulap telah berlangsung sejak tahun 1995. Benny mengaku kursus sulap yang diajarkan kepada muridnya berupa teknik dasar yaitu permainan kartu dengan tarif Rp 500 ribu untuk 5 hingga 6 kali pertemuan.
Sedangkan untuk teknik sulap dasar ditambah dengan manipulasi ringan, Benny mematok harga Rp 800 ribu untuk 7 hingga 8 kali pertemuan. Benny mengaku tidak memiliki tempat khusus, dia mendatangi rumah konsumen yang ingin belajar sulap.
Menurut Benny, dalam usaha tidak memerlukan investasi yang besar. Namun yang mahal dalam jasa usaha ini, menurut Benny adalah ilmu sulap itu sendiri. “Harga kartu sangat murah hanya ketika dijual dengan disertai ilmu bermain sulap kartu harganya jadi melonjak,” ujar Benny.
Ketika ditanya cukup atau tidak penghasilan yang ia dapatkan Benny enggan menjawab, karena menurutnya masalah cukup atau tidak relatif tergantung orang yang menekuni.
“Dari usaha ini saya bisa menutupi biaya makan keluarga, operasional kantor, seperti membayar pekerja dan biaya lainnya,”ujar Benny.
Untuk undangan tampil menurut Benny yang paling banyak adalah undangan untuk ulang tahun anak. Benny memasang tarif untuk tiap penampilan sebesar Rp 450 ribu per setengah jam. “Saya tampil biasanya membawa 2 orang pesulap lainnya,” ujar Benny yang optimis jasa usaha yang digelutinya akan terus berkembang.()

Modifikasi Yamaha Jupiter Z

yamaha jupiter z
modifikasi yamaha jupiter z
yamaha jupiter z midified

2009 KTM RC8

2009 KTM RC8 KTM Superbika, KTM Sportbike

Modifikasi Yamaha Vega

modifikasi yamaha vega r, yamaha vega modified
modifikasi yamaha vega, variasi yamaha vega

Kamis, 20 November 2008

Tangerang Tengah dan Utara Diwacanakan

Setelah berhasil mendorong Kota Tangerang Selatan dan disahkannya UU Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang Selatan (Tangsel) oleh Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 29 September lalu, Bupati Tangerang Ismet Iskandar kembali mewacanakan pembentukan dua wilayah baru di Kabupaten Tangerang yaitu Kabupaten Tangerang Utara dan Kabupaten Tangerang Tengah.
"Pembentukan dua daerah baru itu kita lakukan setelah melihat aspirasi yang berkembang di masyarakat, termasuk untuk memberikan pelayanan terbaik bagi publik," tutur Ismet.
Untuk merealisasikan wacananya tersebut, Ismet mengungkapkan, berkas persayaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, yang menggantikan PP No 129/2000 telah dipenuhi pihaknya. Bahkan berkas persayaratan itu telah diajukan kepada Badan Legislasi DPR RI di Jakarta bersamaan dengan Rapat Paripurna DPR tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru pada tangal 29 November lalu.
"Berkas sudah kita masukan ke DPR, tinggal menunggu pembahasannya," kata Ismet.
Di dalam berkas yang diajukan itu, rencananya Kabupaten Tangerang Utara terdiri dari 11 kecamatan, masing-masing Kosambi, Pakuhaji, Sukadiri, Sepatan, Kemiri, Gunung Kaler, Sepatan Timur, Rajeg, Teluknaga, Kronjo, dan Mauk. Sedangkan di Kabupaten Tangerang Tengah terdiri dari enam kecamatan, masing-masing Kelapa Dua, Pagedangan, Cikupa, Panongan, Legok, dan Cisauk. Jadi nantinya setelah dimekarkan kembali, Kabupaten Tangerang (daerah induk) hanya tersisa yaitu Kecamatan Tigaraksa, Jambe, Solear, Jayanti, Balaraja dan Cisoka.
Sementara yang sudah dimekarkan dalam Pemerintahan Kota Tangsel seperti tertuang dalam UU Pembentukan Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang Selatan ialah Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Setu, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara.
Dengan demikian, apabila terealisasi pada suatu saat nantinya, maka Kabupaten Tangerang akan termekarkan menjadi lima daerah kota/kabupaten yaitu Kota Tangerang Selatan (tinggal menunggu pengesahan Presiden RI), Kabupaten Tangerang Utara, Kabupaten Tangerang Tengah dan Kabupaten Tangerang (induk) serta Kota Tangerang (yang teleh dimekarkan sejak tahun 1993).
Lebih jauh, bupati optimis bahwa pemekaran dua daerah itu akan terwujud. Pasalnya, potensi ekonomi, infrastruktur, pendidikan hingga sosial kemasyarakat serta didorong aspirasi masyarakat untuk mendapatkan peningkatan kesejahteraan telah cukup menjadi alasan terbentuknya sejumlah daerah itu.
Terkait wacana ini, sejumlah elemen dan masyarakat bagian utara Tangerang atau Pantura menyatakan dukungannya. “Ini merupakan suara masyarakat, meliputi 9 Kecamatan serta semua BPD di Pantura,” ujar Ketua Badan Koordinasi Pantai Utara (Bakor Pantura), Budi Usman, kemarin.
Ia mengatakan, pemekaran Tangerang Utara merupakan mutlak dilakukan dan pihaknya akan terus menggalang dukungan di kalangan masyarakat dan tokoh masyarakat setempat. “Dari beberapa kajian akademisi, pembentukan Kabupaten Tangerang Utara yang terlepas dari Kabupaten Tangerang sudah layak,” katanya.

Minggu, 16 November 2008

Dari Banten, Krakatau Memesona


Sabtu (15/11) kemarin, “delegasi turis” dari Pemprov Banten yang dinahkodai Gubernur Atut Chosiyah, berlayar ke tengah perairan Selat Sunda. Dari atas Kapal Roll on Roll Out (Roro) itu, mereka terus mendekati Gunung Krakatau yang tampak masih mengeluarkan asap putih nan menawan.
Bukannya khawatir bila sewaktu-waktu bisa meledak atau menyemburkan lahar panas, Gunung Krakatau itu justru didekati oleh para turis asal Pemprov Banten ini hingga beberapa meter saja.
“Lihat tuh, keindahan alamnya luar biasa,” kata Gubernur Atut sembari menunjuk ke arah Krakatau dihadapan tamu undangan yang khusus diberangkatkan untuk mengikuti kegiatan Wisata Krakatau 2008.
Diantara “turis Pemprov” yang ikut merasakan keindahan Gunung Krakatau dari dekat tampak Wakil Gubernur HM Masduki dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata H Ranta Suharta. Sementara tamu undangan dari manca negara seperti Belanda, Jerman dan negara Eropa lainnya urung datang lantaran Cuaca Selat Sunda sepengetahuan mereka masih tak menentu.
Perjalanan mengarungi Selat Sunda ini sengaja digelar Pemprov Banten untuk membuktikan pesona Gunung Anak Karakatau dari arah bagian barat terujung Pulau Jawa, yakni Provinsi Banten.
Selama sekitar empat jam, mereka tanpa henti mengagumi fenomena keindahan Gunung Anak Krakatau dari atas kapal Roro yang jaraknya beberapa kilometer saja. Sesekali, sebagian diantara mereka mempergunakan kamera yang dibawanya bak fotografer untuk mengabadikan suasana di sekitar Gunung Krakatau. Tak jarang, Gubernur Atut yang terpesona sejak awal datang atas keelokan Krakatau ini tersenyum seolah ingin menggambarkan keindahan yang tengah dirasakannya tanpa bisa diucapkan dengan kata-kata.
Menurutnya, Gunung Krakatau sangat istimewa dan memiliki keunggulan tersendiri dibanding potensi wisata lainnya. Apalagi fenomena alamnya sudah terkenal dan tercatat dalam sejarahnya yang panjang. "Meski lokasinya berada di wilayah Lampung, tapi itu bisa dijadikan salah satu lokasi obyek wisata yang ditawarkan oleh Pemprov Banten. Terlebih Banten dan Lampung telah menjalin kerjasama,” ungkap Atut sekaligus menegaskan keinginannya untuk mengembangkan wisata Gunung Krakatau.
Lebih lanjut, dia mengajak pelaku usaha pariwisata seperti jasa perjalanan untuk memasukkan Gunung Krakatau sebagai salah satu obyek yang ditawarkan di Banten disamping 204 obyek wisata lainnya yang tengah dikembangkan pihaknya.

Jumat, 14 November 2008

Atasi Banjir, Tangerang Butuh Rp 20 M


Kabupaten Tangerang akan mengajukan bantuan sebesar Rp 20 miliar kepada pemerintah pusat untuk mengatasi banjir yang selalu terjadi setiap tahun di Kabupaten Tangerang. Dana sebesar itu, diperuntukan bagi normalisasi situ, sungai, dan pembuatan saluran air baru.
Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Dedy Sutardi mengungkapkan, tahun depan Kabupaten Tangerang mengajukan bantuan sebesar Rp 20 miliar. Jumlah yang diajukan sesuai dengan laporan yang diberikan tim verifikasi yang sudah turun ke bawah untuk melakukan pendataan penanggulangan banjir.
“Untuk mengurangi bahaya banjir yang selalu terjadi, diperlukanan dana sebesar itu. Tidak mungkin Pemkab menyediakan dana sebesar itu sendiri,” kata Dedy, kemarin.
Dikatakan Dedy, tahun 2008 ini, Kabupaten Tangerang mendapatkan bantuan sebesar Rp 10 miliar dari pemerintah pusat melalui APBN 2008. Dana tersebut juga diberikan untuk normalisasi situ dan sungai. Namun belum semua situ dan sungai dinormalisasi. Oleh karenanya harus ada dana bantuan lagi.
Dari enam situ yang ada di Kabupaten Tangerang, baru dua situ yang selesai dinormaliasi yaitu Situ Parigi di Pondok Aren dan Situ Gintung di Ciputat Timur. Sedangkan Situ Ciledug, Situ Pamulang, Situ Rawa Pondok, dan Situ pasir Gadung belum dan masih dilakukan normalisasi.
“Sungai yang sudah dinormalisasi adalah Cirarab, Cisadane, dan Mokervart. Sementara tahun depan, diharapkan sungai Angke dapat segera dinormalisasi,” terangnya.
Dijelaskan Dedy, bantuan yang diberikan pemerintah pusat diberikan secara bertahap, sebab dana tersebut bukan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
Menurut Dedy, ada 9 kecamatan yang rawan banjir di Kabupaten Tangerang. 7 kecamatan merupakan kecamatan yang ada di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel). Sedangkan dua lagi berada di Kecamatan Kosambi dan Teluknaga.
“Tangsel rawan karena letaknya yang rendah. Ditambah lagi, wilayah resapan air yang ada semakin berkurang. Untuk itu, harus dibangun saluran pembuangan air baru,” pungkas Dedy.
Di bagian lain, Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Bina Manfaat Dinas PU dan Bina Marga, Yulianto ST menyatakan, pada tahun 2008 ini sejumlah program penanggulangan banjir seperti turabisasi, pengerukan dan normalisasi sungai serta membuat saluran air baru juga tengah dilakukan oleh pihaknya.
Sementara anggaran yang disediakan sebesar Rp 1,5 miliar dan untuk tahun 2009 nanti, anggaran yang telah diajukan sebesar Rp 1,7 miliar. “Anggaran Kabupaten juga akan bertambah sekitar Rp 200 juta,” pungkasnya.
Di bagian lain, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, Arif Wahyudi mendesak Pemkab untuk memprioritaskan program penanggulangan banjir disamping program pendidikan dan kesehatan. “Hal ini sebagai upaya menghindari banjir yang menjadi tradisi di Tangerang, layaknya DKI Jakarta,” ungkapnya.
Ia menilai salah satu penyebab banjir yang kerap terjadi, disebabkan oleh minimnya saluran air dan lahan serapan. “Termasuk Perda RTRW yang baru disahkan kurang lebih setengah tahun lalu, bagaimana pelaksanaannya. Kita belum tahu bagimana banjir tertangani,” tandasnya. (sumber Tangerang Tribun)

Wisata "Emping Menes" di Pandeglang


Anda kenal emping melinjo? Makanan ringan ini mudah dijumpai di berbagai gerai makanan tradisional maupun modern. Selain sebagai pelengkap santapan, emping seringkali dijadikan cemilan favorit karena rasanya yang gurih nan renyah. Di Menes, mengolah emping dengan cara sederhana menghasilkan cita rasa yang berbeda.

Kampung Karang Mulya, Desa Tegal Wangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang adalah salah satu dari sekian banyak sentra produksi emping yang banyak bertebaran di wilayah itu. Menes memang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan oleh pemerintah daerah dengan penghasilan utama emping melinjo. Di sini, Anda akan disuguhi beragam emping dengan rupa-rupa rasa yang khas hasil olahan tradisional.
Emping yang sudah menjadi kebanggaan sekaligus ikon masyarakat Pandeglang itu dihasilkan berkat tangan-tangan terampil para penduduk Menes. Tak heran bila kemudian emping produksi mereka disebut dengan nama emping menes. Emping hasil olahan ini memiliki cita rasa yang khas dan aroma yang sangat menggoda. Inilah yang membedakan emping menes dengan emping lain di Tanah Air.
Satibi (50) dan Eliah (45) adalah pasangan suami isteri yang bertahun-tahun menggantungkan hidup sebagai perajin emping. Sama dengan perajin pada umumnya yang ada di Menes, suami isteri ini pun malang melintang memproduksi emping secara sederhana dan tradisional. Tidak besar memang usaha yang digeluti keluarga ini. Tetapi mereka dapat hidup cukup dan menyekolahkan putera-puterinya dengan layak.
“Kalau dibandingkan dengan perajin emping yang lain, usaha saya ini sangat kecil, tapi cukup lumayanlah untuk menutupi kebutuhan keluarga,” kata Eliah seperti disampaikan kepada Tangerang Tribun, yang saat itu dirinya sedang sibuk mengolah emping di rumahnya sendiri.
Dalam memproduksi usahanya, Eliah mempekerjakan delapan orang karyawan yang direkrut dari lingkungan sekitar. Proses pembuatan emping Eliah pun sangat sederhana. Melinjo tua sebagai bahan baku utama emping terlebih dahulu dikupas kulitnya untuk kemudian digoreng di atas wajan dengan menggunakan kayu atau ranting pohon sebagai bahan bakar.
Proses menggorengnya pun cukup unik. Tanpa menggunakan minyak goreng (minyak sayur) tetapi cukup dengan menggunakan pasir yang sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu. Setelah warna melinjo berwarna kehitaman menandakan kematangannya, melinjo kemudian diangkat dan dikumpulkan lalu ditumbuk-tumbuk sampai tipis sesuai ukuran yang diinginkan untuk selanjutnya dikeringkan. Walhasil, jadilah emping menes yang terkenal ke seantero Tanah Air.
Menurut Eliah, menggoreng dengan menggunakan pasir (bukan minyak goreng) adalah yang membedakan rasa emping Menes dengan emping dari daerah lain seperti emping Jawa Tengah. Sedangkan perajin emping di daerah lain (luar Menes) kebanyakan dengan cara direbus.
“Kalau menggunakan pasir namanya di”sangray”. Ini akan terasa lebih gurih dan khas dan baunya juga lebih harum,” katanya mengungkap rahasia. Emping olahan Eliah ini dipasarkan ke pasar lokal. Bahkan banyak juga pembeli yang langsung mendatangi rumahnya. “Bentuk emping dari daerah lain dengan hasil olahan kami di sini, boleh sama. Tapi soal rasa tentunya berbeda,” ujar Eliah sedikit berpromosi.
Nah, bagi Anda yang sedang berkunjung ke Pandeglang dan suka dengan makanan ini, Anda tentu tidak akan melewatkan kesempatan untuk datang ke Menes. Lalu memborong rupa-rupa emping hasil kerajinan warga di sana sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah.


Si Cuplik, Cemilan Beragam Rasa

Perajin emping melinjo di Menes Pandeglang umumnya mengolah dua jenis emping dengan ukuran berbeda. Yang pertama adalah ukuran sedang bulat tipis atau biasa disebut emping biasa. Jenis ini biasanya menjadi makanan pelengkap hidangan –meski tak sedikit yang menjadikannya sebagai cemilan karena rasanya yang gurih-. Kedua emping dengan ukuran bulat kecil atau disebut keceprek. Oleh sebagian besar perajin, emping ini disebut dengan nama si cuplik.
Si cuplik memiliki rasa yang beragam. Tergantung pesanan atau kemauan yang mengolah. Ada rasa gurih asin, manis dan pedas. Seluruh rasa itu tetap menawarkan kelezatan yang menggoda. Tak heran bila kemudian si cuplik lebih banyak dijadikan sebagai cemilan. Harganya pun berbeda dengan emping biasa.
Eliah misalnya mematok harga Rp 26 ribu per kilogram untuk emping cuplik. Sedangkan emping ukuran biasa berbentuk bulat tipis dihargai Rp 17 ribu per kilogram. Harga tersebut biasanya berubah-ubah tergantung dari harga pasaran bahan baku.
Produksi emping Eliah ini setiap harinya mampu memproduksi sebanyak 10 kilogram atau dalam 1 bulan mencapai 300 kilogram. Adapun untuk keceprek mampu memproduksi 15 kilogram setiap hari atau jika dirata-ratakan dalam satu bulan mencapai 450 kilogram.
Eliah mengupah karyawannya dengan sistem penghasilan produksi masing-masing karyawan. Artinya setiap karyawan akan dibayar bergantung perolehan emping yang hasilkannya dengan harga Rp 2 ribu per kilogram. "Alhamdulillah dari modal 1 juta usaha saya masih bisa berlangsung sampai saat ini," terang Eliah.
Karena harganya yang merakyat, makanan khas Pandeglang ini mampu menembus lintas batas status sosial. Itu pula mengapa emping cuplik maupun emping biasa banyak dijumpai di restauran, rumah makan, warung tegal, pasar tradisional, pasar modern, dan berbagai gerai makanan lainnya. Karena itupula Eliah tidak berniat menutup usahanya meski terkadang terengah-engah di tengah jalan karena keterbatasan modal. Untuk itu ia berharap kepada pihak manapun termasuk pemerintah untuk membantu permodalan dan pemasaran. "Kami ingin sekali emping ini bisa menembus pasar Jakarta dan luar Jakarta, tapi modalnya tak ada," keluh Eliah ditemani sejumlah karyawannya.
Masalah keterbatasan modal bukan saja dirasakan oleh Eliah bersama Satibi, suaminya, tetapi juga dirasakan hampir seluruh perajin emping melinjo di Menes. Pemerintah Daerah Pandeglang sebenarnya telah meluncurkan berbagai program penguatan ekonomi lokal melalui pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Akan tetapi, program itu hanya sebatas di atas kertas tanpa terasa realisasinya oleh para perajin itu sendiri.
Berdasarkan laporan dari berbagai sumber, Kabupaten Pandeglang mampu memasok lebih dari 20 ribu ton emping melinjo dalam setiap tahun. Hanya saja, minimnya pengelolaan dan perhatian pemerintah yang berakibat lemahnya strategi pemasaran menjadikan usaha rakyat itu seperti mati suri.