Rabu, 27 Agustus 2008

Perayaan Cioko, Persembahan Doa


Dengan cinta kasihnya, Moggalana ingin membantu ibunya. Ketika itu tanggal 7 bulan 7 penanggalan Lunar. Saat bertemu, Moggalana melihat ibu yang dicintainya sedang merintih kesakitan. Moggalana memberinya makanan. Ketika dimakan, tiba-tiba makanan itu berubah menjadi api.

Sang ibu menjadi semakin menderita. Sehingga akhirnya Moggalana menemui Sang Buddha untuk meminta bantuan. Kemudian Sang Buddha berkata; Pada saat masa vassa (masa para bhikkhu berdiam diri selama tiga bulan) dapatlah kamu berdanm pada sangha (bhikkhu).
Ini adalah penggalan cerita dan sejarah dalam Peringatan Cioko atau Upacara Ulambana yang digelar di Vihara Nimmala atau biasa dikenal dengan sebutan Vihara Boen San Bio di Jalan Pasar Baru, No 43, Kota Tangerang, Selasa (26/8). Upacar bertepatan pada tanggal 7 bulan 7 pada penanggalan Lunar atau biasa disebut bulan Cit Gwee pada tahun Imlek. Upacara dibuka dengan upacara persembahyangan yang dipimpin oleh para suhu dan Romo Pandita.
Upacara dimaksudkan untuk mengundang para arwah di alam baka dan yang berkeliaran di bumi, untuk ikut menikmati makanan yang disediakan oleh Vihara Nimmala dan mendapat kebahagiaan karena telah didoakan. Menurut kepercayaan, bila para arwah yang bergentayangan telah memiliki jasa dan kebaikan cukup, maka ia akan terlahir kembali ke alam yang lebih bahagia.
Berdasarkan sejarah yang tercatat, perayaan Cioko bermula pada tiga hal penting yang terdapat pada tradisi Buddhis Mahayana. Di antaranya, YM Moggalana menemui ibunya di neraka, YM Ananda bertemu dengan mahluk setan yang sebenarnya adalah jelmaan dari Kwan Im, dan Keada Sangha atau para bikkhu.
Dengan cinta kasihnya, Moggalana ingin membantu ibunya, ketika itu tanggal 7 bulan 7 penanggalan Lunar. Ketika bertemu, Moggalana melihat ibunya yang sedang kesakitan. Akhirnya Moggalana memberinya makanan. Namun ketika dimakan, makanan tersebut berubah menjadi api sehingga ibunya semakin menderita. Akhirnya Moggalana menemui Sang Buddha untuk meminta bantuan. Kemudian sangbudha berkata; Pada saat masa vassa (masa para bhikkhu berdiam diri selama tiga bulan) dapatlah kamu berdama pada sangha (bhikkhu)”. Menurut kepercayaan, dengan cara itulah sangha akan melimpahkan jasanya pada mahluk lain di alam setan dan neraka.
Wakil Ketua Yayasan Vihara Nimmala menuturkan, biasanya upacara ini diramaikan dengan acara Rebutan, dengan memperebutkan segala jenis makanan yang dipakai untuk sesembah atau perlengkapan ibadah. “Untuk tahun ini kita tidak menggelar acara rebutan. Namun kami menggantinya dengan pembagian sembako dan nasi bungkus kepada setiap masyarakat yang datang,” ungkapnya.
Setelah persembahyangan dan pembagian sembako selesai, perahu naga yang sudah dihias dan dilengkapi dengan perlengkapan ibadah serta patung Dewa Api atau Boen Tay Siu yang terbuat dari kertas kemudian dibakar untuk menyempurnakan persembahyangan. (foto: Putra Jaya/Tangerang Tribun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar