Minggu, 31 Agustus 2008
Mami untuk Bayi Ajaib
Wajahnya tidak asing bagi sebagian suporter sepakbola Persikota Tangerang. Selain kerap duduk di podium VIP saat tim berjuluk “Bayi Ajaib” itu berlaga ke berbagai daerah, perempuan muda bernama Karen ini merupakan salah satu penebar semangat atas kemenangan demi kemanangan Persikota.
Memang dirinya bukanlah pesohor atau bahkan tokoh terkemuka, tetapi kehadirannya pada setiap pertandingan sepakbola yang menerjunkan Persikota cukuplah penting.
Maklum ia adalah istri dari salah satu pemain Persikota asal Uruguay, Esteban. Sang suamipun membutuhkan kehadirannya, untuk sekadar memotivasi dan memberikan dukungan saat tim “biru kuning” itu bertanding dan mencetak gol-gol kemanangan.
“Saya bisa mati, kalau Karen tidak ada disisi saya dan menghiasi hari-hari saya,” ujar Esteban, pemaian bernomor punggung 5 (lima) ini pada suatu kesempatan.
Sebaliknya sebelum pertandingan berlangsung, Karen memberi motivasi kepada sang suami dan termasuk para pemain Persikota lainnya. “Papito, coba hari ini menikmati permainan di lapangan,” katanya.
Tidak hanya bagi Esteban, “Mami” biasa Karen disapa, ternyata menjadi magnet yang mampu menjadi menyedot perhatian publik. Banyak mata, khususnya para suproter sepakbola tertuju kepada perempuan yang lahir di Uruguay pada tanggal 14 Maret 1979 ini.
Seringkali juga pemain lain, menanyakan kepada Esteban apabila ibu dari Manuela (4) itu tidak terlihat batang hidungnya di bangku VIP penonton.
Semangat memotivasi bagi tim suaminya saat berlaga itu merupakan pancaran jiwa perempuan bernama lengkap Karen Aizpun Sant’anna ini. Menurutnya, prinsip hidup haruslah memberikan manfaat bagi orang banyak. Meski dirinya mengaku sebagai seorang ibu rumah tangga, ketika muncul dihadapan publik seyogyanya memberikan andil besar terhadap kepentingan publik itu. Ini ditunjukkan Karen dengan tak henti-hentinya memberikan semangat untuk kesebelasannya, “Apa yang bisa diperbuat untuk orang banyak, meski sedikit harus dilakukan,” terangnya kepada Tangerang Tribun, kemarin.
Secara struktur posisinya tidak sebagai manajer hingga tim official, tetapi dia bertekad kehadiranya memberikan manfaat bagi tim sepakbola yang diawaki sang suami.
Prinsip hidup untuk bermanfaat bagi orang lain tersebut, dia peroleh sejak dalam didikan keluarga, termasuk pengalamannya melalang buana menemani Esteban.
Menjadi istri pemain sepak bola, bukan menjadi hal yang sulit untuknya. Ternyata wanita cantik ini juga sangat menyukai olah raga sepak bola, ini dapat terlihat disela wawancara di Stadion Benteng waktu itu. Kecepatan matanya mengikuti bola kesana-kemari, sambil sesekali melambaikan tangan kearah “papito”, panggilan untuk Esteban, selalu dia lakukan hingga pertandingan usai.
Karen tidak pernah absen dalam setiap laga yang melibatkan Esteban. Hal ini adalah cara motivasi yang secara langsung diberikan untuk mendukung suami tercinta dan keberadaan dirinya.
Terpanggil Menjadi Guru
Dibalik kiprah energik di luar garis lapangan “rumput hijau”, Karen menyadari peranan sebagai seorang istri dan ibu muda dalam biduk rumah tangganya. Sejak 11 November 2005 silam, bersama Esteban dijalani bahtera keluarga dengan kasih sayang.
Sehari-hari ia melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga, mengurusi keperluan keluarga secara total, ia lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Dalam satu minggu harus tiga kali mengantar Manuela, sang anak, ke sekolah di kawasan Modern Land, Kota Tangerang. Terjun langsung mengawasi sang buah hati di sekolah sedikit mengobati kerinduannya dengan aktivitasnya di Negara kelahirannya sebelum datang ke Indonesia.
“Saya seorang Teacher (guru), saya membawahi koordinator anak di sekolah waktu di Uruguay. Tapi di Indonesia saya sulit untuk bisa menyalurkan bakat saya, makanya saya rindu sekali suasana pendidikan,“ ujarnya.
Karen mengaku terobsesi dengan dunia pendidikan dan berharap bisa membuka lembaga pendidikan di Indonesia, karena melihat aspek pendidikan tidak mengenal teriorial dan negara. “Semua orang membutuhkan pendidikan. Dan pendidikan sendiri bersifat universal,” tambah penyuka makanan Sate ini.
Sabtu, 30 Agustus 2008
Penyelamatan Si Belang
Setelah melakukan aksi penyelamatan yang melelahkan, Tim Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA), LSM Pecinta Pelindungan Satwa (PPS) Internasional Animal Rescue (IAR) dibantu oleh TNI Kodim 0601 Pandeglang, Polres dan Satpol-PP, macam tutul yang masuk dalam perangkap babi hutan di kaki Gunung Karang di Kampung Salam, Desa Saninten, Kecamatan Kadu Hejo, Jumat (29/8) berhasil dievakuasi.
Evakuasi dilakukan ditengah guyuran hujan, sekitar puluhan aparat dan warga sekitar naik turun bukit menuju hutan, tempat ditemukannya macam tutul Gungung Karang yang beratnya sekitar 60 kilogram. Dalam proses evakuasi, Si Belang—sebutan warga setempat untuk menyebut macan tutul—terlebih dulu dibius dengan senapan bius sebanyak tiga kali dari jarak 2 meter. Macan itu ditembak dengan obat bius pada punggungnya sebanyak dua kali dan pada bagian leher satu kali.
Pembiusan pertama dilakukan pada bagian leher, namun saat pembiusan dileher binatang buas tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah, bahkan sejenis anak panah yang mengandung bius itu digigit hingga lepas dari bagian lehernya.
Petugas lalu menunggu reaksi pembiusan pertama selama 15 menit, kemudian dilakukan pembiusan kedua dibagian punggung dan setelah 15 menit kemudian petugas melepaskan tembakan ketiga hingga akhirnya macan tutul itu benar-benar lumpuh.
“Macan tutul ini kami bawa ke tempat rehabilitasi di Bogor, dengan masa rehabilitasi selama 2 bulan, nanti setelah pulih benar akan kami kembalikan ke tempat asalnya di hutan Gunung Karang,” kata Maman, Kepala Tim KSDA.
Kata Maman, macan tutul ini merupakan satwa langka yang dilindungi populasinya di Pulau Jawa. “Diperkirakan populasi macan tutul ini banyak di hutan-hutan Banten, khususnya Pandeglang. Selain di Gungung Karang, populasi hewan itu juga di Gunung Pulosari dan Ujung Kulon,” terang Maman.
Turut dalam evakuasi macan tutul Gunung Karang diantaranya, Wakapolres Pandeglang Kompol AGus Rasid, Kasat Intel AKP Salim, Kasdim 0601 Mayor (Inf) Rahmat dan Kasatpol PP Fery Hasanudin. Proses evakuasi macan tutul mengundang perhatian warga sekitar. Usai dilumpuhkan, macan itu dimasukan dalam kotak khusus. Sejumlah warga mengatakan, kejaidian seperti itu baru terjadi kali ini di wilayahnya
Evakuasi dilakukan ditengah guyuran hujan, sekitar puluhan aparat dan warga sekitar naik turun bukit menuju hutan, tempat ditemukannya macam tutul Gungung Karang yang beratnya sekitar 60 kilogram. Dalam proses evakuasi, Si Belang—sebutan warga setempat untuk menyebut macan tutul—terlebih dulu dibius dengan senapan bius sebanyak tiga kali dari jarak 2 meter. Macan itu ditembak dengan obat bius pada punggungnya sebanyak dua kali dan pada bagian leher satu kali.
Pembiusan pertama dilakukan pada bagian leher, namun saat pembiusan dileher binatang buas tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah, bahkan sejenis anak panah yang mengandung bius itu digigit hingga lepas dari bagian lehernya.
Petugas lalu menunggu reaksi pembiusan pertama selama 15 menit, kemudian dilakukan pembiusan kedua dibagian punggung dan setelah 15 menit kemudian petugas melepaskan tembakan ketiga hingga akhirnya macan tutul itu benar-benar lumpuh.
“Macan tutul ini kami bawa ke tempat rehabilitasi di Bogor, dengan masa rehabilitasi selama 2 bulan, nanti setelah pulih benar akan kami kembalikan ke tempat asalnya di hutan Gunung Karang,” kata Maman, Kepala Tim KSDA.
Kata Maman, macan tutul ini merupakan satwa langka yang dilindungi populasinya di Pulau Jawa. “Diperkirakan populasi macan tutul ini banyak di hutan-hutan Banten, khususnya Pandeglang. Selain di Gungung Karang, populasi hewan itu juga di Gunung Pulosari dan Ujung Kulon,” terang Maman.
Turut dalam evakuasi macan tutul Gunung Karang diantaranya, Wakapolres Pandeglang Kompol AGus Rasid, Kasat Intel AKP Salim, Kasdim 0601 Mayor (Inf) Rahmat dan Kasatpol PP Fery Hasanudin. Proses evakuasi macan tutul mengundang perhatian warga sekitar. Usai dilumpuhkan, macan itu dimasukan dalam kotak khusus. Sejumlah warga mengatakan, kejaidian seperti itu baru terjadi kali ini di wilayahnya
Jumat, 29 Agustus 2008
Pembalap A1 Berlaga di Lippo Karawaci
JAKARTA, TRIBUN
Pembalap dari 23 negara akan bertarung untuk membela kebanggaan negara masing-masing pada ajang balap mobil A1 GP World Cup of Motorsport Indonesia yang diselenggarakan di Lippo Karawaci, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang awal tahun 2009 mendatang.
“Pada acara akbar dan paling bersejarah tersebut akan berkumpul seluruh pembalap kelas dunia yaitu pada tanggal 6 hingga 8 Februari 2009 mendatang dengan menggunakan format sirkuit jalanan (Street circuit),” ungkap Senior Eksecutive PT Lippo Karawaci Tbk. Gordon Benton kepada Tangerang Tribun usai launching A1 GP di Kemang Village, Jakarta, Jum’at (30/8).
Gordon menjelaskan Lippo Karawaci akan didisain menjadi arena olah raga balap mobil A1 GP World Cup of Sport yang tercetak dalam sejarah Indonesia. Karena hal tersebut merupakan kali pertama diadakannya balap jalanan dalam skala internasiaonal. “Tentunya Lippo masuk ke dalam jajaran daftar eklusif pemilik sirkuit jalanan di dunia, seperti Surfers Paradise, Durban Valencia, Monako, Melbourn dan Singapura,” paparnya.
Ajang tersebut, lanjut Gordon, bukan hanya bergengsi untuk Lippo Karawaci melainkan kepada bangsa Indonesia secara keseluruhan. Lippo ingin membawa ajang internasional ke Indonesia seperti halnya A1 GP Wolrd Cup of Motor Sport. “Kami bekerja sama dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI), Kementrian Pemuda dan Olah Raga Indonesia dan Carbone Wolrdwide sebagai pemegang lisensi dan promotor, untuk mempersembahkan ajang terhebat dalam kalender A1 GP,” jelasnya.
Gordon menambahkan sebagai penyelenggara dan sekaligus tuan rumah, Lippo Karawaci akan memodifikasi sebagian area dekat Universitas Pelita Harapan (UPH) untuk memudahkan proses transformasi sirkuait jalan sesuai dengan sertifikasi FIA. “Kami masih mempertimbangkan 2 sircuit internasional yaitu sircuit Monako dan Valensia. Setelah mantap baru kami akan adopsi dan sesuaokan dengan keadaan wilayah,” jelasnya.
Ia menambahkan penyelenggaraan bekerjasama dengan disainer trek internasional Tilke Gmbh untuk mendisain sirkuit jalanan yang mencakup publik grandstands,sarana eksibisi, area peristirahatan, komplik pit, serta area mall yang akan dibangun pada saat balapan berlangsung.
Comissioner PT Lippo Karawaci Tbk Agum Gumelar mempercayai investasi cukup signifikan yang dikeluarkan untuk balapan dan pembangunan sircuit yang akan memberi manfaat. Dampak positif yang akan dirasakan adalah sebagai tuan rumah sangat menguntungkan dari sektor bisnis maupun untuk PAD. “Terlepas dari publisitas Indonesia khususnya wilayah Kabupaten Tangerang seperti yang telah kita lihat dikota-kota lain, balapan semacam ini akan menarik pengunjung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” terangnya.
Sementara Executive Chairman Carbon Worldwide Keld Kristiansen memaparkan bahwa acara tersebut akan disiarkan secara life nasional dan internasional serta eklusif untuk 23 negara. “Kini telah memasuki persiapan musim ke-4, A1 GP kali ini mengkombinasikan lokasi bergengsi, fasilitas canggih serta sircuit balapan yang berliku-liku. Musim ini juga merupakan tahun pertama untuk mobil A1 GP yang menggunakan Powerred by Ferrari,” tandasnya.(Tangerang Tribun)
Kamis, 28 Agustus 2008
Perang Persepsi Ancam Indonesia
Blog: Khomsurizal
Aspek pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin terancam dan dikhawatirkan integritas bangsa akan terpecah belah. Pasalnya pada era globalisasi ini, serbuan informasi dan persepsi dari berbagai negera berkepentingan terhadap Indonesia kian gencar.
Demikian diungkap Letjend TNI (Purn) Kiki Syahnarki dalam Sarasehan Pers Nasional yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Aula Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis (28/8).
“Dahulu perang adalah untuk menguasai teritorial, sekarang yaitu dengan melakukan penguasaan terhadap sumberdaya sebuah negara seperti sumber ekonomi, budaya dan pendidikan. Sedangkan senjata tercanggih pada perang penguasaan sumberdaya ini adalah informasi (information wafare) dan persepsi (war of perception),” beber Kiki Syahnarki.
Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat TNI ini menyebutkan, informasi dan persepsi tersebut disebar luaskan kepada rakyat Indonesia melalui media massa. “Nah inilah langkah stategis serbuan dunia global terhadap negara kita, jika kita tidak kuat akan mudah sekali menjual sumber daya milik bangsa kepada kepentingan negara lain atau setidaknya terpengaruh sesuai tujuan-tujuan mereka,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Kiki, media massa sebagai alat yang bisa digunakan untuk melakukan infiltrasi terhadap bangsanya agar berhati-hati dan kembali melakukan konsolidasi kebangsaan bersama elemen lain NKRI. “Kita berharap pers nasional mampu melakukan counter info warfare dan hendaknya mawas diri jangan samapai dijadikan agen kepentingan asing yang ingin merapuhkan kita dari dalam melalui war by proxy,” tegas mantan dihadapan sejumlah tokoh pers nasional ini.
Sementara Praktisi dan Teoritisi Pers, Prof DR Tjipta Lesmana mengatakan, untuk mengantisipasi “kekalahan” negara dan bangsa Indonesia terhadap penjajahan gaya baru itu, sudah seharusnya roh perjuangan pers senantiasa dianut seluruh media massa. “Tiap wartawan Indonesia berkewajiban bekerja bagi kepentingan Tanah Air dan Bangsa dengan mengingat akan Persatuan bangsa dan Kedaulatan Negara,” papar Guru Besar Komunikasi Politik UPH itu.
Sebaliknya apabila roh pers nasional ini diabaikan, sambung dia, maka sangat membahayakan keselamatan bangsa dan negara. Bahkan tidak perlu dihitung puluhan tahun lagi, masyarakat Indonesia telah porak-poranda.
Dalam sarasehan yang dipandu Rosiana Silalahi serta dihadiri tokoh pers seperti Rosihan Anwar, Tarman Azzam, Dahlan Iskan dan juga Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Assidiqi ini, Jacob Utama sebagai nara sumber mengatakan, kiprah pers terhadap pendewasaan demokrasi cukup penting disamping lembaga eksekutif dan legislatif. “Maka kritik terhadap negara harus terus dilakukan, tetapi tidak menghilangkan jati diri bangsa serta memiliki roh perjuangan,” tegas pemimpin Kompas ini.
Rabu, 27 Agustus 2008
Thalassaemia Masih Tinggi
Angka penyakit Thalassaemia terhitung tinggi di Tangerang. Saat ini, ada sekitar 140 pasien yang dirawat bergiliran di RSU Tangerang. Mereka terdiri dari 78 pasien atau 55,7 persen berasal dari Kabupaten dan 62 pasien atau 44,3 persen berasal dari Kota Tangerang.
Thalasaemia merupakan suatu kelainan darah yang terdapat di banyak negara di dunia. Penyakit ini biasanya dimiliki penderita sejak lahir. Anak-anak yang memiliki Thalassaemia mayor tidak dapat membentuk Hemoglobin yang cukup dalam darah mereka. Mereka memerlukan transfusi darah seumur hidupnya.
Kepala Humas Persatuan Orangtua Penderita Thalassaemia atau POPTI, Efrizal saat ditemui disela-sela peresmian Ruang Khusus Penderita Thalassaemia RSUD Tangerang menuturkan, penyakit ini terlahir ke dunia setiap tahunnya kurang lebih 100.000 anak atau sedikitnya 3.000 anak di Indonesia yang terlahir dengan penyakit Thalassaemia.
Anak yang menderita Thalassaemia ini tidak ada indikasi yang bisa terlihat. Karena si anak tetap terlihat sehat namun mereka biasanya cepat merasa lelah, lemah, bahkan lesu atau tidak punya gairah hidup. Karena orang yang memiliki penyakit ini, mereka tidak bisa memproduksi sel darah.
Untuk mencegahnya mereka harus melakukan tranfusi darah minimalnya satu bulan sekali atau tiga minggu sekali. Menurut Efrizal, penyakit ini tidak ada obatnya, hanya bisa dilakukan pencegahan.
Bupati Tangerang yang turut hadir dalam peresmian ruang khusus thalassaemia memaparkan, RSU merupakan sentral dari segala jenis proyek penanggulanan maupun pencegahan penyakit di Provinsi Banten terlebih dalam rangka Banten Sehat 2008,
“Meskipun lahan yang ada saat ini kurang memadai, namun terus dilakukan pengembangan dan penambahan ruang perawatan seperti, ruang khusus penanganan flu burung yang belum lama ini di resmikan, sekarang sudah ditambah lagi dengan ruang Thalassaemia,” tuturnya.
Ruang perawatan penyakit Thalassaemia yang diresmikan itu sendiri memiliki kapasitas sekitar 8 pasien dan dilengkapi dengan 8 tempat tidur dan satu ruang perawat.
Kepala RSUD Tangerang, Dr MJN Mamahit, S.Pog menjelaskan, pihaknya menyiapkan sarana dan prasarana seperti ruang perawatan, perlengkapan serta tenaga medis untuk menangani kasus Thalassaemia. Namun untuk biaya ditanggung oleh yayasan atau organisasi Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassaemia atau POPTI.
“Penyakit ini penting dilakukan pencegahan, karena belum ada obatnya. Karena penderita penyakit Thalassaemia ini umurnya tidak akan lama,” katanya. (sumber: Tangerang Tribun, ket foto: Bupati Ismet Iskandar meresmikan instalasi perawatan khusus penyakit Thalasaemia di RSUD Tangerang, Rabu (27/8))
Thalasaemia merupakan suatu kelainan darah yang terdapat di banyak negara di dunia. Penyakit ini biasanya dimiliki penderita sejak lahir. Anak-anak yang memiliki Thalassaemia mayor tidak dapat membentuk Hemoglobin yang cukup dalam darah mereka. Mereka memerlukan transfusi darah seumur hidupnya.
Kepala Humas Persatuan Orangtua Penderita Thalassaemia atau POPTI, Efrizal saat ditemui disela-sela peresmian Ruang Khusus Penderita Thalassaemia RSUD Tangerang menuturkan, penyakit ini terlahir ke dunia setiap tahunnya kurang lebih 100.000 anak atau sedikitnya 3.000 anak di Indonesia yang terlahir dengan penyakit Thalassaemia.
Anak yang menderita Thalassaemia ini tidak ada indikasi yang bisa terlihat. Karena si anak tetap terlihat sehat namun mereka biasanya cepat merasa lelah, lemah, bahkan lesu atau tidak punya gairah hidup. Karena orang yang memiliki penyakit ini, mereka tidak bisa memproduksi sel darah.
Untuk mencegahnya mereka harus melakukan tranfusi darah minimalnya satu bulan sekali atau tiga minggu sekali. Menurut Efrizal, penyakit ini tidak ada obatnya, hanya bisa dilakukan pencegahan.
Bupati Tangerang yang turut hadir dalam peresmian ruang khusus thalassaemia memaparkan, RSU merupakan sentral dari segala jenis proyek penanggulanan maupun pencegahan penyakit di Provinsi Banten terlebih dalam rangka Banten Sehat 2008,
“Meskipun lahan yang ada saat ini kurang memadai, namun terus dilakukan pengembangan dan penambahan ruang perawatan seperti, ruang khusus penanganan flu burung yang belum lama ini di resmikan, sekarang sudah ditambah lagi dengan ruang Thalassaemia,” tuturnya.
Ruang perawatan penyakit Thalassaemia yang diresmikan itu sendiri memiliki kapasitas sekitar 8 pasien dan dilengkapi dengan 8 tempat tidur dan satu ruang perawat.
Kepala RSUD Tangerang, Dr MJN Mamahit, S.Pog menjelaskan, pihaknya menyiapkan sarana dan prasarana seperti ruang perawatan, perlengkapan serta tenaga medis untuk menangani kasus Thalassaemia. Namun untuk biaya ditanggung oleh yayasan atau organisasi Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassaemia atau POPTI.
“Penyakit ini penting dilakukan pencegahan, karena belum ada obatnya. Karena penderita penyakit Thalassaemia ini umurnya tidak akan lama,” katanya. (sumber: Tangerang Tribun, ket foto: Bupati Ismet Iskandar meresmikan instalasi perawatan khusus penyakit Thalasaemia di RSUD Tangerang, Rabu (27/8))
Peringatan Hari Anak Banten
Sedikitnya 1500 perwakilan anak se-Provinsi Banten, tumplek di Taman Rekreasi Wulandira, Kecamatan Kramatwatu, Serang, Selasa (26/8) untuk memperingati Hari Anak Indonesia. 10 anak diantaranya merupakan Duta Anak Banten yang telah mengikuti Kongres Anak Indonesia ke-7 di Bogor lalu.
Gubernur Banten Hj Ratu Atut Chosiyah saat memberikan sambutan mengatakan, Hari Anak Nasional memiliki nilai strategis dan membawa dampak manfaat bagi masyarakat dan kelangsungan pembangunan. Peringatan ini dapat dijadikan momentum untuk terus menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan dan memenuhi hak-hak anak.
“Orang tua, misalnya, diharapkan memiliki kesadaran untuk memberikan limpahan kasih sayang, memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang dengan baik serta memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak," kata Gubernur Atut.
Menurutnya, anak merupakan aset masa depan yang paling berharga dan kesalahan dalam mendidik anak dapat menimbulkan kerugian bagi masa depan. "Anak merupakan generasi penerus yang memiliki potensi guna mewujudkan harapan bangsa," singkatnya.
Obor Nusantara Masuki Merak
Dalam rangka memperingati 100 tahun hari kebangkitan bangsa Indonesia, sejumlah perwakilan Karang Taruna se-Indonesia melakukan Kirab Obor Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Kirab Obor Nusantara itu dimulai dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Setelah menempuh perjalanan selama tiga bulan dengan melampaui kabupaten dan kota di Pulau Sumatera, Selasa (26/8) kemarin, Kirab Obor Nusantara tiba di Pelabuhan Merak sebagai penerimaan obor untuk Pulau Jawa. Penerimaan tersebut, diwakili oleh Gubernur Banten, Hj Ratu Atut Chosiyah, karena tiba di wilayah Banten.
Diketahui, dalam iring-iringan kirab pembawa obor Nusantara tersebut, terdapat sosok lelaki gagah mewakili Banten yang ikut menjadi peserta kirab. Dia adalah Andika Hazrumy sebagai anggota Karang Taruna Adhiya Karya Mahata Yodha (AKMY) Provinsi Banten.
Andika merupakan salah satu yang bisa dibanggakan, karena ia berhasil membawa obor Nusantara ke Banten atau Pulau Jawa setelah berhasil menempuh perjalanan tiga bulan di Pulau Sumatera. Rencananya, ia akan terus berupaya mengikuti kirab hingga kemampuan maksimalnya.
Sebelum Kirab Obor Nusantara itu sampai ke DKI Jakarta pada tanggal 31 Agustus nanti, wilayah kabupaten dan kota di Banten juga akan dilalui. Diawali di Kota Cilegon pada tanggal 26 Agustus, lalu dilanjutkan ke Kabupaten Serang 27 Agustus, Pandeglang 28 Agustus, Lebak 29 Agustus, Kabupaten Tangerang 30 Agustus dan Kota Tangerang 31 Agustus kemudian langsung berlanjut ke DKI Jakarta.
“Di masing-masing kabupaten dan kota di Banten, tim panitia pelaksana akan menggelar bakti sosial seperti khitanan massal, pemberdayaan LPM dan lainnya,” kata Andika saat melaporkan kegiatan dalam upacara yang digelar langsung di halaman PT ASDP Merak setelah beberapa waktu tiba dari Lampung.
Dalam upacara, Gubernur Banten sempat membacakan Deklarasi Kirab Obor Nusantara di Hari peringatan 100 tahun Kebangkitan Bangsa Indonesia yang ditandatangani langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Gubernur Banten, Hj Ratu Atut Chosiyah berpesan, masyarakat dan para generasi penerus bangsa tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga titik darah penghabisan. “NKRI sudah menjadi harga mati, di mana kita harus lebih kuat untuk mempertahankannya. Saya mendoakan kirab ini dapat menumbuhkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia,” tegasnya.
Usai melakukan upacara, secara resmi Atut melepas kembali pasukan Kirab Obor Nusatara. Menurut rencana, Kirab Obor Nusantara akan singgah di rumah dinas Walikota Cilegon, Tb H Aat Safa'at. Setelah itu, akan dilanjutkan ke Kabupaten Serang.
TNI Gelar Bakti Sosial
Markas Tentara Nasional Indonesia (TNI) Komando Rayon Militer (Makorem) 052/ Wijayakrama bekerja sama dengan Yayasan Basilea Community Services Manistry (CSM) dan Lions Club melakukan Bakti Sosial (Baksos) di dekat Danau Cihuni, Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Rabu (27/8).
Acara Bakti sosial yang bertemakan “Bersatulah Indonesiaku” diadakan untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) RI yang ke-63 dengan menerjunkan 32 orang dokter untuk menangani pengobatan masal, perawatan gigi dan mata, sunatan masal dan donor darah. Selain itu, bakti sosial dengan memberikan satunan paket sembako kepada sekitar 3.000 keluarga miskin.
Sedangkan untuk memeriahkan kegiatan, sejumlah penampilan dan hiburan rakyat turut disajikan seperti atraksi marching band, tarian Persit, tarian cokek dan orgen tunggal.
“TNI tidak tinggal diam dan masih tetap eksis dalam melayani masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan diadakannya acara bakti sosial ini,” kata Pangdam Jaya Mayjen Darpito Pudyastungkoro usai sambutan pada acara yang juga dihadiri Bupati Tangerang H Ismet Iskandar ini.
Perayaan Cioko, Persembahan Doa
Dengan cinta kasihnya, Moggalana ingin membantu ibunya. Ketika itu tanggal 7 bulan 7 penanggalan Lunar. Saat bertemu, Moggalana melihat ibu yang dicintainya sedang merintih kesakitan. Moggalana memberinya makanan. Ketika dimakan, tiba-tiba makanan itu berubah menjadi api.
Sang ibu menjadi semakin menderita. Sehingga akhirnya Moggalana menemui Sang Buddha untuk meminta bantuan. Kemudian Sang Buddha berkata; Pada saat masa vassa (masa para bhikkhu berdiam diri selama tiga bulan) dapatlah kamu berdanm pada sangha (bhikkhu).
Ini adalah penggalan cerita dan sejarah dalam Peringatan Cioko atau Upacara Ulambana yang digelar di Vihara Nimmala atau biasa dikenal dengan sebutan Vihara Boen San Bio di Jalan Pasar Baru, No 43, Kota Tangerang, Selasa (26/8). Upacar bertepatan pada tanggal 7 bulan 7 pada penanggalan Lunar atau biasa disebut bulan Cit Gwee pada tahun Imlek. Upacara dibuka dengan upacara persembahyangan yang dipimpin oleh para suhu dan Romo Pandita.
Upacara dimaksudkan untuk mengundang para arwah di alam baka dan yang berkeliaran di bumi, untuk ikut menikmati makanan yang disediakan oleh Vihara Nimmala dan mendapat kebahagiaan karena telah didoakan. Menurut kepercayaan, bila para arwah yang bergentayangan telah memiliki jasa dan kebaikan cukup, maka ia akan terlahir kembali ke alam yang lebih bahagia.
Berdasarkan sejarah yang tercatat, perayaan Cioko bermula pada tiga hal penting yang terdapat pada tradisi Buddhis Mahayana. Di antaranya, YM Moggalana menemui ibunya di neraka, YM Ananda bertemu dengan mahluk setan yang sebenarnya adalah jelmaan dari Kwan Im, dan Keada Sangha atau para bikkhu.
Dengan cinta kasihnya, Moggalana ingin membantu ibunya, ketika itu tanggal 7 bulan 7 penanggalan Lunar. Ketika bertemu, Moggalana melihat ibunya yang sedang kesakitan. Akhirnya Moggalana memberinya makanan. Namun ketika dimakan, makanan tersebut berubah menjadi api sehingga ibunya semakin menderita. Akhirnya Moggalana menemui Sang Buddha untuk meminta bantuan. Kemudian sangbudha berkata; Pada saat masa vassa (masa para bhikkhu berdiam diri selama tiga bulan) dapatlah kamu berdama pada sangha (bhikkhu)”. Menurut kepercayaan, dengan cara itulah sangha akan melimpahkan jasanya pada mahluk lain di alam setan dan neraka.
Wakil Ketua Yayasan Vihara Nimmala menuturkan, biasanya upacara ini diramaikan dengan acara Rebutan, dengan memperebutkan segala jenis makanan yang dipakai untuk sesembah atau perlengkapan ibadah. “Untuk tahun ini kita tidak menggelar acara rebutan. Namun kami menggantinya dengan pembagian sembako dan nasi bungkus kepada setiap masyarakat yang datang,” ungkapnya.
Setelah persembahyangan dan pembagian sembako selesai, perahu naga yang sudah dihias dan dilengkapi dengan perlengkapan ibadah serta patung Dewa Api atau Boen Tay Siu yang terbuat dari kertas kemudian dibakar untuk menyempurnakan persembahyangan. (foto: Putra Jaya/Tangerang Tribun)
Label:
Boen San Bio,
cina benteng,
perayaan cioko,
Vihara Nimala
Senin, 25 Agustus 2008
Minggu, 24 Agustus 2008
Pelawak (pun) Giatkan Pendidikan
Setelah 30 tahun lebih merantau di Jakarta, Tb Dedi “Miing” Gumelar, akhirnya pulang kampung. Pentolan Group Bagito yang telah mengundurkan diri dari dunia lawak yang membesarkan namanya itu memilih menjadi fungsionaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di DPP. Selain itu, ia juga membuat gebrakan baru. Dengan dibantu sejumlah aktivis dan penggiat masyarakat di Banten, Miing membentuk sebuah lembaga sosial yang diberi nama Miing Fellowship.
Kata Miing, Fellowship itu artinya tidak jauh berbeda dengan lembaga sosial bernama yayasan, yakni tempat berkumpulnya sejumlah orang yang memiliki kesamaan tujuan dan gagasan dalam membangun Lebak. Namun lembaga itu lebih dititikberatkan pada upaya membangun mental (akhlak) masyarakat atau biasa dia menyebutnya dengan istilah masyarakat berbudaya.
Dalam mewujudkan cita-citanya tersebut, Sabtu (23/8) lalu, Miing ditemani oleh saudaranya Didin (yang juga pentolan Grup Bagito) serta sejumlah rekannya, berkeliling Kabupaten Lebak, diantaranya ke Kecamatan Leuwidamar, Bojongmanik, Cirinten serta Kecamtan Curugbitung. Kedua pelawak ini pertama kali mengunjungi tempat kelahirannya yakni di Kampung Lebak Parahiang, Desa Lebak Parahiang, Kecamatan Leuwidamar untuk meresmikan pembangunan jamban atau tempat nyuci di kampong itu.
Usai meresmikan jamban, Miing dkk melanjutkan perjalanannya ke SMAN I Bojongmanik untuk memberikan bantuan buku bacaan serta alat praga olahraga. Di sekolah inilah terlihat kalau Miing benar-benar peduli pendidikan. Karena di sekolah itu belum ada aliran listrik, ia pun memerintahkan kepada Ketua PAC PDIP Bojong Manik untuk secepatnya membantu pengadaan aliran listrik.
Dalam sambutannya di hadapan ratusan siswa SMAN I Bojong MAnik, Miing menceritakan soal betapa pentingnya pendidikan. Menurut Miing, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Banten berada diperingkat ke-6 se-Indonesia, namun sayangnya masyarakat Banten masih banyak yang miskin. "Itu karena masyarakat dan pemerintah belum begitu peduli pada pendidikan," ujar Miing.
Salah satu contoh kurangnya pedulian masyarakat Banten terhadap dunia pendidikan, kata Miing, diantaranya masih minimnya angka siswa yang melanjutkan sekolah, terutama kejenjang SMA. Sementara bentuk kekurangpedulian pemerintah pada dunia pendidikan, yakni minimnya angaran yang dialokasikan untuk sektor pendidikan.
“Akbibatnya masih banyaknya sekolah yang rusak. Banyak anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan minimal Wajardikdas 9 Tahun. "Dengan APBD yang begitu besar, seharusnya Banten tidak tertinggal. Untuk itu, saya sangat bangga dengan para ulama yang sangat gigih tanpa pamrih mencerdaskan anak-anak bangsa melalui pondok pesantrennya yang nyaris tanpa bantuan pemerintah," katanya.
Usai acara di SMA I Bojong Manik, Miing langsung meluncur ke Kecamatan Cirinten, tepatnya ke Kampung Dunguk, Desa Dungkuk untuk meresmikan pembangunan MCK. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke SMPN 2 Cirinten dalam rangka memberikan bantuan 60 kursi belajar serta 30 meja untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah setempat. Dalam kunjungan itu Miing tidak lupa memberikan buku bacaan bagi siswa sekolah tersebut.
Meski hari sudah sore, namun Miing terus berkeliling. Miing langsung meluncur ke Desa Guradog, Kecamatan Curugbitung. Dalam kunjungannya ke wilayah itu Miing memberikan sejumlah peralatan main seperti ayunan kursi, ayunan rantai, jungkilan dan bola dunia. Bantuan lainnya adalah alat peraga dan perlengkapan mengajar seperti white board, spidol, kerta HVS, lem fox, meja lipat dan lainnya.
"Bantuan ini bukan dalam rangka kampanye, tapi bentuk kepedulian saya terhadap calon penerus bangsa ini, sehingga diharapkan mereka mendapatkan pendidikan yang layak secara dini," ujar Caleg DPRRI dari PDIP dengan nomor urut 1 zona Banten ini.
Tangerang di Bawah Bendera Multi Budaya
Di tengah pudarnya identitas kesenian dan kebudayaan yang tidak lagi menjadi kebanggaan masyarakat Tangerang, kehadiran pementasan seni dan budaya yang dilakukan selama 36 jam nonstop sudah sepatutnya menjadi tonggak membangkitkan kembali pudarnya identitas.
Pagelaran 16 macam seni dan budaya yang di antaranya menampilkan adat perkawinan China Benteng, barongsai dan long, rampak bedug, kabaret, calung, topeng poles putra tolay, angklung, sendra tari perjuangan Nyi Mas Ageng Serang, degung, gambang kromong, qasidah, pop dangdut, lenong, pagelaran nassyid dan tari jaipongan telah berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) yang ke-3.441.
Digelarnya pagelaran seni dan budaya yang mulai pudar di tengah masyarakat Tangerang merupakan era kebangkitan seni dan budaya. Selain dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan (HUT) Republik Indonesia yang ke-63. Seni budaya yang digelar merupakan suatu wahana untuk mempertahankan dan menunjukan begitu beragam dan indahnya seni budaya yang ada di Kabupaten Tangerang. Juga sebagai bahan pelajaran untuk mengetahui makna dari setiap kesenian maupun budaya yang ditampilkan.
Selama pertunjukan dilangsungkan mulai 22-24 Agustus itu dipantau MURI. Untuk menilainya pun terus dijaga secara bergiliran, karena perolehan gelar MURI harus sesuai dengan kesepakatan pihak penyelenggara dan pelaksanaannya pun harus konsisten dengan apa yang telah ditetapkan.
“Bila kesepakatannya selama 36 jam ditampilkannya kesenian dan kebudayaan itu, ya harus seperti yang disepakati dan dilakukan tanpa ada jeda. Para pemantau pun harus tetap memantau dan tidak sampai terlewatkan walau sedetik,” ujar salah satu pemantau MURI Ig Awang Rahargo kepada Tangerang Tribun disela-sela pemantauannya, Minggu (24/8).
Pagelarang dari 16 jenis kesenian dan kebudayaan yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang dikemas dalam 2 panggung dengan ukuran yang sama. Panggung tersebut berada tepat pada sebelahnya.
Kesenian dan kebudayaan yang pertama kali digelar adalah perkawinan cina benteng dengan durasi penampilan selama satu jam. Kemudian disusul penampilan barongsai dan wayang kulit. Dalam penyelenggaraan acara pagelaran seni budaya 36 jam non stop tersebut mampu menjaring 3.000 penonton setiap harinya.
“Tidak semua pagelaran yang ditampilkan berdurasi satu jam, tetapi bervaruatif sesuai dengan jenis kesenian dan kebudayaan itu sendiri,” paparnya.
Ketua Panitia Penyelenggara Acara 36 Jam Nonstop Rekor MURI Dauri Darma Budiman mengatakan, acara pagelaran rekor Muri seni budaya 36 jam non stop mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan berbagai organisasi kepemudaan yang konsen dalam seni budaya. Kesenian dan kebudayaan yang mendapat sorotan dan atusias dari para pemantau adalah adat pernikahan China Benteng dan topeng poles putra tolay. Penampilan terakhir yang disuguhkan sebagai penutup adalah penampilan pagelaran seni tari jaipongan. “Topeng putra tolay disuguhkan dengan budaya yang sangat kental dan disuguhi dengan unsur yang humoris,” pungkasnya.(Sumber: Tangerang Tribun, Foto: M Jakwan/Tribun)
Label:
barong sai,
cina benteng,
Cokek,
pariwisata,
partai politik
Pesta Kembang Api Merah Putih
Langit kawasan Summarecon di Pondok Hijau Lapangan Golf Serpong, Kabupaten Tangerang, Sabtu (23/8) malam bergemerlap terang. Selama 15 menit, sekitar 15.000 kembang api dilontarkan bak menyusul bintang-bintang.
Ribuan masyarakat yang sejak sore hari memadati area tersebut, termasuk di seantero nusantara (disiarkan secara langsung oleh salah satu televisi) menyambut gembira seiring dentuman-dentuman kembang api terdengar keras.
Peluncuran kembang api dimulai suara gemuruh helikopter, selanjutnya suara nada-nada musik kian bersautan.
”Kembang api ini dimainkan berdasarkan nada lagu. Dengan jarak luncur sampai 300 meter dan 15 ribu tembakan, maka lebih leluasa untuk memadukan irama lagu dengan bentuk-bentuk kembang api,” ungkap Direktur NoLimits Donny Rochyadi, perwakilan event organizer yang menangani pesta kembang api tersebut.
Suasana meriah dalam pesta bertajuk “Musical Fire Work Gebyar Merah Putih” ini tak akan mudah dilupakan, maklum saja lantaran pesta kembang api itu digarap oleh sebuah perusahaan terkenal dari Singapura bernama Explomo yang telah memiliki pengalaman menangani berbagai acara besar seperti SEA Games tahun 1993, American Independence Day Celebration and New Year tahun 2007, serta Doha International Fireworks Festival tahun 2003.
Lebih dari itu, even yang diklaim oleh pihak pengembang Summarecon sebagai pesta kembang api terbesar di Indonesia ini ikut menampilkan sejumlah artis dan musisi seperti Jelly Tobing, Rosa, Samsons, Ada Band, Desy Ratnasari, Eko Patrio, Melanie Putria dan Novia Angie.
Rangkain pesta ini, menurut penyelenggara, didekasikan untuk memperingati HUT RI ke-63 serta mendukung Tahun Kunjungan Wisata atau Visit Indonesia Year Tahun 2008.
Sabtu, 23 Agustus 2008
Jumat, 22 Agustus 2008
Pagelaran Seni 36 Jam Nonstop
Sedikitnya 16 cabang seni dan budaya yang ada di Kabupaten Tangerang mulai dipentaskan selama 36 jam nonstop, sejak Jumat (22/8) hingga Minggu (24/8) di area Parkir Mal WTC Serpong. Pagelaran spektakuler itu oleh pemerintah setempat ditargetkan meraih rekor MURI (Museum Rekor Indonesia).
Wakil Bupati H Rano Karno, saat membuka pagelaran tersebut mengaku optimis kegiatan ini mampu mencatatkan pagelaran seni dan budaya ini menjadi terbesar yang berlangsung 36 jam nonstop di Indonesia melalui MURI.
Lebih dari itu, pagelan ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat dan daerah lain untuk senantiasa melestarikan seni dan budaya ditengah pluralitas serta kemajuan nasional. Bahkan kegiatan semacam ini merupakan salah satu bentuk dalam upaya mengembangkan nilai-nilai budaya masyarakat. “Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 32 ayat 1, negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya,” ucap Wakil Bupati Tangerang H Rano Karno, Jum’at (22/8).
Diinformasikan, pementasan seni budaya Kabupaten Tangerang selama 36 jam nonstop menampilkan 16 cabang diantaranya ialah Rampak Bedug, calung, Angkung, Degung, Gambang Kromong, Adat Perkawinan Cina benteng, Barongsai, Liong, Lenong, Jaipongan dan lain-lain.
Sementara pagelaran melibat puluhan sanggar serta didukung oleh Pemkab Tangerang, Komunitas Pelestarian Kesenian Tradisional (KPKT), Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Tangerang dan Mall WTC Matahari Serpong.
Panggung pagelaran terdapat dua buah dan untuk pagelaran yang pertama kali ditampilkan serta menjadi pagelaran unggulan adalah Pagelaran Adat Perkawinan Cina Benteng dan Pagelaran wayang kulit khas Kabupaten Tangerang.
Acara pembukaan dimilai pada pukul 16.00 WIB, kemarin, yang dihadiri para seniman dan budayawan hingga perwakilan dari MURI.
“Pagelaran seni budaya seperti ini merupakan salah satu wahana untuk mempertahankan dan mewujudkan begitu beragam dan indahnya seni budaya yang kita miliki,” papar Rano.
Dalam kesempatan lain, Bupati Tangerang H Ismet Iskandar memberikan dukungan penuh terlaksananya pagelaran pentas seni budaya 36 jam nonstop. Pasalnya, kata Ismet, sangat berdampak positif bagi aspek budaya bangsa atau warisan leluhur dan ekonomi kreatif masyarakat. “Acara ini merupakan wahana untuk mempertahankan dan menujukan begitu beragam dan indahnya seni budaya yang kita miliki,” jelasnya.
Dia menambahkan, hendaknya semua dapat belajar dan mengetahui makna dari setiap kesenian maupun budaya yang ditampilkan. “Harapan saya supaya kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan agar dapat menumbuh kembangkan rasa cinta masyarakat kepada seni budaya yang ada di Kabupaten Tangerang,” tandasnya.
Langganan:
Postingan (Atom)