Selasa, 20 Mei 2008

MCK Plus untuk Hasilkan Biogas


Barangkali Tasmin (39), kini boleh berbangga diri. Meskipun secara teknis ia hanya penjaga atau penanggung jawab sanitasi masyarakat (MCK). Namun ia bukan menjaga MCK biasa, namun MCK-nya adalah sanitasi penghasil gas, atau biogas.
Baru sebulan ini, Tasmin bertanggungjawab dengan cara kerja MCK Plus yang terletak di Kampung Periuk Jaya, Desa Kayu Agung, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Meski begitu, Tasmin sangat perhatian untuk mengurusi MCK Plus percontohan yang dikembangkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Setelah dioperasikan sejak sebulan lalu ini, Tasmin ingin segera tahu MCK Plus ini dapat menghasilkan gas yang berasal dari kotoran tinja.
Sedikit ia jelaskan, instalasi pengolah limbah tinja menjadi biogas bekerja melalui tampungan kotoran yang terbagi atas 3 penampung dengan ukuran yang berbeda-beda. Jika kotoran sudah tertampung dengan muatan yang cukup, maka kotoran tinja tersebut dengan sistem kerja yang diolah oleh penampung dapat langsung menghasilkan biogas sebagai pengganti gas.
“Ini bisa menjadi solusi untuk menyiasati mahalnya minyak tanah dan kelangkaan gas elpiji. Serta isu kenaikan harga BBM yang semakin meresahkan masyarakat itu tidak perlu lagi memusingkan masyarakat,” jelas Tasmin.
Tasmin menjelaskan, MCK Plus ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk menyehatkan di wilayah yang rawan mewabahnya penyakit menular akibat pola hidup masyarakatnya yang masih rendah.
Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, Yuliah Iskandar menjelaskan, proses kerja sistem MCK Plus Biogas adalah terdiri dari tiga tabung berukuran besar, sedang dan kecil. Tabung pertama akan menyimpan kotoran tinja, tabung berukuran sedang untuk memproses tinja yang dapat menghasilkan gas, dan tabung kecil berfungsi untuk sterilasasi dari bau kotoran tinja. Selanjutnya, proses alamiah yang menghasilkan gas diproses dan disimpan di tabung gas pada umumnya yang banyak dijual di pasaran.
“Mungkin dalam tiga bulan ke depan, kita dapat melihat hasilnya. Karena sekarang ini baru beroperasi,” jelas Yuliah.
MCK Plus atau pusat sanitasi masyarakat ini merupakan salah satu bentuk uji coba yang dilakukan oleh Pemkab Tangerang, melalui Dinas Kesehatan. Jika ini berhasil tambah Yuliah, Dinkes akan menambah jumlah MCK ini di daerah yang budaya membuang hajat di kebun masih tinggi seperti di Kecamatan Kemiri, Kronjo dan Sukadiri.
“Sekurang-kurangnya Pemkab Tangerang akan menambah 4 MCK yang sama. Sementara untuk anggaran, kami akan melakukan kerja sama dengan donor dana dari luar,” jelasnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, gas yang diproses secara alamiah dari kotoran tinja selama tiga bulan dapat menampung sekitar 10 kilogram gas.
“Oleh karena itu kami meminta kepada semua masyarakat sekitar untuk membuang hajat di MCK ini. Agar produksi gas dapat lebih cepat,” bebernya.
Fasilitas MCK Plus percontohan ini terdiri dari 10 pintu dan 1 tempat cuci pakaian. MCK ini, lanjutnya akan mejadi alternatif energi minyak seiring dengan kenaikan harga BBM yang meningkat.
“Lagipula pembangunan sarana MCK plus ini sangat mendesak keberadaannya, karena jumlah penderita diare di wilayah ini cukup tinggi. Makanya kami segera realisasikan MCK Plus lainnya yang pembangunan setiap unitnya dibutuhkan dana sebesar Rp 400 juta,” jelasnya.(Tangerang Tribun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar