Senin, 21 Juli 2008

Dewi Kwan Im "Kunjungi" Banten Lama


Memasuki Vihara Avalokitesvara, Komplek Banten Lama, Kota Serang, Minggu (20/7/2008) tak ubahnya berada diatas panggung pergelaran musik rock yang dipenuhi oleh asap berwarna putih. Bedanya asap di panggung pergelaran musik rock berbau bahan kimia sintetik dan tidak membuat mata pedih, tapi asap yang satu ini justru membuat pedih bagi yang tidak terbiasa dan berbau cukup wangi.
Maklum asap tersebut berasal dari pembakaran hio, alat bantu berdoa masyarakat Tionghoa beragama Budha, yang terbuat dari serbuk kayu gergajian dan dipadukan dengan bubuk lem kayu.
Meski begitu, alih-alih membuat tidak betah, para pengunjung bertanbah khidmat memanjatkan doa di depan patung-patung perlambang dewa yang diletakan didalam altarnya masing-masing. Sebetulnya ruangan vihara yang terletak tepat dibelakang Benteng Portugis di Kawasan Banten Lama itu cukup luas, tapi terlihat sempit lantaran banyaknya pengunjung memadati vihara.
“Bulan ini bertepatan dengan bulan keenam lunar kalender Imlek. Dibulan inilah, Dewi Kwan Im mencapai kesempurnaanya. Para penganut budha terutama dari kalangan tionghoa hari ini merayakan kesempurnaan dewi kwan im tersebut,” kata Humas Vihara Avolkestisvara, Asaji.
Diungkapkan Asaji pengunjung yang akan memperingati bulan kesempurnaan dewi cinta kasih ini, hingga tengah hari kemarin sudah tercatat sekitar 6.000 orang. Mereka bukan hanya berasal dari Banten tapi juga dari luar Banten seperti Jakarta, Bogor, tangerang dan bekasi. Bahkan, ada juga yang berasal dari daerah jawa barat dan sumatera.
Perayaan besar-besaran ini, akan mencapai puncaknya pada tengah malam dengan ritual berupa diperebutkannya kueh onde. Etnis tionghoa penganut agama budha meyakini mendapatkan kueh onde dalam puncak perayaan tersebut akan membuat hidup mereka dilingkupi kebahagaian dan kemakmuran sepanjang tahun berikutnya.
Perayaan ini sebenarnya baru permulaan. Karena pada bulan berikutnya kembali akan diperingati kelahiran dewi kwan im untuk kemudian akan kembali dirayakan bulan kematian dewi kwan im pada sembilan bulan setelah itu.
Fernando (29), pengusaha onderdil kendaraan bermotor asal Jakarta pusat mengaku selalu menyempatkan diri untuk memperingati perayaan-perayaan tersebut. Ia bahkan mengajak sanak keluarganya untuk itu. "Saya sama ibu, istri dan anak-anak. Sengaja ingin berdoa disaat-saat ada upacara seperti ini. Lebih berkah," katanya.(photo blog & sumber: idham/Tangerang Tribun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar