Tampilkan postingan dengan label tradisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tradisi. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 November 2008

Bugar Bersama Archiperobic


Olahraga senam yang satu ini mungkin masih asing terdengar di telinga anda. Aerobik, senam kesegaran jasmani mungkin sudah biasa anda lihat dan lakukan. Tapi senam yang satu ini mungkin anda belum pernah melihat atau melakukannya.
Bagaimana jika kegiatan senam yang anda lakukan dipadukan dengan gerakan tari-tarian. Aneh memang kedengarannya, namun bagi mereka yang sudah terbiasa, senam dengan sekaligus menari ini punya nilai plus tersendiri.
Bahkan para anggota senam tersebut menilai, gerakan senam yang sering mereka lakukan lebih bagus ketimbang senam lainnya. Mereka yang tergabung dalam Manan Foundation Team memang berupaya memasyarakatkan senam yang dikombinasikan dengan tari-tarian.
Berbagai macam tarian nusantara mereka gabungkan dan disebut namanya archiperobic. “Kreasi ini ada karena pada saat itu kita berpikiran kalau Indonesia ini kaya akan tari-tarian, tetapi itu semua bisa kita nikmati dalam bentuk show atau pentas. Lalu ada pemikiran dari kita saat itu untuk bisa menyatukan antara aerobik dengan tarian,” ujar Sutrisno, Vice President Manan Foundation seperti yang dikutip koran harian Tangerang Tribun.
Selain badan sehat dan bugar, dengan bergabung di Manan Foundation Team, anda juga bisa lebih mengenal budaya bangsa Indonesia terutama yang menyangkut tari-tarian. Punya nilai seni dan budaya sendiri tentunya.
Archiperobic ini sebenarnya berasal dari kegiatan yang memang hanya perpaduan berbagai macam jenis tarian yang berasal dari ujung Sabang sampai Merauke. Dan kegiatan gabungan tari-tarian ini bernama Archipelago Line Dance (ALD). Atas dasar gabungan tari-tarian tersebutlah, senam archperobic muncul. Di mana, kegiatan yang hanya tari-tarian ini bisa juga untuk membugarkan tubuh yang memang harus beraktivitas selam asatu pekan.
“Kalau untuk awalnya sih, archiperobic ini berasal dari ALD di tahun 2006 lalu. Yang merupakan perpaduan koreographi rangkaian 17 tarian daerah,” tutur Sutrisno.
Ada tiga unsur yang tertanam pada senam archiperobic ini, yaitu unsur fitness yang memang untuk kesehatan, unsur fun berupa keceriaan dan unsur dance yang berupa gerakan-gerakan tari.
Mungkin bisa dibayangkan juga, betapa menariknya serta uniknya kegiatan yang satu ini untuk bisa menjadi kegiatan sehari-hari sebelum kita melakukan aktivitas pada umumnya. Artinya, tiga manfaat bisa didapat dalam satu kegiatan, dan kegiatan ini juga bisa dilakukan secara personal.
“Walaupun banyak perpaduannya, dan semua gerakannya berasal dari tarian, tetapi archiperobic ini lebih kepada senamnya. Jadi, tetap banyak manfaat yang ada dari kegiatan ini,” tukasnya.
Manan Foundation Team yang ada di Tangerang ini biasa melakukan kegiatannya setiap hari Minggu di kawasan Taman Sari Lippo Karawaci. Peserta yang tertarik bersenam sekaligus menari ini bisa mencapai 150 orang. “Kita memang bukan komunitas, tetapi banyak komunitas yang hadir untuk mengikuti archiperobic ini,” timpal Sutrisno.(*)

Selasa, 09 September 2008

Parade Bedug "Rame-rame"


Sampoerna Hijau akan kembali menggelar parade bedug yang melintasi berbagai kota di Indonesia. Sedikitnya 19 kota dengan total jarak 10.000 KM menjadi perlintasan parade musik terpanjang ini.
Rencananya pesta rakyat melalui rute Pulau Jawa dan Pulau Sumatera tersebut mencatatkan rekor jarah tempuh terpanjang pada Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Penyelenggaraan ini sudah yang kesebelas kali diadakan, mengingat kegiatan ini digelar tahunan dan terjadi hanya pada bulan Ramadhan. Tahun ini kami hadir dengan dua rute yang berbeda,” ungkap Brand Manager Sampoerna Hijau dan selaku Ketua Panitia Parade Beduk Suminto Alexander Hermawanto kepada, Senin (8/9).
Dalam parade bedug yang juga akan melintasi Provinsi Banten yaitu Kota Serang hingga Kota/Kabupaten Tangerang ditujukan untuk pelestarian budaya lokal Indonesia yang dilakukan hanya pada bulan Ramadhan.
Parade bedug yang mengambil tema “Budaya milik rame-rame” akan diawali dari Sumenep (P. Jawa) dan rute Sumatra bertolak dari Padang dan berakhir di Jakarta yaitu Depok pada, Minggu (21/9). Acara tersebut juga dimeriahkan para artis Ibukota antara lain, Nidji, Gigi, Andra and The Backbone, Ungu, Ari Laso, Pingkan Mambo, Agnita dan D’massive.

Senin, 21 Juli 2008

Dewi Kwan Im "Kunjungi" Banten Lama


Memasuki Vihara Avalokitesvara, Komplek Banten Lama, Kota Serang, Minggu (20/7/2008) tak ubahnya berada diatas panggung pergelaran musik rock yang dipenuhi oleh asap berwarna putih. Bedanya asap di panggung pergelaran musik rock berbau bahan kimia sintetik dan tidak membuat mata pedih, tapi asap yang satu ini justru membuat pedih bagi yang tidak terbiasa dan berbau cukup wangi.
Maklum asap tersebut berasal dari pembakaran hio, alat bantu berdoa masyarakat Tionghoa beragama Budha, yang terbuat dari serbuk kayu gergajian dan dipadukan dengan bubuk lem kayu.
Meski begitu, alih-alih membuat tidak betah, para pengunjung bertanbah khidmat memanjatkan doa di depan patung-patung perlambang dewa yang diletakan didalam altarnya masing-masing. Sebetulnya ruangan vihara yang terletak tepat dibelakang Benteng Portugis di Kawasan Banten Lama itu cukup luas, tapi terlihat sempit lantaran banyaknya pengunjung memadati vihara.
“Bulan ini bertepatan dengan bulan keenam lunar kalender Imlek. Dibulan inilah, Dewi Kwan Im mencapai kesempurnaanya. Para penganut budha terutama dari kalangan tionghoa hari ini merayakan kesempurnaan dewi kwan im tersebut,” kata Humas Vihara Avolkestisvara, Asaji.
Diungkapkan Asaji pengunjung yang akan memperingati bulan kesempurnaan dewi cinta kasih ini, hingga tengah hari kemarin sudah tercatat sekitar 6.000 orang. Mereka bukan hanya berasal dari Banten tapi juga dari luar Banten seperti Jakarta, Bogor, tangerang dan bekasi. Bahkan, ada juga yang berasal dari daerah jawa barat dan sumatera.
Perayaan besar-besaran ini, akan mencapai puncaknya pada tengah malam dengan ritual berupa diperebutkannya kueh onde. Etnis tionghoa penganut agama budha meyakini mendapatkan kueh onde dalam puncak perayaan tersebut akan membuat hidup mereka dilingkupi kebahagaian dan kemakmuran sepanjang tahun berikutnya.
Perayaan ini sebenarnya baru permulaan. Karena pada bulan berikutnya kembali akan diperingati kelahiran dewi kwan im untuk kemudian akan kembali dirayakan bulan kematian dewi kwan im pada sembilan bulan setelah itu.
Fernando (29), pengusaha onderdil kendaraan bermotor asal Jakarta pusat mengaku selalu menyempatkan diri untuk memperingati perayaan-perayaan tersebut. Ia bahkan mengajak sanak keluarganya untuk itu. "Saya sama ibu, istri dan anak-anak. Sengaja ingin berdoa disaat-saat ada upacara seperti ini. Lebih berkah," katanya.(photo blog & sumber: idham/Tangerang Tribun)

Pesta Nelayan, Tradisi Doa Kemakmuran


Masyarakat pesisir Pakidulan, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (20/7/2008), menggelar pesta nelayan di pesisir pantai Bayah dengan berbagai ritual seperti menyembelih 2 ekor Kerbau jantan. Daging Kerbau itu langsung dibagikan kepada warga sekitar yang tidak mampu. Ritual kembali dilanjutkan dengan membacakan doa bersama dibarengi dengan melakukan tabur benih ikan mas dan nila sebanyak 5 kwintal di sungai Cimadur yang lokasinya hanya puluhan meter dari pesisir pantai Bayah.
Warga setempat, Latief Wimboaji mengatakan, digelarnya pesta nelayan tersebut sebagai tanda syukur, sekaligus berharap kepada yang maha kuasa, agar hasil tangkapan ikan para nelayan kian hari kian melimpah.
“Syukuran ini tidak lain agar aktivitas nelayan dalam melakukan penangkapan ikan, selalu diberikan keselamatan serta rizki yang melimpah,” kata Ketua Forum Pemuda Pakidulan ini.
Selain itu, pesta nelayan ditujukan sebagai bagian dari budaya yang harus dijaga kelestariannya. Untuk itu, Latief berharap, Pemkab bisa lebih mendukung kegiatan tersebut. Pasalnya, selama kegiatan pesta nelayan ini berlangsung Pemkab dinilainya kurang merespon.
“Tentunya kegiatan pesta nelayan ini memerlukan biaya yang tak sedikit. Namun, sayangnya dalam kegiatan ini Pemkab hanya memberikan bantuan sebesar Rp 2 juta. Padahal, Sukabumi memberikan bantuan hingga mencapai puluhan juta untuk mendukung kegiatan ini,” tukasnya.
Sementara itu, AM Erwin Komara Sukma, salah seorang tokoh nelayan, yang sekaligus Kepala Desa Sawarna, Kecamatan Bayah mengatakan, tradisi pesta laut, tentunya bukan merupakan aksi hura-hura yang dilakukan para nelayan di Bayah, melainkan kiriman doa, agar usaha nelayan dapat menguntungkan serta mensejahterakan nelayan.
“Memang acara ini sempat tidak dilakukan tahun-tahun sebelumnya. Namun, saya berharap agar agenda ini bisa menjadi agenda rutin tahunan,” katanya.
Sementara itu, Sekda Lebak Ruswan Effendi, mengatakan, pesta laut sebagai ajang rasa syukur yang dilakukan para nelayan, hal yang sangat baik dilakukan. Karena selain berharap agar nelayan diberikan keselamatan dan kesejahteraan, acara inipun salah satu aset budaya daerah yang harus dilestarikan.
“Tentunya saya selaku pribadi, serta atas nama pemkab sangat bangga terhadap para nelayan di Bayah, karena dalam upacara ini mereka memiliki perhatian pula untuk menaburkan benih ikan sebanyak 5 kwintal di Sungai Cimadur,” tukasnya. (Banten Tribun)

Selasa, 01 Juli 2008

Batik Banten Simbol Perjuangan “Sang Bangsawan”


Dibuat dengan hasil tangan 100 persen, dan dikerjakan secara teliti dengan nama yang diambil dari daerah paling ujung Jawa bagian Barat, Batik Banten menandakan semangat kebantenan yang tidak pernah luntur untuk terus dikumandangkan hingga ke manca negara. Siapapun yang memakainya akan merasakan kebesaran Banten masa lalu.

Sejak ditetapkan menjadi satu-satunya batik nusantara yang benar-benar memiliki karakter unik. Batik Banten ini adalah batik paten pertama yang setiap motifnya menandakan garis-garis semangat kebantenan. Bahkan di manca negara, batik ini menjadi batik juara dari 52 negara peserta pameran batik di Malaysia tahun 2005 lalu.
Menurut si empunya produksi Batik Banten, Ir Uke Kurniawan, Batik Banten adalah batik yang selalu membanggakan masyarakat Banten dimanapun ia dibawa dan dipamerkan. Lihat saja, 12 nama motif yang ada, Surosowan, Mandalikan, Kawangsan, Pasulaman, Srimanganti, Sabakingking, Pamaranggen, Pancaniti, Pasepen dan Motif Panjanten. Dari nama saja si pemakainya akan diajak untuk mengingat nama-nama gelar kebangsawanan, keraton dan sejarah-sejarah masa lalu Banten.
Lain itu, batik yang seluruh motifnya diambil dari nama toponim desa-desa kuno, nama gelar dan nama tata ruang Keraton Kesultanan Banten ini sekilas sama dengan batik nusantara lainnya. Hanya saja, sebagai batik yang membawa nama daerah di mana batik ini berada, ada sesuatu yang membedakannya yakni nama "Banten". Di mana ketika disebutkan orang akan teringat Kejayaan masa lalunya.
"Saya benar-benar tidak menyangka, ketika kami menggelar pameran di beberapa negara, orang sangat mengenal Banten. Mengenal kebesarannya. Di sinilah semangat Banten dikenalkan untuk semua kalangan," kutip Tangerang Tribun dari pemilik Produksi Banten, Uke Kurniawan di rumah industrinya di Jln Bhayangkara Depan Masjid Kubil, No 5 Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.
Menurut penuturannya, dimulai sejak adanya Surat Keputusan Gubernur Banten pada Oktober 2003 tentang pembentukan panitia peneliti batik Banten, memicu batik ini untuk dibudidayakan. Telah dilakukan pengkajian motif telah dilakukan sejak tahun 2002. Hasil dari pengkajian motif tersebut kemudian dipresentasikan di depan para arkeolog nasional, budayawan, dan pemerintah Banten pada September 2004.
"Sumber daya arkeologi yang memiliki seni hias Banten belum banyak terungkap. Hal ini yang menjadi bahan pemikiran bersama. Di antara sumber daya arkeologi yang telah terungkap secara sistematik antara lain pada Artefak Terwengkal, hasil penggalian Pusat Penelitian Arkeologi Universitas Indonesia tahun 1976," kata Uke.
Transformasi motif dari Terwengkal ke suatu kain batik Banten merupakan upaya-upaya menghidupkan kembali seni hias Banten yang telah hilang sejak abad ke-17. Penyelamatan dan pelestarian potensi kekayaan intelektual masyarakat Banten yang telah hidup ratusan tahun itu telah diwujudkan ke dalam berbagai wahana, baik pada seni hias ornamental bangunan maupun pada seni hias kain yaitu batik.
Rekonstruksi seni hias yang dimunculkan melalui wahana keramik, gelasir, dan nongelasir telah diwujudkan oleh Yayasan Baluwarti pada tahun 1994. Tahun 2002 telah dimunculkan melalui ornamental bangunan-bangunan di kawasan Banten lama. Pada tahun 2004 seni hias Banten telah dimunculkan melalui wahana kain batik oleh PT Uthana Group.
"Ragam hias lokal genius yang berkesinambungan dari masa pra sejarah hingga ke masa Islam adalah ragam hias berbentuk tumpal atau pucuk rebung, yang berubah interpretasi pemaknaannya. Pada masa Islam diisi dengan makna mukernas yang artinya perukunan," kata Uke.
Berdasarkan penelitian para Arkeolog sebetulnya ditemukan 75 ragam hias fragmen kreweng Banten yang berbentuk tumpal dan belah ketupat sebagai motif batik. Namun, pada tahap sekarang dari 75 ragam itu hanya 12 motif yang akan diproduksi, yaitu Datulaya, Pamaranggen, Pasulaman, Kapurban, Pancaniti, Mandalikan, Pasepen, Surasowan, Kawangsan, Srimanganti, Sabakingking, Dan Pejantren.
Yang menjadi batik ini membawa simbol kebanggan dan semangat Banten yang menjadi ciri khas utama batik Banten adalah motif datulaya. Motif ini memiliki dasar belah ketupat berbentuk bunga dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun. Warna yang digunakan, motif dasar berwarna biru, variasi motif pada figura sulur-sulur daun berwarna abu-abu, pada dasar kain berwarna kuning.
"Selama ini suvenir dari Banten hanya golok. Kesannya terlalu kasar. Dengan batik Banten, saya harap masyarakat Banten bisa dikenal sebagai masyarakat yang lembut dan berbudaya tinggi," pungkasnya. (Sumber: Tangerang Tribun)

Foto-foto di blog ini diambil oleh Sanusi Pane/Banten Tribun