Jumlah wisatawan domestik (wisdom) yang datang ke wisata Banten tahun 2009 telah menembus jumlah melebihi 2,9 Juta orang. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sekitar 15 persen. Dengan tingginya jumlah wisatawan domestik ini, jumlah peredaran uang tercatat mencapai Rp 4,95 triliun. Sedangkan tahun 2008 lalu sebesar Rp 4,13 triliun.
“Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling berpengaruh di Banten. Dengan jumlah konsumsi tersebut, pariwisata memberikan pengaruh yang positif bagi perekonomian di Banten,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten, Ranta Suanta, kepada Banten Pos.
Ditambahkannya, dengan keberadaan wisatawan di suatu daerah dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut, melalui pengeluaran yang dibelanjakan wisatawan. Sejumlah lokasi yang menjadi tujuan wisatawan antara lain, Pantai Anyer, Carita, Ujung Kulon, Banten Lama dan Gunung Anak Krakatau.
Masih menurut Ranta, kenaikan konsumsi tersebut terlihat dari struktur jumlah pengeluaran belanja wisdom dari hasil survei yang dilakukan Disbudpar Provinsi Banten yang bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS).
Dari sub sektor restoran, tercatat pengeluaran wisdom tahun 2009 mencapai Rp 1,22 triliun dari Rp 1,02 triliun pada 2008. Dan konsumsi yang paling tinggi di tahun 2009 tercatat pada sub sektor industri non makanan yang mencapai Rp 1,59 triliun dari Rp 1,32 triliun di tahun 2008.
“Untuk konsumsi non makanan, dari delapan sub sektor konsumsi wisnus, kuota konsumsi non makanan di tahun 2009 mencapai 38,6 persen. Konsumsi non makanan ini meliputi konsumsi furniture dan kerajinan tangan. Seperti kerajinan dari bambu, kayu dan industri barang bukan logam,” ujarnya.
Ranta juga mengungkapkan, berdasarkan konsumsi widom atau wisnus (wisatawan nusantara) tersebut, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pariwisata kedua paling besar di Banten, setelah bidang perindustrian. Dari total konsumsi wisnus tahun 2008 sebesar 4,13 triliun, jumlah tersebut telah menghasilkan dampak ekonomi sebesar Rp 7,05 triliun atau 1,71 kali lipat dari konsumsi tahun 2008.
“Dampak ini dirasakan oleh sub sektor yang ada. Tidak hanya peningkatan output perekonomian, pengaruhnya juga terasa pada Nilai Tambah Bruto (NTB), gaji pekerja dan penyerapan tenaga kerja,” ucapnya.
Secara total, lanjut Ranta, konsumsi wisnus di Banten mampu mendorong NTB sebesar Rp 3,28 triliun. Sub sektor paling yang paling banyak mendapat dampak adalah sektor angkutan jalan dengan angka Rp 530,6 miliar atau 16,2 persen. “Dampaknya terhadap upah gaji pekerja mencapai Rp 1, 11 triliun pada masing-masing sub sektor,” katanya.
Menurut Ranta, hal ini juga mampu menyediakan tenaga kerja yang tidak sedikit di Banten. Kesempatan kerja dari dampak wisnus Banten tahun 2009 mencapai 156.476 orang. Jumlah ini meningkat dari 2008 yang mencapai 130.511 orang. Jumlah tenaga kerja terserap itu, datang dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 56.452 orang pada 2009.
“Dengan kedatangan Wisnus, pedagang juga bisa menikmatinya. Jasa angkutan juga bisa beroperasi. Inilah hal yang bisa menyerap tenaga kerja,” tambahnya. (Banten Pos)
Selasa, 10 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar